PLANET TANPA NAMA

28 0 0
                                    

"Jika surga adalah air yang mengalir dan pepohonan yang berbuah, planetku adalah salah satunya"

Planet Tanpa Mama, Abad Pertama...

Decitan pintu terbuka terdengar berisik di telinga Feira. Seseorang memasuki kamarnya dengan langkah kaki yang begitu lembut, hampir tak ada bunyi. Hingga tiba-tiba cahaya matahari menerpa wajah lembut Feira yang sedang tertidur pulas di kamarnya.

Seorang pelayan rumahnya sengaja membuka tirai jendela bermotif sayap burung di samping ranjang, sesuai perintah Freiza Tasia, ibu kandungnya. Jelas saja, merasa ada yang mengusik mimpi indahnya, Feira langsung menarik selimut hingga menutupi wajahnya.

"Tuan sudah menunggu anda di ruang makan, nona" pelayan tersebut kini berdiri menunduk di samping ranjang Feira. "Tuan akan pergi berdua ibu besar saja jika nona masih belum bangun setelah saya turun dari kamar" lanjut pelayan tersebut dengan intonasi cukup santun.

Hari ini, keluarga Tasia; yaitu Joreedga Tasia, Freiza Tasia dan anak mereka satu-satunya, Feira Anastasia, harus menghadiri pertemuan keluarga bangsawan yang diadakan enam bulan sekali di Aula Pertemuan Bangsawan.

Pertemuan bangsawan akan dihadiri oleh 5 keluarga bangsawan yaitu keluarga Tasia, Greeya, Hoola, Canon dan Veenan.

Tidak. Jangan bayangkan mereka sedang berada di planet yang sama seperti kita—Bumi, di mana negeri-negeri dipimpin oleh presiden ataupun raja. Mereka hidup lebih jauh dari planet Pluto berada. Jauh di angkasa sana, ada kehidupan di planet lain. Mereka menyebutnya, planet Tanpa Nama. Di mana segala sesuatu ada, apa yang kau ingin siap sedia. Tapi ada satu hal syarat yang harus kau punya; kau keluarga bangsawan.

Belum sempat pelayan tersebut melangkahkan kakinya keluar kamar Feira, dalam hitungan nanodetik Feira langsung bangun dari tidurnya, duduk di atas ranjang dengan rambut yang masih berantakan.

"Turunlah, katakan aku akan menyusul sebentar lagi" Feira berjalan menghampiri cermin berukuran setinggi badannya yang berada di samping lemari bajunya, sementara pelayannya keliar dari kamar Feira dan menutup pintu dengan pelan.

Dilihatnya kembaran dirinya di dalam cermin dengan rambut berantakan yang sama dengan miliknya dan gaun tidur yang ikut berantakan di badannya yang mungil itu. "Good morning, Feira Anastasia" Sapa Feira kepada sosok di depannya seraya memejamkan matanya. Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Ujung bibirnya membentuk senyuman manis di wajahnya. Dibukanya kedua mata nan hitam, bulat dan cantik itu.

"Well... "Feira mengedipkan salah satu matanya, mendapati dirinya telah mengenakan mini dress berwarna cokelat susu dan rambut sepanjang dada telah tergerai rapi dengan hiasan bunga berwarna putih melingkari kepalanya."... Here I am". Feira tersenyum lebar bersamaan dengan serbuk emas yang mengitari wajah dan kakinya. Kini wajah putih Feira telah dihiasi dengan sentuhan serbuk berwarna peach. Kakinya pun telah cantik dengan flatshoes putih yang memiliki tali panjang melilit kakinya hingga lutut. Ya, seajaib itu serbuk milik Feira.

Teringat ayah dan ibunya sedang menunggu di ruang makan, ia bergegas turun menuju ruang makan dengan berlari kecil. Sementara itu, pintu kamar tertutup dengan sendirinya, begitu pula ranjang Feira yang telah kembali rapi.

Terlihat, Joreedga Tasia, ayahnya telah menunggu dengan muka yang masam. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja kaca.  "Sudah jam berapa ini, cantik?" tanya Joreedga mengendus kesal melihat anak perempuan satu-satunya yang baru saja menuruni tangga.

"Aku harus mandi, memilih baju dan membereskan tempat tidur dulu, ayah" sahut Feira berlari kecil dan duduk di sebelah ayahnya.

"Kau tak mungkin melakukan itu, sayang" Freiza tersenyum menggoda Feira.

"You know me so well, ma" Jawab Feira dengan cengiran yang memamerkan gigi putih rapinya. Dengan cekatan, Feira meraih jamur saus madu di piringnya.

Jamur adalah makanan kesukaan Feira sejak kecil. Ia biasanya memetik jamurnya sendiri di Lembah Kapas bersama dua temannya, Clara dan Dori.

Untuk menuju Lembah Kapas, Feira harus melalui Sungai Moka, Jembatan Madu dan Padang Kupu-Kupu yang memakan waktu sekitar dua jam dari rumahnya dengan bersepeda.

Sebenarnya, planet seperti apa yang menjadi tempat tinggal mereka selama ini? Mengapa ada tempat-tempat yang tidak wajar didengar oleh telinga-telinga manusia? Namun, yakinlah manusia pasti senang mengunjungi Lembah Kapas, di mana gula-gula kapas menyelimuti seisi lembah, tanaman-tanaman berbuah gula kapas dan terdapat pohon kapas yang tumbuh di sekitar Lembah. Mereka bisa menggunakan kapas dari pohon tersebut untuk membuat bantal dan guling.

Apa planet ini masih sulit untuk dimengerti? Sungai Moka, Jembatan Madu, Padang Kupu-Kupu? Darimana mereka tercipta? Atau lebih tepatnya, bagaimana bisa planet ini ada?

"Cepat, cantik. Ayah akan sangat malu jika keluarga kita datang terlambat" Joreedga mulai berdiri dan memasang jas hitamnya yang dihiasi mawar merah cantik di saku jas sebelah kiri. Freiza pun ikut berdiri merapikan long dress miliknya yang berwarna senada dengan milik Feira. Freiza melontarkan senyum khas miliknya kepada Feira sebagai isyarat yang dengan mudah Feira pahami.

Feira mendengus kesal. "I'm done". Feira mendesakkan tiga jamur madu di dalam mulutnya secara paksa. Dengan cepat ia berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangannya dan berusaha mengunyah jamur yang membuat wajah Feira terlihat sepetti sinchan.

Akhirnya keluarga Tasia berangkat menuju Aula Pertemuan Bangsawan. Mereka menggunakan kereta awan,  roda kereta tersebut berupa awan, tang berputar, kemudian terbang menuju tempat tujuan.

Perlu waktu 30 menit untuk sampai ke Aula Pertemuan. Feira yang duduk di belakang ayah dan ibunya tengah asyik membaca buku kumpulan prosa kesukaannya. Buku itu ia dapatkan dari Bumi, yang dibawa Freiza ke planet Tanpa Nama 20 tahun silam, bersamaan dengan pertama kali ia menginjakkan kakinya di planet ini.

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Sep 30, 2019 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

PetrikorDove le storie prendono vita. Scoprilo ora