TENG TENG TENG
Suara yang sudah sedari tadi Angga tunggu-tunggu akhirnya terdengar. Oh, langsung saja dia tancap gas mengacir menuju kantin dan membeli semangkuk bakso komplit dan dua porsi besar nasi putih.
Uhh, tanpa peduli panas-tidaknya bakso itu, Angga langsung saja melahapnya seperti orang kesetanan..
"Woi!" panggil seseorang sambil menepuk keras bahu Angga seketika membuat laki-laki malang itu kaget dan menyebabkan satu bola bakso yang seharusnya ia gigit terlebih dulu langsung asal masuk saja ke kerongkongannya.
Panas,
Perih, dan...
Pedas.
Uh, semua itu... mirisnya harus Angga rasakan di kerongkongan malangnya...
Dan percayalah... itu menyakitkan...
"Dicariin ke mana-mana taunya udah pergi duluan!" sahut sahabatnya yang lain sambil menepuk-tepuk punggung Angga yang terlihat kesulitan bernapas. Dia juga mengambil selembar tisu yang langsung dipakai Angga sebagai lap mulutnya.
Angga menepuk-tepuk dadanya sebelum meneguk air minumnya. "Iya-iya.. Maaf. Aku kelaperan tadi," ujarnya saat merasa dirinya sudah mampu berbicara sebelum kembali melanjutkan acara makannya. Yaah, walaupun kerongkongannya itu masih sedikit perih, apalah daya? Tuntutan perut jauh lebih besar, oi!
"Itu jidat kau juga masih hitam-hitam udah makan aja!" sahut Rama, pelaku atas kejadian "Kerongkongan Bakso" itu, sambil mencomot potongan tahu putih dari mangkuk korbannya.
"Eh?" Angga mengernyit sebelum ia mengelap dahinya. "Masya Allah ini udah dari kapan!?" tanyanya entah kepada siapa. Angga sendiri bahkan tidak menyadarinya.
Angga termenung sebentar..
Pantas saja orang-orang yang berpapasan dengannya tadi tersenyum-senyum sendiri menatapnya. Yaah, otomatis Angga berbalik tersenyum manis kepada mereka wong dia kira, mereka tersenyum menyapanya. Tapi ternyata..
Ah sudahlah, mau bagaimana lagi? Rasanya urat malu laki-laki itu juga sudah putus..
"Kenapa bisa hitam-hitam gitu? Abis main oli kau?" tanya Rama sebelum duduk di samping Angga.
Wajah lawan bicaranya itu kemudian berubah terlihat dungu saat ia mencoba berpikir ulang. "Oli? Oli.. oli.. oli—Oh! Iya oli. Tadi pagi aku—"
"Ada berita baru! Ada berita baru!" potong satu sahabatnya lagi yang tiba-tiba saja langsung ikut nimbrung di meja makan itu. Lengkaplah sudah pasukan Angga dan keempat kawan bodohnya..
Rama mengangkat tangannya, belagak ingin menghantam kepala si Arul yang tiba-tiba datang merusuh. "Ish kau ini! Orang si Ucup lagi bicara! Asal potong-potong aja!"
Arul mengibas-kibaskan tangannya tidak peduli. "Ah! Dengerin punyaku dulu! Ini berita penting!"
Satu sahabatnya yang lain, Tomo, menyahut acuh tak acuh sambil mengunyah potongan somay yang tadi dibelinya. "Kenapa?"
"Tadi.. ada anak baru di kelasku!" lanjutnya memulai ceritanya.
Hening...
Tidak ada yang bersuara..
Semua sahabat-sahabatnya itu hanya menatapnya datar tanpa menunjukkan reaksi apapun.
Arul mendecak mendapati mereka yang "masih" terlihat cuek-cuek saja. Ah, mereka ini belum tau topik panasnya!
"Anak barunya perempuan! Cuantiknyaaaa.. Masya Allah!" Dan setelah mendengar itu, seketika saja tiga pasang mata langsung bereaksi heboh.
Benar 'kan?
YOU ARE READING
Manggala (TAMAT)
Teen Fiction"Aku menyukaimu." Oh, Maula terkejut bukan main. Ia kemudian menggeleng tidak percaya. "Kamu... gila..," gumamnya tanpa sadar. Tapi laki-laki itu hanya tersenyum teduh dan berkata, "Ya. Aku tau. Selalu memikirkan kamu, merindukan suaramu, senyumanmu...