PART 6

22.7K 861 13
                                    

"Iya.. Iya Drick,  tidak masalah kami mengerti"

"..."

"Ya_aku matikan"

Roy segera meletakkan ponselnya keatas meja setelah menerima telpon.

"Dari siapa pa? "Tanya Riana yang sedari tadi memperhatikan saat suaminya menerima telpon.

"Dari Aldrick" Jawab Roy cepat.

"Ada apa? "Tanya Riana dengan nada aneh.

"Dia bilang! Hari ini ada rapat yang tidak bisa dia tinggalkan jadi tidak bisa mengantar Queeny kekampus"Jelas Roy jujur.

"Huhh" Riana tanpa sadar menghela napas lega membuat Roy menatapnya aneh.

"Apa maksud mama dengan helaan napas lega itu? Mama senang? " Tanya Roy membuat Riana menegok kekiri kekanan kemudian setelah memastikan bahwa tidak ada orang, ia segera mendekati suaminya.

"Pa,  mama rasa ada sesuatu yang Queeny sembunyikan dari kita"Ucap Riana dengan nada berbisik.

"Maksud mama? "Tanya Roy bingung.

"Apa papa nggak merasa kalau Queeny berubah jadi aneh setelah kejadian kemarin? " Tanya Riana namun hanya ditanggapi dengan gelengan oleh Roy. Karena ia memang merasa bahwa putrinya baik-baik saja, masih manja dan kekanakan.

"Queeny bohong pa, dia nggak jawab jujur waktu mama tanya. Terus nih ya,  waktu mama tanya tentang Aldrick, Queeny langsung berubah jadi aneh pa, kayak menghindari sesuatu, tapi mama nggak tahu itu apa? "Jelas Riana membuat Roy mengernyitkan keningnya bingung namun sedetik kemudian ia segera bangkit dari kursinya seolah mengingat sesuatu.

"Sekarang papa ngerti ma!" Ucap Roy dengan nada sedikit keras namun segera menutup mulutnya kemudian duduk kekursinya kembali.

"Ngerti apa pa? "Tanya Riana penasaran.

"Gini ma, pertama kita urutin dulu kejadiannya dari Queeny kekantor Aldrick"Ucap Roy membuat Riana mengangguk.

"Disana Queeny ketemu Aldrick kan? Untuk pertama kalinya?"Ucap Riana yang langsung dibenarkan oleh Roy.

"Setelah kejadian itu, ada bunga yang setiap hari dikirim kerumah kita ma. Bunga yang_ Intinya bunga semahal itu tidak mungkin dibeli oleh orang biasa"Ucap Roy yang langsung diangguki oleh Riana. Bunga semewah dan semahal itu, bahkan suaminya saja tidak pernah membelikannya.

"Jadi maksud papa,  Aldrick yang melakukan itu semua? "Tanya Riana yang sudah mulai paham mengenai pemikiran suaminya.

Roy mengangguk. "Mama tahukan? Aldrick bukan tipe orang yang peduli tapi kenapa ia mau menyetujui permintaan papa untuk mencari tahu siapa penguntit Queeny".

"Dan bahkan bersedia turun langsung untuk mengantar jemput Queeny ke kampus "Sambung Riana memperjelas perkataan suaminya.

Roy mengangguk. "Padahal,  bisa saja ia meminta anak buahnya untuk mencari tahu siapa penguntitnya".

"Lalu bagaimana pa? Apa kita langsung tanyakan saja pada Aldrick? " Ucap Riana cepat.

"Jangan ma, kita lihat situasi hari ini dulu. Bukannya tadi Aldrick bilang ada rapat, itu berarti ia tidak akan punya waktu untuk mengikuti Queeny dan Adit. Nanti setelah tiba dikampus baru kita telpon Adit, apa masih ada yang mengikuti mobil mereka".Ucap Roy namun ditolak oleh Riana.

"Bagaimana kalau yang mengikuti mobil Queeny itu bukan Aldrick pa,  bisa sajakan itu orang suruhan Adrick untuk mengawasi Queeny"Ucap Riana tak terima.

Roy menggeleng. "Aldrick pasti melakukannya sendiri ma, percaya sama papa"

Riana tentu saja masih ragu namun terpaksa menganggukkan kepalanya dan berharap jika apa yang dikatakan suaminya itu benar. Jadi kebenarannya bisa terungkap secepatnya.

"Apa sih yang Aldrick inginkan dari Queeny pa? Mama nggak ngerti"Ucap Riana frustasi, pasalnya jika Aldrick mengincar putrinya untuk dijadikan istri maka demi Tuhan, putrinya itu baru berusia 19 tahun. sangat tidak cocok dibandingkan dengan Aldrick yang sudah sangat tua.

"Sudah.. Sudah ma,  nanti kita bahas lagi. Dan ingat jangan bahas apapun didepan Queeny atau ia akan takut nanti"Pesan Roy lalu berdiri dari duduknya.

"Papa mau kemana?"Tanya Riana saat melihat suaminya beranjak.

"Manggil Queeny ma. Mama terusin siapin sarapannya saja"Ucap Roy kemudian berjalan menuju tangga untuk naik kelantai dua.

***

Sedangkan ditempat lain,  ada seorang pria yang tengah menatap kearah luar. Atau lebih tepatnya sebuah taman yang besar dan indah yang ada disamping rumahnya.

Tok tok tok..

Tanpa berpaling,  Aldrick mempersilahkan seseorang yang mengetuk pintu ruang kerjanya untuk masuk.

"Permisi tuan, apa tuan memanggil saya?" Tanya Boby, Pengawal pribadi Aldrick.

Aldrick berbalik lalu berjalan menuju kursi kebesarannya yang ada diruangan tersebut. Kemudian duduk dengan santai sambil menyilangkan kakinya dengan gaya angkuh.

"Aku akan langsung saja padamu. Aku memintamu kesini untuk meminta saran"Ucap Aldrick tegas.

"Saran? " Tanya Boby bingung.

"Tentang Queeny, aku yakin kau sudah melakukan apa yang aku minta"Ucap Aldrick sambil menatap Boby dengan tajam.

"Ya tuan! begini, kita berdua tahu bahwa Pak Roy cepat atau lambat pasti akan menyadari apa yang terjadi. Jadi saran saya sebaiknya kita menculik Non Queeny pada saat mereka lengah"Ucap Boby dengan nada mantap membuat Aldrick menyeringai, pemikiran yang sama dengannya.

"Lakukan Bob,  tapi ingat jangan tinggalkan jejak dan yang terpenting adalah jangan sampai gadisku terluka atau kau dan seluruh keluargamu menjadi taruhannya"Ucap Aldrick dengan nada penuh ancaman membuat Boby menganggukkan kepala tanpa bantahan kemudian berlalu meninggalkan ruang kerja Aldrick.

Aldrick menyeringai penuh arti setelah kepergian Boby. "Maaf Roy,  tapi sepertinya kau tidak akan punya cara untuk menolakku"

-Bersambung-

Aldrick Tomlyn!

Aldrick Tomlyn!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALDRICK TOMLYNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang