Emotion

489 70 21
                                    


Sudah tiga hari dia tidak bertemu Seulgi, dan meskipun dirinya masih terus berhubungan dengan gadis itu, sungguh dia benar benar merindukannya. Hanya dengan mendengar suara Seulgi saja tak cukup untuk memuaskan hati Sehun. Dia harus melihat dengan matanya, dan merasakan keberadaan gadis itu dengan kulitnya sendiri.

Entah sudah berapa kali teman temannya berkata jika dia seperti setengah hidup karena tak ada Seulgi di kampus, bahkan Sejeong saja meledek tak habis habisnya.

Sekarang teman temannya di sekolah mengetahui bahwa Mingyu pulang ke Anyang beberapa waktu untuk mengurus sang ayah. Ya, hanya sejauh itu tanpa tahu masalah pria itu dengan ibu dan ayah tirinya. Tapi bagi Seulgi, mereka hanya tau jika gadis itu pulang ke Anyang karena ada urusan keluarga. Sehun tak berniat menjelaskan kepulangan Seulgi yang juga sebenarnya karena ayah Mingyu. Alasan itu sudah cukup membuatnya kesal, apalagi jika ia harus menjelaskannya.

Sebuah ide tersirat di benaknya. Satu hari terakhir sebelum weekend, dia tak ada kelas. Rasa rindunya pada Seulgi benar benar sudah diluar batasnya. Bahkan saat sedang vidcall dengan gadis itu saja dia masih merindukan Seulgi.

Sehun ingat jika Seulgi pernah memberitahu alamat rumahnya di Anyang. Selain untuk menemui Seulgi, dia juga bisa ikut menengok dan memperhatikan keadaan ayah dari sahabatnya Mingyu kan. Itu benar benar ide yang sangat baik.

Jadi dia izin pada orangtuanya jika ia akan mengunjunhi Seulgi di Anyang. Yang tentu saja langsung disetujui oleh mereka. Menurut orangtuanya mengenal keluarga Seulgi adalah langkah baik selanjutnya untuk hubungan mereka.

Ya karena memang sudah sangat rindu dan tak sabar, Sehun memesan bus paling pertama yang bisa membawanya ke Anyang. Meskipun sangat pagi, dia sama sekali tidak merasakan tubuhnya lelah ataupun mengantuk. 

Bus sampai di Anyang. Dia melihat beberapa penumpang sudah mulai turun dari bus. Membuatnya langsung berdiri, mengambil tasnya dan juga ikut turun dari bus.

Sehun merogoh saku celananya, mengeluarkan secarik kertas dimana alamat Seulgi dia tuliskan. Sebenarnya dia bertanya sedikit pada Wendy. Sehun memang ingat dimana alamatnya, hanya saja untuk memastikan, dia bertanya pada Wendy yang dulu pernah berlibur di rumah Seulgi.

Syukurlah tak sulit mencari taxi di daerah sini. Dengan cepat dia bisa menemukan taxi yang sedang menunggu penumpang. Langsung saja dia berlari kecil mendekat dan memberikan alamat yang ingin ia tuju. Tidak, dia tidak memberitahu Seulgi, dia ingin memberikannya kejutan.

Sampai di sebuah rumah dengan halaman yang luas, Sehun berdiri di depannya. Ia kembali melirik kearah kertas yang ia pegang, lalu melihat nomor yang tertera di rumah itu. Senyuman pun merekah di wajah pria itu, menyadari jika rumah indah nan asri di depannya ini adalah tempan dimana kekasihnya tumbuh besar.

Ia perlahan masuk, melihat rumput hijau yang di potong pendek rapi. Membayangkan Seulgi kecil yang berlarian bermain di sana bersama Wonwoo.  Sehun sendiri pernah melihat foto foto masa kecil Seulgi, dan dia mengingat beberapa bagian rumah yang tampak di foto itu. Dan menurutnya rumah ini lebih indah daripada yang terlihat di foto.

Sampai di depan pintu, dia mengetuknya perlahan. Harus menjaga kesopanan tentunya, ini adalah rumah calon mertuanya.

Tak tunggu lama, terdengar suara dari dalam. Suara lembut seorang wanita yang saat pintu di buka bisa Sehun tebak adalah ibu dari Seulgi.

Sedikit gugup tentu saja, ini pertama kalinya ia bertemu ibu Seulgi, dan dia harus memberikan kesan yang baik. Sedikit terburu buru, Sehun langsung membungkuk, memasang senyum yang biasanya jarang ia pakai, sebaik mungkin "anyeonghaseyo" tutur Sehun.

Wanita itu ikut tersenyun, tapi masih ada raut bingung di wajahnya. "Siapa ya? Bisa saya bantu?"

"Ah saya Sehun dari seoul, apa Seulgi ada? Saya.. "

Clique ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang