Untitled Part 22

919 34 0
                                    

            Aku terbangun dan merasakan tubuhku terasa sangat sakit dan pegal. Aku mengerjapkan mataku dan mencoba melihat sekelilingku. Pusing, aku masih bisa merasakan pusing mendera kepalaku. Aku berusaha mengingat apa yang terjadi padaku dan dimana aku saat ini. Dan aku ingat bahwa terakhir aku telah dibius oleh orang yang keluar dari mobil itu dan kemungkinan mereka membawaku kesini. Dan benar saja, aku berada disebuah ruangan tertutup dimana hanya ada kardus-kardus kosong disekitarku. Ruangan ini pengap dan hanya ada jendela kecil disudut ruangan. Aku mencoba untuk meluruskan badanku, tapi ternyata aku baru sadar kalau ternyata tangan dan kakiku sedang diikat oleh tali yang sangat kuat. Aku meringis kesakitan, dan tanpa sengaja air mataku keluar dari sudutnya. Aku berusaha menggerak-gerakkan tubuhku, berusaha keluar dari ikatan ini namun aku tidak bisa. Aku ingin menjerit namun mulutku juga diperban. Aku merasai sakit yang luar biasa disekujur tubuhku. Sebuah suara pintu yang terbuka membuatku fokus melihat kedepan dan menerka-nerka siapa yang akan masuk dari pintu itu. Apakah mereka akan menyakitiku? Menghabisiku? Apakah aku akan berakhir diruangan kecil ini? Bayangan ketakutan menghantuiku, aku terus saja berdoa dan berdoa. Aku tidak tahu harus melakukan apa lagi.

"Hai" sebuah suara menyapaku. Aku bisa mencium aroma parfum yang aku sangat kenal. Yah dia pastinya Susan, yang baru saja aku temui beberapa jam yang lalu. Dia berjalan ke arahku dan berjongkok melihatku. Dia mengangkat daguku dan menatap mataku.

"Bagaimana rasanya? Apa kau takut?" tanyanya. Tubuhku memberontak dan bergerak keras, kepalaku menggeleng sekuat mungkin. Aku tidak bisa bicara karena mulutku tertutup rapat oleh slasiban yang tertempel rapat.

"Hahahha" Susan tertawa, memperlihatkan gigi putihnya yang berderet. "Ternyata kau masih saja ingin memberontak." aku terus saja menggerakkan tubuhku dan ingin berbicara. Susan dapat menangkap isyaratku dan dia dengan senang hati membuka slasiban yang tertempel di mulutku dengan kasar. Aku bisa merasakan panas dan sakit yang luar biasa saat dia mencabutnya dengan cepat dan kasar.

"Apa yang ingin kau lakukan padaku?" tanyaku. Akhirnya aku bisa berbicara. Aku berusaha berpikir tenang dan tidak menghabiskan tenagaku.Kupikir aku butuh tenaga yang cukup besar untuk melawan dan keluar dari tempat ini jikalau aku punya kesempatan.

"Menyingkirkanmu.. mmm tapi mungkin tidak sekarang. Nanti ada saatnya, segera setelah Dominik dan aku menikah. Aku ingin kau menyaksikan pernikahan kami dulu lalu aku akan menghabisimu" ucap Susan tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Dia tidak akan mungkin mau menikahimu!"

"Hahahaha" Susan tertawa terbahak. Kali ini dia tertawa sangat keras.

"Tentu saja dia akan mau. Tanpa tes tradisi atau apapun dia tidak akan bisa menolakku" katanya. Dia tersenyum bangga.

"Apa yang kau lakukan padanya?" aku menyipit, membayangkan hal yang sama sekali tidak ingin aku bayangkan.

"Yah, seperti yang kau ketahui sebelumnya. Aku telah membuatnya melupakan ingatannya. Dan sekarang dia sepenuhnya milikku, tidak hanya dirinya namun hidupnya sepenuhnya aka nada ditanganku." Susan tersenyum bangga. Aku syock, terkejut dan merasa sangat gagal. Tidak..tidak..tidak. Susan telah membuat Dominik lupa ingatan? Aku tidak berhasil menghentikannya. Aku tidak bisa menyadarkan Dominik, aku benar-benar telah gagal. Benarkah tidak ada kesempatan atau harapan lagi. Aku tertunduk lemas melihat ke bawah, membayangkan semua hal yang telah terjadi. Merutuki dan menyalahkan diriku karena aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku merasa sedih, tertekan, sangat perih. Kepingan hatiku rasanya menghilang dan aku tidak bisa merasakan apa-apa lagi selain rasa sakit. Bahkan rasa sakit yang kurasakan sekarang lebih parah daripada rasa sakit saat aku tersadar dan mendapati tubuhku yang diikat. Aku menangis, tidak dapat menahan air mataku yang membuncah keluar.

"Kau jahat Susan. Kau benar-benar jahat. Kau bukan manusia." aku merintih dan mengatainya. Aku tidak tahu harus berkata apa lagi.

"Hahaha. Tenang saja, aku akan menjaganya dengan baik, dan membentuk memori-memori baru yang baik untuknya. Aku adalah masa depannya" ucap Susan penuh percaya diri. Aku flashback, teringat dengan semua kenangan pada Dominik. Akankah dia masih bisa menjadi seperti Dominik yang sebelumnya yang aku kenal, setelah dia kehilangan ingatannya. Setelah Susan menghapus paksa memorinya. Akankah dia tetap ceria, tidak tertebak, aneh, dan menyenangkan? Ataukah Dominik yang aku kenal akan benar-benar hilang? Dan yang paling penting bagiku, akankah dia masih tetap mengenalku? Mengingatku sebagai wanita yang pernah diajak menikah olehnya. Harapannya yang terakhir katanya, akankah dia masih mengingatku sebagai perempuan yang dia harapkan untuk bersamanya. Oh tidak, tolong jangan melupakanku. Aku sudah terlanjur menyukaimu. Aku menangis untuk hal itu dan berdebat dalam hatiku.

"Sudahlah, jangan menangis. Aku akan membiarkanmu hidup hingga saat aku dan Dominik menikah. Bahkan kau bisa menyaksikan pernikahanku dengannya. Aku tahu kau akan sangat sakit melihat itu. Tapi setidaknya kau masih punya satu kesempatan terakhir untuk melihatnya sebelum kau meninggalkan dunia ini. Dan kau tahu, kau wanita yang sangat beruntung karena memiliki kesempatan itu. Aku tidak pernah memberikan kesempatan langka ini kepada wanita lainnya selain dirimu." ucap Susan, dan ia kembali berdiri. Aku speechless, tidak tahu berkata apa lagi. Sibuk dengan pikiran dan hatiku yang sedang hancur, mengetahui bahwa dia telah menghapus semua ingatan Dominik. Aku bahkan tidak melihat dia yang melangkah keluar meninggalkanku.

"Sial! Maafkan aku Dominik" aku menggerutu dalam hatiku, dan menangis tanpa aku tahu kapan air mataku sudah tidak keluar karena sudah terlalu kering. 

Hari-hari setelah itu berlalu dengan sangat kelam. Aku bahkan tidak tahu sudah berapa hari aku berada dalam ruangan ini. Aku hanya diberi makan saat pagi dan malam, ikatanku sudah dibuka tapi tetap saja aku tidak bisa keluar dari tempat ini. Ada banyak sekali penjaga diluar ruangan ini, dan setiap kali aku berusaha memberikan tipu muslihat namun mereka selalu berhasil menangkapku. Aku jug pernah hampir berhasil keluar dari jendela kecil disudut kamar namun seorang penjaga berhasil memergokiku dan mengeluarkan apapun barang yang ada didalam ruangan yang bisa membantuku memanjat ke jendela diatas itu. Setiap hari aku hanya berpikir dan berpikir bagaimana caranya keluar dari ruangan itu, namun tetap saja aku tidak bisa keluar dari sana. Hari-hari yang kulalui begitu menyiksaku, setiap hari aku hanya bisa merenung dan merenung. Pakaianku juga tidak pernah diganti, aku dibiarkan membusuk disana jika saja mereka tidak memberiku makan maka aku sudah menjadi tengkorak dalam ruangan itu. Pernah aku berpikir ingin mengakhiri hidupku saja karena hidup seperti ini rasanya begitu menderita. Namun setiap muncul pikiran itu aku langsung teringat kepada Dominik dan kalimat Susan saat terakhir kali menemuiku. Katanya aku masih bisa melihat Dominik dan mungkin hanya itu satu-satunya harapan yang membuatku membatalkan niat untuk mengakhiri hidupku. Aku bahkan selalu berusaha memotivasi diriku bahwa aku bisa keluar dari tempat ini dan aku masih punya kesempatan. Jadi aku tetap makan dan minum seadanya, aku tetap berusaha untuk hidup. Aku tidak tahu beberapa hari berlalu setelah itu, bahkan mungkin beberapa minggu. Hingga akhirnya suatu hari seorang penjaga masuk ke ruanganku dan berkata kepadaku.

"Besok adalah hari pernikahan Dominik dan Susan. Kau diundang." katanya. Dan ia kembali menutup pintu itu. Entah aku tidak bisa menjelaskan perasaan yang kurasakan saat ini. Rasanya sakit sekali ketika mendengar Dominik akan menikah dengan Susan, tapi ada juga rasa bahagia karena akhirnya penantianku untuk melihat Dominik dan keluar dari tempat ini akan segera terwujud. Meski setelah itu akupun tidak yakin bahwa aku masih bisa melihat dunia ini, atau mungkin aku segera disingkirkan seperti yang Susan katakan saat itu. Aku tidak peduli, yang penting aku bisa melihat hari esok. Melihat Dominik dibalut pakaian pengantinnya yang pasti akan membuatnya terlihat sangat gagah dan tampan. Aku berharap bisa melihat senyum diwajahnya, akankah dia bahagia di hari pernikahannya? Pernahkah dia mengingat tentangku setelah ingatannya dihapus? Pernahkah dia mencariku? Ah, aku tidak mau lagi memikirkan semua hal itu, dan aku harus fokus untuk hari besok. Aku harus tidur yang cukup untuk mengumpulkan tenagaku. Besok semua akan terjawab, apakah akhir dari hidupku atau aku masih punya kesempatan lainnya. Aku menunggu hari esok, sangat menunggu hingga aku terlelap cepat dan ingin malam segera berlalu sehingga matahari bisa menggantikannya. Aku harap matahari esok akan berpihak kepadaku.

*** 

MY WEIRD RICH MANWhere stories live. Discover now