Hari ini Aluna bersekolah seperti biasanya. Akan tetapi, bedanya hari ini di jam pelajaran terakhir dia tidak belajar di kelasnya, melainkan dia harus menjadi pengganti pak Erwin untuk mengajar di kelas XI FARMASI 4.
Pak Ewin sedang ada urusan itu sebabnya gurunya itu menugaskannya, karena jika Aluna tidak mau maka nilainya yang akan menjadi taruhannya.
Aluna menghela napasnya malas sambil berjalan memasuki kelas itu.Memang, ini bukan pertama kalinya pak Erwin menyuruhnya untuk menggantikannya dalam mengajar apabila sedang ada urusan, namun Aluna tahu bahwa kelas yang akan diajarnya sekarang adalah kelas yang sangat terkenal dengan murid yang sangat susah untuk diatur.
"Lo gak lupa kelas lo di mana 'kan, Lun?" tanya Rania dengan alis terangkat ketika melihat Aluna memasuki kelas mereka.
Aluna menggeleng lalu meletakkan buku yang dibawanya tadi ke atas meja guru."Enggak, kok. Gue disuruh gantiin pak Erwin hari ini doang di kelas kalian.”
"Pak Erwin ke mana?" tanya Rania lagi.
"Lagi ada urusan katanya."
Rania hanya menganggukkan kepalanya saja, setelah itu dia kembali menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya di atas meja. Lihat saja, belum lagi dia memulai tetapi penghuni kelas ini menganggapnya seperti tidak ada.
Saat ini cuaca sangat panas, dan dia harus memutar otaknya untuk mengajar matematika pada jam terakhir pelajaran. Bayangkan saja, di mana memang jam-jam seperti inilah sangat rawan dengan yang namanya kantuk dan malas yang melanda semua murid. Aluna menghembuskan napasnya kasar. Jujur saja, Aluna sebenarnya sangat malas. Namun, mau tidak mau dia harus mengajar di kelas ini.
Aluna tetap menerangkan penjelasan di depan bak seorang guru walaupun hanya beberapa orang yang memperhatikannya. Tidak, lebih tepatnya hanya mentap wajahnya saja. Setelah selesai menerangkan refleks Aluna pun bertanya, “Kalian paham?”
Tidak ada yang menjawabnya. Aluna menatap penghuni kelas yang malah sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang memilih menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tangannya, ada yang mengoceh, ada yang main ponsel, ada yang tidur, bahkan ada yang hanya memperhatikan wajahnya saja.
Aluna sungguh sangat kesal sekarang. Penghuni kelas ini benar-benar menyebalkan. Bahkan, teman-teman Aluna di kelas pun tidak separah ini jika tidak ada guru.
Mungkin memang enggan untuk mendengarkan, akan tetapi teman-temannya masih ingin memerhatikan saja walaupun pelajaran itu tak masuk ke otak mereka.
Sungguh, Aluna mengakui bahwa menjadi guru itu sangatlah sulit. Terlebih lagi, Aluna sangat mengagumi kegigihan pak Erwin. Entah bagaimana gurunya itu menghadapi murid yang tingkahnya seperti ini, apalagi gurunya itu diharuskan untuk mengajar di saat jam rawan seperti sekarang.
"Kalian dengerin gue gak sih, di depan?" tanya Aluna lagi dengan sengaja menaikkan suaranya sedikit keras.
Dia hanya ingin ada yang menjawabnya, itu saja. Namun, percuma. Tidak ada yang mendengarkannya. Semuanya masih sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing membuat Aluna mendecak kesal sehingga dengan tak sengaja Aluna malah menggebrak meja.
BRAKK!!!
“Anjir! Gak usah gebrak meja segala bisa gak?!”
Suara teriakan terdengar dari sudut ruangan. Seorang cowok berpenampilan sangat tidak rapi menunjukkan dirinya, kelihatannya dia seperti baru bangun tidur.
Dia berjalan menghampiri Aluna dan menatapnya dengan sangat tajam.
“Lo yang gebrak meja?” tanyanya datar.Aluna menelan air liurnya dengan susah payah, entahla dia merasa sedikit takut ketika ditatap tajam seperti itu. Melihat Aluna tak membuka suaranya membuat cowok itu tersenyum sinis. “Lo tau diri, kek ... ini bukan kelas lo. Jadi jangan bertindak sesuka lo.” Cowok itu berbicara lagi.

ANDA SEDANG MEMBACA
Aluna [SUDAH TERBIT]
Fiksyen Remaja[ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ]🖤 #Rank 1 in Farmasi [23/5/22] #Rank 1 in Adan [ 2/5/2020 ] #Rank 2 in Masasmk [ 3/3/2021 ] #Rank 4 in Nando [26/3/2021] #Rank 4 in Aluna [28/5/2022] 🌟THIS IS MY FIRST STORY🌟 Ini tentang kisah cinta yang mungkin tak s...