Jingga

4.3K 502 19
                                    

Jingga's Pov

Lembar demi lembar foto album ku buka dengan perlahan. Jajaran gambar-gambar itu selalu sukses membuatku tersenyum. Bagaimana tidak, foto album ini selalu aku bawa karena menyimpan banyak cerita di dalamnya.

Banyak foto yang menggambarkan pertumbuhanku bersama dengan Retta. Mulai dari kami balita hingga menjadi mahasiwa. Setiap momennya pasti kami abadikan.

Aku melihat foto Retta kecil sedang terpleset dan aku tertawa di sampingnya, foto kami berdua ketika pertama kali mengambil kelas renang di umur 5 tahun, lalu ada foto Retta mengenakan baju pramuka sedang memegang tongkat dengan gigi depannya yang ompong, ada pula foto kami berdua mengenakan seragam putih rok kotak-kotak biru yang sedang duduk kelelahan karena menjadi panitia acara galang dana, dan masih banyak lagi. Semua kenangan itu masih tersimpan rapi di album ini dan di benakku.

Sampai detik ini pun aku masih sering bertanya, sejak kapan sebenarnya aku mulai menyayangi Retta lebih dari sahabat? Apakah benar ketika kami duduk di bangku SMA? Atau memang aku sudah menganggapnya berbeda sejak kami kecil dulu?

Retta adalah satu-satunya manusia yang selalu ada di sampingku. Baru kali ini kami berjauhan dan itu semua terjadi karena sebuah perasaan yang tidak seharusnya ada di antara kami.

"Jingga.." panggil Kak Ellina berdiri di ambang pintu kamarku.

Aku langsung menutup foto album yang ada di tangan. "Eh Kak Ellina, kenapa Kak?"

Kak Ellina tersenyum lalu berjalan menghampiriku. Sebelah tangannya merangkul bahuku. "Kenapa? Masih kepikiran Retta?"

Aku mencoba tersenyum. "Dikit Kak."

Kak Ellina menghela nafas dengan tatapan penuh pengertian. "Gak apa-apa, proses itu gak akan mudah, pasti susah. Take your time, Ngga."

"Iya Kak. Emmm, kenapa Kak Ellina ke kamar aku?"

"Oh iya, kamu masih simpen foto Theis waktu yang pas berenang sama Retta itu gak? Fotonya kehapus di hp kakak, mau kakak cetak."

"Oh ada sih Kak, bentar aku harus cek dulu di chat-an aku sama Retta."

"Oh yaudah, nanti kalo udah ada tolong kirimin ke aku ya Ngga. Yuk, makan malem yuk."

"Iya Kak, 5 menit lagi aku ke meja makan."

"Yaudah, Kakak duluan ya."

"Iya."

Sesaat setelah Kak Ellina keluar dari kamar, aku mengambil ponsel dan mencari chat dari Retta.

Setelah 2 bulan aku tidak pernah berkomunikasi dengannya, ini kali pertama aku kembali membuka chat darinya.

"Gue udah beli hp baru Dee, hehe." – Retta, 2 months ago

"Hemmm, Dee, it will be my last text to you. So, I wanna say that I love you as my best friend. Please ya Dee, jaga diri lo baik-baik, maafin gue. I'm gonna miss you. Sampai berjumpa di waktu yang belum bisa ditentukan." – Retta, 2 months ago

"Adeeva Jingga Myesha, makasih udah mau jadi sahabat paling berharga untuk Retta. Retta sayang Jingga, bye." – Retta, 2 months ago

Dan sebulir air mata tiba-tiba saja membasuhi wajahku. Ternyata tidak semudah itu menetralisir perasaan yang memang sudah terlanjur dalam.

Lo lagi apa Ta sekarang? Gue kangen.

***


Beberapa minggu setelahnya

Hari demi hari aku jalani seperti biasa. Semua tidak ada yang berubah, hanya saja sudah tidak ada lagi keberadaannya di sini. Malam ini, aku bersama Alexa dan Emma pergi ke sebuah bar yang baru saja buka.

Reminisce FinalWhere stories live. Discover now