Part 7 Boleh Berteman

1K 68 3
                                    


"Kamu sudah berteman dengan tetangga sebelah, Dik?"

Aku menggeleng dengan mulut manyun. Seminggu mencoba akrab dengannya terbilang susah. Ketika aku mendekat, ia menjaga jarak. Ketika kuajak bicara, ia hanya berdehem saja.

"Itu artinya ia tidak mau berteman denganmu karena kamu aneh," sindir Lois sekenanya sambil melirikku.

"Enak saja kamu bicara seperti itu. Pokoknya aku sudah berusaha berteman dengannya," jawabku menggerutu.

"Suatu saat nanti ia akan meminta tolong padamu, Dik. Tunggu saja," ujar Zie dengan menyantap roti bakarnya.

"Wah ... wah ... Zie melihat yang akan terjadi lagi," celetuknya, Zie menjitak keningnya.

"Aduh Ibu.... Zie menjitakku." Lois selalu mengadu perbuatan Zie pada Ibu.

"Kalian ini selalu ribut tiap pagi. Tidak bisa, ya, sarapan tidak usah pakai ribut?"

Ayah yang baru selesai mandi terlihat kesal oleh ulah kami, ibu tidak menanggapi. Mungkin sudah biasa baginya melihat kami seperti ini.

"Hari ini kalian jangan pulang malam. Ingat! Hari ini hari apa," timpal ibu tanpa menghadap kami.

Perkataan Ibu membuat kami diam semua. Kami tentu saja ingat mengenai hari ini. Hari yang membawa sejarah bagi kehidupan kami.

"Dan ... kau Lois. Jangan lagi membawa temanmu yang usil itu ke rumah. Apa kamu paham?" sambung Ibu menatap tajam Lois.

Lois hanya tertunduk sambil mengunyah rotinya. Aku yang tidak paham tidak berkomentar apapun.

"Temannya hampir saja mengambil bola kristal milik Ayah," bisik Zie pelan di telingaku.

"Jika kalian sudah selesai sarapan, cepat berangkat sekolah. Zie, antar adik-adikmu pakai mobil," sahut Ayah menyerahkan kunci pada Zie.

Kalau Ayah berkata tegas dan tidak bercanda di pagi hari--kebiasaan Ayah--maka itu artinya ada sesuatu yang tidak boleh kami ketahui. Lois tidak banyak bicara di mobil, biasanya ia paling cerewet. Kami sama-sama diam sampai sekolah.

"Jam pulang nanti tunggu aku di taman sekolah. Kita pulang bersama," kata Zie sebelum melajukan mobil ke tempat parkir.

Aku dan Lois menggangguk bersamaan. Sebenarnya penasaran dengan kejadian Lois dan temannya, tetapi aku tidak mau bertanya.

"Kamu ingin tahu kejadian kemarin, 'kan?" Lois melirikku, ia paham betul jika aku ingin tahu.

"Aku mengajak Danny kemarin ke rumah. Aku tidak menyangka ia itu usil. Sewaktu kutinggal ke kamar sebentar, ia masuk ke ruang kerja ayah lalu menemukan bola kristal itu. Aku tidak tahu pasti persisnya bagaimana, tiba-tiba ia menjerit ketakutan. Untung ada Ayah di rumah," ungkitnya menjelaskan kejadian kemarin.

"Lalu apa yang dilakukan Ayah?" Kami masih tetap mengobrol sambil berjalan kaki menuju kelas.

"Ya ... kamu tahu sendiri, 'kan? Ayah melupakan ingatan Danny mengenai sosok yang ia lihat."

Bola kristal itu mungkin terjatuh dari tangan Danny dan memunculkan Ubel yang menakutkan. Beruntunglah dirinya bertemu Ayah yang bisa membuat dirinya melupakan kejadian kemarin. Salah satu kemampuan tersembunyi yang dimiliki Ayah adalah dapat memberikan lupa ingatan pada seseorang. Apa ia hebat? Mungkin menurut kalian hebat, tetapi tidak baginya.

"Ingat! Kalian harus menungguku di taman sepulang sekolah," perintah Zie menghampiri kami dan langsung kabur setelah menjitak kepala Lois.

"Aku masuk dulu," kata Lois pelan seraya masuk kelas.

Kelasnya berada di atas sedangkan kelasku berada di lantai tengah. Kukira Lois menyadari kesalahannya, ia tidak banyak bicara hari ini.

*****

Keluarga Amari ( Terbit Di Dreame/Innovel Hingga Tamat)Where stories live. Discover now