Part 1

8.9K 299 2
                                    

Dengan semangat baru, Anna berjalan dengan riang menuju kantornya, dengan membawa tas jinjing berisi sekotak makanan.

"Selamat pagi semua korban Bucin." sapa nya saat telah memasuki ruangannya.

"Sapaan mu engga bermutu banget sih, Na." ujar Nita. Anna hanya mengedikkan bahunya. Lalu melangkah ke kubikelnya.

"Sayangnya aku udah datang, belum?!" serunya pada orang- orang yang berada di ruangan itu.

"Siapa?" tanya Nita.

"Pak Rian dong, siapa lagi kalau bukan dia."

"Belum." sahut Nina.

"Bagus kalau gitu." Dengan langkah cepat Anna berlari menuju ruangan Rian. Senyum bangga mengembang di bibirnya yang penuh. "Pasti dia suka." gumam Anna.

Tadi pagi, Anna sengaja bangun pagi untuk membuatkan sarapan, buat siapa lagi kalau bukan buat Rian. Pria pujaannya sedari empat tahun yang lalu. Dengan penuh cinta dan kasih sayang, Anna membuatkan sushi untuknya.

Cukup lama Anna menyukai Rian. Semenjak ia bekerja di perusahaan Rian. Anna memang sudah mulai menaruh hati pada Rian. Terutama saat kejadian ia terpeleset saat hendak keluar lift. Mungkin itu kejadian yang sangat memalukan baginya, tapi di sisi lain itu adalah hal yang paling membahagiakan. Karena setelah kejadian dimana Rian membantunya, bahkan memapahnya. Rasa simpatik Anna berubah menjadi rasa cinta. Semudah itu? Ya, itulah Anna, gadis yang mudah jatuh cinta.

Flashback. ***

Dengan langkah lebar Anna memasuki lift yang sudah terbuka. ini hari keduanya bekerja di perusahaan itu. Dan ia tak mau membuat kecewa atasannya. Oleh karena itu setelah ia melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul tujuh lebih lima belas menit. Anna semakin mempercepat langkahnya. Padahal, masuk jam kantor pukul delapan.

Ting!

Pintu lift terbuka. Lift yang awalnya sesak terasa sedikit renggang. Anna bersyukur dengan itu, ia kembali menekan lantai tujuannya, yaitu lantai tujuh. Hanya tersisa tiga orang di dalam lift, dan Anna tidak memperhatikan siapa saja yang ada di dalam lift itu.

Ting!

Pintu lift kembali terbuka, bersamaan dengannya yang terhentak karena seseorang yang berdiri di sampingnya. Rian. Bos besarnya berada disana menatap ke arah depan, tanpa menoleh ke arahnya. Merasa canggung dan salah tingkah, sorot matanya hanya terfokus pada Rian yang terlihat lebih tampan pagi itu. Sampai Anna yang tak biasa memakai High Hells tergelincir karena lantai licin yang baru saja selesai di pel dengan Office Boy.

Anna terjatuh tepat di hadapan Rian. Ia meringis, bukan karena sakit. Tapi lebih-lebih karena malu. Wajahnya berubah merah ia menunduk malu.

"Apa aku harus pingsan saja?" batin Anna.

Tapi, hal yang tak terduga.

"Kamu tidak apa?" Anna mendongak, tampak Rian berdiri dengan setengah membungkuk, dan tangan yang ia topang pada lutut. Menatap Rian dengan jarak yang lumayan dekat membuat Anna gelisah. Dan..

"Anna!" Panggilan Rian terdengar jauh dari pendengaran Anna, tak lama dari itu kegelapan menjemput Anna. Ya, Anna pingsan setelah menatap Rian dengan jarak yang lumayan dekat.

Setelah sadar. Ternyata Anna berada pada klinik yang berada di kantornya. Di sampingnya, tampak Rian dan Nina sedang menunggunya.

"Pak, Anna bangun." ujar Nina. Rian menoleh ke arah Anna. Seketika wajah Anna merona merah.

"Kamu tidak apa? Tadi kamu pingsan. Kata dokter perut mu kosong, dan kamu terlalu gugup."

Anna tercekat dengan ucapan Rian yang terkesan khawatir. "Tidak apa-apa, Pak. maaf saya merepotkan."

"Tidak, kamu sarapan dulu ya, tadi Nina membelikan bubur di depan, ini makan lah. Kalau merasa kurang sehat, sebaiknya pulang saja. Jangan di paksakan bekerja." Ujar Rian.

Anna memegang dadanya yang berdebar kencang, jantungnya berdetak tidak normal.

"Kalau begitu saya pergi dulu. cepat sembuh Anna." Anna hanya mengangguk pelan. Ketampanan dan kebaikan Rian seakan menghipnotisnya, dan menimbulkan benih-benih cinta yang kian tumbuh dalam hati Anna.

Flashback off. ***

Anna menatap kotak makan yang ia simpan di meja kerja Rian. Anna sudah tidak sabar menunggu kedatangan Rian. Dia ingin tahu bagaimana reaksi Rian.

"Pasti di bahagia banget deh." ujar Anna.

Anna keluar dari ruangan Rian. Ia berjalan ke arah kubikelnya dengan riang. Bertepatan pada Rian yang baru muncul dari lorong dimana arah lift berada.

"Selamat pagi calon suamiku." seru Anna, sedetik kemudian, ia menutup mulutnya sendiri dengan tangannya.

Rian yang mulai terbiasa dengan sikap Anna hanya mendelik ke arahnya. Tanpa membalas ucapan Anna, Rian berjalan melewati Anna dan masuk ke dalam ruangannya.

Anna tidak perduli dengan respons yang di berikan Rian saat tadi, itu sudah biasa baginya. Tapi tunggu saja yang akan terjadi sebentar lagi.

"Kamu simpan apa di ruangan bos?" tanya Nina.

"Sarapan dong, apa lagi emangnya. Tadinya sih mau tubuhku, tapi engga ah.. Aku masih mau bekerja. Kalau aku kasih tubuhku, yang ada nanti dia mengajak aku nikah lagi."

"Halu terus kamu, Na." Anna mengedikkan bahunya. "Kamu gak kapok kasih sarapan sama bos? sarapan kamu kan selalu di buang atau engga di kasih ke OB. Lihat saja sebentar lagi pasti ada-" Ucapan Nina terhenti saat melihat seorang OB berjalan di hadapan mereka menuju ruangan Rian.

Tidak berapa lama, OB itu keluar dengan membawa sekotak makanan yang Anna simpan tadi di meja kerja Rian.

"Tuh, apa ku bilang, pasti Rian menyuruh OB memakannya, atau bisa saja di buang." Sambung Nina.

Anna menatap sedih ke arah pintu ruangan Rian. "Kok Rian gitu ya, engga bisa menghargai aku yang sudah membuat susah-susah sarapan untuknya." wajah riang Anna terganti dengan kemurungan.

"Sudah Anna, apa aku bilang, kamu harus melupakan pak Rian. Kita ini tidak ada apa-apanya darinya. pak Rian hanya memandang wanita-wanita seksi dan cantik seperti Lena."

"Lena lagi, Lena lagi. Lena itu hanya teman pak Rian, Nina. Mereka bukan pacaran. Jangan percaya sama gosip yang ada di infotainment itu. Berita itu hoax." ujar Anna.

"Terserah kamu saja, Anna. Aku bosan memberi tahu mu." Nina kembali ke kubikelnya. Sedangkan Anna berdiri termenung.

Sebenarnya ia tahu berita itu adalah benar, berita dimana bosnya, Rian, dan Lena, model papan atas yang terlibat menjalin hubungan. Tapi Anna mencoba mengelak gosip itu, ia tetap bersihkukuh bahwa Rian tidak berhubungan dengan Lena.
Anna meyakinkan dirinya, bahwa kelak Rian akan membalas perasaannya.

"Aku pasti bisa mendapatkan mu, Rian." gumamnya dengan senyum yang kembali merekah.

***

*TBC*

Jadi, siapa disini yang pernah kaya Anna?  Bikin makanan buat doi, tapi berakhir di perut orang atau di tong sampah? Semoga gak ada ya.

Gimana sama part pertama di cerita ini? Udah mulai ada yang suka?

Kalau suka ayo tambahkan ke daftar baca kalian atau perpustakaan kalian.

Jangan lupa vote dan komennya. 😊😁

Naughty Love (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now