Anak farmasi tuh jago nentuin dosis obat, apalagi ngitungin dosis cintanya sama kamu
*
Kini waktunya pelajaran Ilmu Resep untuk kelas XI FARMASI 1. Bu Rani sudah berada di dalam kelas memberikan selembar kertas yang berisikan sebuah resep obat yang berbeda-beda setiap murid dan harus mereka kerjakan sebelum masuk ke dalam laboratorium sebelum akhirnya dia meninggalkan kelas tersebut. tidak-tidak, sebenarnya ada tiga macam resep yaitu serbuk, kapsul, dan salep. Ketiga resep itu dibagikan secara acak pada mereka semua.
R/ Codein. 15 mg.
Paracetamol. 250 mg.
Ctm. 2 mg.
m.f. pulv.da.in.caps.d.t.d.no.XV
S.3 d.d caps. I
_________________β
Pro : Tn. Johan
Umur : 50 thnAluna menghela napasnya lalu mulai membuka buku jurnal yang bersampul biru dari kertas kilat itu dan mengerjakannya di sana, tak lupa sebuah buku farmakope yang sangat tebal berada di dekatnya.
“Lo dapet resep apa, Lun?” tanya Atikah sembari melirik kertas milik Aluna.
“Kapsul,” jawab Aluna singkat. “Lo?” tanyanya balik.
“Gue salep, dong!” ujar Atikah menebarkan senyuman bangga.
“Alvaro?” panggil Atikah. “Lo dapet resep apa?” tanya Atikah kemudian.
Alvaro menoleh seraya menampilkan deretan giginya, “Salep, dong!”Aluna mendengkus pelan. “Enak bener kalian, padahal gue tadinya berharap dapet salep.”
“Emang lo dapet apaan, Lun?” tanya Alvaro.
“Kapsul,” jawab Aluna sendu.
Sebenarnya Aluna tak masalah dapat resep apa pun, cuma menurutnya kapsul terlalu lama pengerjaannya sedangkan salep terlalu simpel karena mereka belum menggunakan kemasan tube untuk wadahnya melainkan sebuah pot berukuran kecil.
Bukan dari pengerjaan saja, bahkan di dalam jurnal salep tak perlu melakukan perhitungan dosis dan hanya melakukan penimbangan saja.
Sedangkan kapsul, selain melakukan perhitungan dosis apabila ada obat yang hanya diresepkan oleh dokter seperti obat keras atau obat narkotika dan psikotropika, dan yang membuatnya malas lagi memasukkan serbuk ke dalam cangkang kapsul lalu memastikan bahwa kapsul tersebut layak dikonsumsi atau dengan kata lain kapsulnya tidak rusak.
“Kok, sedih?” tanya Atikah melihat raut wajah Aluna. “Harusnya seneng, dong, ‘kan, udah dicodein ... lo tinggal peka, aja, Lun!” Atikah tertawa mencoba menggoda sahabatnya itu.
Alvaro pun jadi ikut tertawa. “Iya, Lun, jangan kaya si Atikah. Mau dapet codein beribu mili, pun, dia gak bakal peka-peka.”
“Gimana mau peka, kan gue bukan tingtur!” balas Atikah.
“Gak mesti larutan tingtur aja yang peka, Tik. Lo juga bisa peka kalo niat mecahin itu kode.”
“Pecahin pake apa? Palu bisa?” tanya Atikah ngawur.
“Codein, kan, tablet. Kasih air aja, otomatis terpecahkan.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna [SUDAH TERBIT]
Fiksi Remaja[ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ]🖤 #Rank 1 in Farmasi [23/5/22] #Rank 1 in Adan [ 2/5/2020 ] #Rank 2 in Masasmk [ 3/3/2021 ] #Rank 4 in Nando [26/3/2021] #Rank 4 in Aluna [28/5/2022] 🌟THIS IS MY FIRST STORY🌟 Ini tentang kisah cinta yang mungkin tak s...