Rian menghentikan mobilnya di depan rumah Anna. Ternyata gadis itu sudah berdiri di depan pintu gerbang rumahnya, dengan memakai baju tidur dress putih sepanjang bawah dengkul sembari memegang payung transparan sebagai pelindung dari serangan hujan. Rian menatap Anna dari dalam mobil. Pria itu sedikit terpesona dengan penampilan Anna yang natural tanpa make up.
Rian segera turun dan berlari kecil menuju Anna, dia meneduh dalam payung yang Anna bawa. Anna sedikit mundur untuk menanggulangi degup jantungnya yang berlebih, tetapi Anna tetap memayungi Rian.
"Ada apa, Pak?" tanya Anna.
Alih-alih menjawab, Rian menatap Anna lekat. Sungguh, ini sangat tidak bagus untuk kondisi jantung Anna. Anna sampai menunduk untuk menghindari tatapan Rian.
"Ehem." Deheman Rian membuat Anna menoleh sesaat pada Rian, kemudian ia kembali menunduk. "Saya kira kamu hantu tadi," kata Rian sembari memalingkan wajahnya ke arah lain.
Anna mendongakkan kepalanya. "Hantu?!" tanyanya setengah berseru. Rian mengangguk.
Anggap saja Rian itu munafik. Dia tidak mau mengatakan sejujurnya pada Anna, kalau gadis itu cantik malam ini.
Anna mendengus. "Jadi Bapak mau apa ketemus saya?" tanya Anna lagi."Saya kesini mau bertanya."
"Tentang?"
"Lena."
Deg!
Anna tidak suka. Sungguh Anna sangat tidak suka kalau Rian datang kemari hanya untuk mengungkit Lena. "Ibu Lena." Rian mengangguk.
"Just Lena. Dia hanya beda setahun dengan mu."
"Iya, Bapak kenapa mau bertanya tentang beliau pada saya?"
"Kenapa kamu begitu kaku? Ini di luar kantor, berhenti bersikap seperti bawahan dan atasan." Kenapa terkesan Rian mengundur pembahasan tentang Lena?
"Maaf. Jadi apa yang mau Bapak tanyakan?"
Cepatlah sedikit, dan selesaikan semuanya.
"Em. bisa saya minta minum dulu?"
Andai saja Anna tahu, kalau di mobil Rian terdapat sebotol air minum. Atau memang Rian yang benar-benar lupa?
"Oh, sebentar. Ayo masuk dulu, Bapak duduk di teras aja ya." Rian mengangguk.
Dia paham benar maksud Anna. Hari sudah terbilang sangat malam. Dan tidak baik kalau sampai Anna membawa masuk laki-laki ke rumahnya.
Tak lama dari itu Anna keluar dengan membawa tray. Di atas tray terdapat secangkir teh dan cemilan ringan. Anna tahu saja kalau Rian belum makan.
"Minum dulu, Pak."
"Makasih, Anna." Anna hanya mengangguk, lalu mendaratkan bokongnya pada kursi satunya lagi setelah dia menyimpan tray di atas meja kayu jati tersebut.
"Jadi apa yang mau Bapak tanyakan?"
"Cemilannya enak, kamu buat sendiri?" tanya Rian sembari memasukkan kue kering ke dalam mulutnya. Anna menghela nafas, tapi dia tetap mengangguk.
"Pak." panggilan Anna membuat Rian menghentikan kunyahannya. Rian segera menyeruput teh yang Anna buatkan.
"Saya mau tanya tentang Lena."
"Iya."
"Kamu pernah melihat Lena bersama pria lain bukan? itu kapan?" tanya Rian.
"Saya pernah lihat, tapi saya lupa kapan, waktu itu di toko jam. Oh tepatnya waktu ulang tahun Bapak." Anna manggut-manggut yakin.
Rian mengerutkan dahinya. Kemudian mengambil ponselnya dari saku baju. "Apa seperti ini?" tanya Rian.
Anna memicingkan matanya. "Iya, apa dia ayahnya?"
"Bukan, ini salah satu rekan kerjanya." Anna terdiam.
"Hari ini saya mengikuti Lena, ternyata dia bersama pria ini masuk ke apartmennya." Rian tersenyum getir. "Ternyata wanita yang saya cintai sama seperti wanita liar." lanjutnya.
Anna tidak ingin banyak bicara atau menanggapi cerita Rian secara berlebih. Anna tidak mau menjeleki Lena di depan Rian, walau pun sebenarnya dia tahu Lena adalah wanita seperti apa. Bagaimana pun Anna masih menyukai Rian, dan ia tidak mau sampai Rian berpikir bahwa dia sudah mengompori Rian.
"Saya-"
"Apa kata kamu benar Anna, Lena telah menyelingkuhi saya."
Anna memilih diam, dia tidak tahu harus berkata apa, Anna hanya takut salah bicara saja. Rian menunduk dengan putus asa. "Maaf."
Anna menoleh ke arah Rian. "Untuk?"
"Karena saya pernah tidak percaya dengan kamu, dulu."
Anna menggeleng kecil. "Enggak apa, Pak. Akhirnya Bapak tau sendiri, kan?" Rian tersenyum. Kesedihannya masih sangat kentara di wajahnya.
"Sudah malam, kalau begitu saya pulang dulu." pamit Rian. Anna mengangguk. Kemudian mengantatkan Rian sampai pintu gerbang rumahnya. "Terima kasih, Anna. Maaf sudah mengangganggumu."
"Bukan masalah, Pak," jawab Anna. Rian tersenyum.
"Kalau begitu saya pulang dulu." Anna mengangguk. Rian berjalan menuju mobilnya, tapi langkahnya terhenti. Rian kembali mendekat pada Anna.
Anna merasa bingung, tapi dia menunggu Rian untuk bicara terlebih dahulu. "Besok kamu masih kerja, jangan lupa dengan tugas mu yang harus mengajari Riflan."
"Riflan bekerja dengan baik, dia cepat tanggap. Saya rasa sebelum waktu yang di tentukan Bapak tiba. Riflan bisa menggantikan saya."
"Apa benar begitu?" tanya Rian. Anna mengangguk.
"Riflan, dia sangat rajin dan memiliki niat kerja yang bagus." puji Anna tanpa sadar. Rian memperhatikan Anna.
"Apa kamu suka dengan sepupu saya?" tanya Rian.
Anna mengerjapkan matanya."Enggak. Riflan itu teman saya, Pak." jawab Anna cepat.
Rian mengangguk. "Iya, saya harap kamu tau itu, jangan terlalu berharap dengan Riflan, Riflan tidak sebaik yang kamu lihat."
"Eh."
"Kalau gitu saya pulang dulu." Rian kembali menuju ke mobilnya, tapi lagi-lagi langkahnya terhenti.
"Anna." panggil Rian.
"Ya?"
"Kamu ... Kamu cantik dengan gaun tidur putihmu," kata Rian tulus.
Blush.
Wajah Anna seketika merona lekat, jantungnya berdegup tak menentu. "Terima kasih, Pak," jawab Anna malu-malu.
"Saya pergi pulang dulu. Selamat malam." Anna mengangguk.
"Malam, Pak." Akhirnya Rian benar-benar meninggalkan rumah Anna. Anna masih menatap kepergian Rian, senyumnya masih menghiasi wajahnya yang cantik.
Sedangkan Rian, dia tersenyum menatap pantulan Anna di kaca spion mobil. "Have a nice dream, Anna." gumamnya.
***
*Bersamhung*
Mungkinkah benih-benih cinta mulai tumbuh di hati Rian.
Kalau iya, telat banget ya..
Kasian anna nya keburu keluar nanti..Btw, gimana sama part ini?
Maaf aku selalu ada kendala di cerita ini, selain idenya yang mentok, kadang mood aku juga jelek. udah up dated segini juga udah allhamdulillah .. Heheh.
Tapi jangn Lupa dukungannya, apa lagi krisannya. Selalu ku tunggu dan ku nanti.
Loppe iiu oll 😘😘

YOU ARE READING
Naughty Love (Sudah Terbit)
RomanceAnastasia. ia harus mengalami patah hati.saat bos tempatnya bekerja, menyebar undangan pertunangan. Jelas-jelas, Ana sudah berusaha keras untuk merayu dan menggombali Rian, untuk mendapatkan cintanya. tapi apa yang terjadi? Rian memilih kekasihnya...