7

8.5K 487 11
                                    

Irwan pov.

Dikala lelah sepulang kerja seperti ini aku sungguh merindukan istriku. Biasanya dia dengan setia menyambutku pulang hingga menyiapkan hidangan makan malam untukku.

Ku parkirkan mobil di basement apartemen, dan melangkah dengan gontai ke arah lift menuju lantai 7 tempat dimana apartemen ku berada.

Kulihat jam ditangan sudah menunjukan pukul 12 malam, hari ini begitu banyak sekali kerjaan yang harus ku bereskan.

Setelah lift berhenti segera ku buka pintu yang berjarak kurang lebih 5 meter dari lift.

Betapa terkejutnya aku melihat Aisyah tertidur di sofa ruang tamu dengan posisi duduk. Ku dekati ia dan memperhatikannya dari jarak dekat.

"Cantik juga dia kalau sedang tidur kaya gini," ucapku tanpa sengaja keluar begitu saja.

Ku ulurkan tangan untuk menyentuh wajahnya yang putih bersih tanpa ada jerawat atau pun flek hitam di kulitnya itu.

Ia mengerjapkan matanya sebelum tersadar dan duduk tegap di hadapanku. Aku gugup dibuatnya karena kepergok memperhatikan nya dan ingin menyentuh wajahnya.

"Kamu kenapa tidur disini!" ucapku datar
"Maaf mas, saya tadi nungguin mas pulang," ia menjawab dengan wajah tertunduk.

"Pindah ke kamar kamu! saya ga mau nanti kamu sakit dan nularin ke anak-anak," titahku
"Iya mas," ia berjalan menjauh dari hadapanku.

"Emmm, Aisyah!" panggilku sebelum ia menutup pintu kamarnya.

"Iya mas, ada apa?"
"Tolong siapkan makan untuk saya, kamu masak 'kan?"
"Iya mas,"
"Yasudah saya mau mandi dulu. Kalau sudah selesai kamu boleh lanjut tidur," ucapku sambil melangkahkan kaki kekamar untuk segera mandi.

Aisyah pov.

Aku begitu terkejut melihat kehadiran mas Irwan yang tengah menatapku dari jarak yang begitu dekat. Bahkan tangannya sudah ia ulurkan untuk menyentuh wajahku.

"Kamu kenapa tidur disini!" ucapnya datar terlihat sekali jika ia sedang gugup karena aku bangun dengan tiba-tiba

"Maaf mas, saya tadi nungguin mas pulang," jawabku dengan wajah tertunduk dan dada yang terus berdebar. Aku tak pernah berdekatan seperti ini dengan lelaki manapun.

"Pindah ke kamar kamu! saya ga mau nanti kamu sakit dan nularin ke anak-anak," titahnya
"Iya mas," aku menuruti segala perintahnya karena tidak ingin menjadi istri yang durhaka.

"Emmm, Aisyah!" panggilnya ketika aku hendak menutup pintu kamar.

"Iya mas, ada apa?"
"Tolong siapkan makan untuk saya, kamu masak 'kan?"
"Iya mas,"
"Yasudah saya mau mandi dulu. Kalau sudah selesai kamu boleh lanjut tidur," ucapnya dan berlalu begitu saja dari hadapanku.

Dengan cekatan ku hangatkan semua makanan yang telah ku masak sore tadi, menyiapkan secangkir teh hangat untuk menghangatkan dan.merilekskan badannya.

"Mas makannya sudah siap," ucapku ketika melihat mas Irwan yang sudah segar setelah selesai mandi.

"Terima kasih," ucapnya sembari duduk di kursi.

"Saya permisi mas," ucapku dan berbalik dari hadapannya
"Temani saya!" titahnya

Aku yang terkejut dengan permintaannya hanya dapat berdiam diri dan mematung membelakanginya.

"Kamu ga dengar! Temani saya!" ucapnya lagi penuh dengan penekanan dan paksaan.

Ku turuti perintahnya dan duduk tepat di hadapannya.

Keheningan tercipta di meja makan, hanya dentingan sedok dan piring yang menandakan jika ada aktifitas di meja makan malam itu.

Aisyah Wanita Selembut Sutra (Ending)Where stories live. Discover now