Part 7

415 204 87
                                    

Aluna, Atikah, dan Alvaro berjalan beriringan sepulang sekolah. Sesekali mereka bersenda gurau. Namun, ditengah-tengah itu seseorang malah menghadang jalan mereka.

“Hai!” Sapa Adan tak lupa menampilkan senyum lebarnya.

“Ngapain, lo?” ketus Alvaro tak suka melihat kedatangan Adan. Refleks Atikah mencubit lengan Alvaro pelan bermaksud tak menunjukkan sikap seperti itu. Namun, Adan tak menghiraukan Alvaro, melainkan dia beralih menatap Aluna.

“Lo–sibuk gak?” tanya Adan sedikit ragu.

“Aluna sibuk, kita mau ngerjain jurnal bareng!” Alvaro menyambar pertanyaan Adan.

“Alvaro!” peringat Atikah nyaris berbisik. Entahlah, Alvaro terlalu susah diperingatkan.

“Lah, emang bener kita mau ngerjain jurnal bareng, 'kan?”

“Iya, tapi nada lo biasa aja bicaranya!” Atikah berujar kesal. Sedangkan Aluna menghela napasnya kasar.

Dia tak ingin Alvaro kembali marah padanya apalagi setelah semalam dia dengan susah payah membujuk cowok itu. Aluna pun berjalan mendekati Adan, dia akan memberi pengertian pada Adan, namun sebelum itu dia bertanya terlebih dahulu.

“Kenapa emangnya kalo gue gak sibuk?” tanya Aluna.

“Enggak, kok. Gue tahu lo lagi sibuk,” kata Adan merasa tak enak.

Aluna menganggukkan kepalanya pelan. “Ya, udah, kalo gitu—“

“Lo mau ajak Aluna pergi, ya?” tanya Atikah tiba-tiba seraya menatap ke arah Adan. “Gak apa-apa, kok, kita bisa ngerjainnya besok aja, apalagi masih lama, kok, dikumpul.”

Mendengar itu, refleks Aluna membelalakkan matanya mentap Atikah tak mengerti. Apa maksud Atikah, padahal Adan juga tak memanksanya. Begitu juga dengan Alvaro, dia menatap Atikah tak suka.

“Lo apa-apaan, sih, Tik?” ujar Alvaro tak terima karena dengan mudahnya Atikah mengatakan itu.

“Lo diem aja, kenapa!” balas Atikah membuat Alvaro semakin kesal. Karena takut emosinya tak terkontrol dan malah melukai Atikah, akhirnya Alvaro pun langsung melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.

“Alvaro!” panggil Aluna ketika melihat kepergian Alvaro. Ini yang takutkannya, sekarang Alvaro benar-benar akan lebih marah padanya. Aluna pun menatap Atikah dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan sedangkan Atikah hanya menyengir ke arah Aluna.

“Udah, kalian pergi aja! Alvaro biar gue yang urus,” balas Atikah mengusir mereka. Setelah, itu Atikah pun beranjak pergi meninggalkan Aluna dan mengejar Alvaro.

Aluna menghela napasnya kasar. Entah kenapa Atikah malah berbicara seperti itu, jika tidak semuanya akan baik-baiknya dan Alvaro tidak akan marah padanya.

“Lun, sebaiknya lo susul temen, lo, deh!” suruh Adan karena jika melihat dari raut wajah Aluna, sepertinya gadis itu cemas karena teman-temannya tadi.

Aluna menatap Adan datar. “Lo ada masalah, kah, sama temen gue tadi?” tanya Aluna yang sudah penasaran mengenai masalah Alvaro dan Adan.

“Masalah?” tanya Adan dengan dahi yang berkerut lalu dia menggelengkan kepalanya. “Enggak, deh, kayanya.”

“Gue mungkin sering buat masalah tapi kalo sama temen lo itu tadi gue yakin, sih, gak ada.” Adan melanjutkan ucapannya lagi.

Aluna menghembuskan napasnya panjang. Entahlah, dia benar-benar sangat bingung. Tak mungkin Alvaro dengan terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada seseorang namun tanpa alasan. Tentu saja tidak mungkin.

Aluna [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang