Untitled Part 3

2.1K 56 4
                                    

Aku turun dari taksi dan menjejalkan kakiku tepat di lobby utama Grand Paragon, kulihat dia sudah berdiri disana, tepat di depan pintu masuk. Saat melihatku turun dia langsung berjalan kearahku dan memegang sesuatu yang sangat kukenal, dompetku.

"Berapa pak?" tanyanya pada supir taksi yang mengantarku. Dia mengambil uang dari dompetku dan memberikannya kepada supir itu. Sial, kupikir dia akan membayarnya dengan uangnya, namun dia menggunakan uang dari dompetku. Apa mungkin dia tidak sekaya yang kubayangkan, semua barang bermerek yang dipakainya hanya tiruan dan bukan asli? Bukankah ada banyak sekali orang yang norak di zaman sekarang, yang melakukan segala cara supaya terlihat glamour dan kaya? Apa dia termasuk orang norak itu?

"In dompetmu" dia memberikan dompetku sesaat setelah taksi itu melaju pergi dari hadapan kami.

"Klepto!" Hanya itu yang aku katakan dan aku melihatnya dalam. Rasanya sekarang aku benar-benar tidak menyukainya lagi. "Bagaimana bisa kau mengambil dompet dari tasku saat aku lengah? Jika kau tak sering melakukannya maka kau tidak akan selihai itu." lanjutku.

"Hmm," Dia hanya tersenyum dan menaikkan bahunya.

"Apa maumu? Aku mulai berpikir bahwa jangan-jangan kau sudah mengikutiku sedari lama, membuntutiku, atau menandaiku sebagai targetmu karena suatu hal yang menjadi tujuanmu. Jika kau ingin merampokku maka kau salah orang. Aku bukan orang kaya,lihatlah tidak ada barang bermerek pada diriku. Jadi carilah orang lain."

"Jika memang aku ingin merampokmu kenapa aku harus mengembalikan dompetmu? Dan aku tidak pernah mengintaimu sebelumnya, aku melihatmu pertama kali duduk dengan kaus orange dan celana hitammu di J.co malam ini, dan aku duduk tepat disampingmu hanya berbatasan dengan pembatas kaca diantara kita. Aku tahu bahwa kau memperhatikanku saat aku datang, dan setelah itu kau sibuk kembali dengan laptopmu. Tapi kau tidak tahu, aku memperhatikanmu saat kau mengetik dengan serius." Aku melihat Dominik, penjelasannya membuatku merasa tertohok, dia tahu bahwa aku memperhatikannya saat pertama kali dia datang. Dan mungkin memang aku salah, dia bukan perampok yang mengintaiku. Lalu siapa dia? Kenapa dia terlihat begitu aneh?

"Lalu kenapa kau ingin duduk di depanku dan yah...awalnya memang terasa biasa saja. Kau memperkenalkan dirimu, semuanya normal hingga kau tiba-tiba berkata hal diluar dugaanku dan menurutku itu tidak sopan sama sekali. Bagaimana mungkin kau bisa berkata langsung seperti itu? Dan kemudian setelah itu juga kau mengambil dompetku diam-diam dan menyuruhku untuk datang kesini. Apa sebenarnya niatmu?" tanyaku tanpa basa-basi. Dominik mengambil napas sejenak, merapatkan jaketnya dan melihat kesekitar.

"Disini terasa dingin, anginnya berhembus kencang dan angin malam tidak pernah bagus untuk kesehatan. Maukah kau masuk kedalam dan akan aku jelaskan semua padamu?" kata Dominik kemudian. Aku menyipitkan mataku dan menatapnya dengan curiga.

"Mengapa aku harus mengikutimu dan mendengar ucapanmu?"

"Karena aku bukan orang jahat."

"Bagaimana aku bisa mempercayaimu" Dominik hanya diam, dia melihat dalam ke mataku dan berusaha meyakinkanku dengan matanya.

"Sudahlah. Kurasa aku sudah tidak peduli. Aku ingin pulang, melupakan kejadian malam ini dan aku mungkin sudah memaafkanmu. Aku tidak tertarik dengan ini lagi." ucapku akhirnya. Aku langsung berbalik tanpa meminta persetujuannya, berjalan beberapa langkah hingga akhirnya suara Dominik menghentikan langkahku.

"Cinta yang tulus hanya ada sekali seumur hidup, dan jatuh cinta yang sebenarnya hanya terjadi sekali seumur hidup dan itulah cinta sejati. Cinta yang membuatmu akan melakukan apa saja dan mengorbankan apa saja, termasuk kebahagianmu. Dan saat cinta sejati itu telah pergi maka cinta setelah itu tidak akan pernah lagi sama, itu adalah kebutuhan bukan cinta." ucapannya membuatku terdiam dan tak berani melanjutkan langkahku. Aku ingat kalimat ini, sangat ingat. Ini adalah kalimat yang aku tuliskan sendiri di naskahku, dan dia mengucapkannya dengan lancar sama dengan apa yang aku tuliskan. Apa dia berpikiran sama denganku? Namun jikapun iya ,tidak mungkin ini hanya sebuah kebetulan, semua kalimatnya sama dengan kalimatku. Dan aku sangat ingat bahwa aku baru saja menuliskan kalimat ini di naskah ku yang belum rampung, tidak mungkin ia seorang pembaca yang membaca bukuku, karena jikapun iya aku belum pernah menerbitkan buku dengan kalimat seperti itu didalamnya. Ini masih proyek naskahku. Jadi satu-satunya yang menjadi kemungkinan adalah...

MY WEIRD RICH MANWhere stories live. Discover now