Tania

12.4K 614 16
                                    

Sejak malam itu di acara pernikahan Nico dua bulan lalu, Tania sama sekali tidak pernah lagi bertemu atau bahkan berkomunikasi dengan Retta. Kehidupan Tania kembali seperti ketika dia ditinggal pertama kalinya oleh sang cinta pertama selepas kelulusan angkatannya.

Kini, Tania tengah fokus terhadap kuliahnya yang hanya tinggal satu semester lagi. Hubungannya bersama Reno juga semakin membaik walau dalam hati kecil Tania, dia masih menyimpan ruang khusus untuk seorang beranama Kallista Claretta.

****


Tania's Pov

Bunyi alarm memekikkan telingaku membuatku terbangun dengan mata masih setengah terpejam. Aku melihat ke arah jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul 6.30 pagi. Hari ini jadwal pertamaku bimbingan skripsi bersama Reno. Kami berdua akan menyusun skripsi di semester ini, berbeda dengan Dhea yang baru bisa di semester depan.

Bukannya jadi rajin kuliah, sekarang Dhea malah sibuk dengan komunitas fotografinya. Harus aku akui, hasil jepretan Dhea semakin bagus. Bahkan dia sempat memenangkan kompetisi foto bertemakan Ibukota Jakarta.

Berkat kemenangannya itu, sekarang Dhea sedang berada di Sumba untuk memotret keindahan alam di sana. Aku senang melihat sahabatku melakukan sesuatu yang sangat ia sukai. Tapi tetap saja, Dhea harus lebih memikirkan perkuliahannya.

Tok..tok..tok

"Kaaak, udah bangun?" tanya Bunda dari balik pintu kamarku.

"Oh iya, udah Bun," jawabku sambil membukakan pintu.

Bunda menatapku sembari memegang kotak makan Tyo dan Dyo. "Yaudah cepat mandi gih, kamu mau jalan ke kampus jam setengah 8 kan?"

"Iya Bunda."

"Dijemput Reno?"

"Iya, nanti dia ke sini."

"Yaudah sekalian ajak Reno sarapan dulu di sini ya."

"Iya Bun," sahutku.

Aku pun kemudian mengambil pakaian dari dalam lemari untuk aku pakai hari ini. Lalu aku merapikan buku catatan kuliah di atas meja belajar. Ketika aku membuka laci untuk mengambil isi binder, ada sepucuk surat dari Kak Retta terletak rapi di sana. Aku mengambilnya dan melihatnya.

"vous êtes l'un" sebuah tulisan tangan Kak Retta tertulis rapi di bagian pojok kanan surat tersebut.

Aku menarik nafas dalam dan tersenyum sambil menaruhnya kembali ke dalam laci.

"Semoga Kak Retta udah bahagia sama Kak Jingga," ucapku dalam hati.


Di Kampus Bersama Reno

"Kamu bimbingan di ruang kelas mana?" tanya Reno sesaat dia memarkirkan motornya.

Aku memberikan helm padanya. "Kata anak-anak sih di lantai 2 ruang III, kamu?"

"Oh sama dong, aku juga tapi di ruang I."

"Oh bagus dong, jadi nanti abis bimbingan kita bisa langsung makan."

Reno sedikit tertawa dan mengacak poniku yang sudah panjang. "Dasar, tadi kan di rumah baru makan nasi gorengnya Bunda sekarang udah ngomongin makan lagi. Gimana gak makin chubby kamu nih."

Aku sengaja mengembungkan pipi. "Biarin, emang kenapa kalo makin chubby? Kamu gak akan suka lagi sama aku?"

Kini Reno mencubit lembut pipiku. "Ngomong apa sih, sampe kapanpun aku akan tetep suka sama Tania."

Reminisce FinalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang