Fiveteen

422 14 0
                                    

   Happy Reading🍫

   Senin pagi di sambut dengan cahaya matahari yang membuat para pelajar mendengus kesal karena akan berdiri di bawah terik matahari, sama seperti gadis yang kini berdiri di koridor dengan menatap malas para siswa yang taat aturan itu membentuk barisan.

  "Sok nggak ngelanggar aturan tapi ahirnya harus di langgar juga, artinya gini aturan di buat untuk di langgar, kalau nggak di langgar apa gunanya buat aturan kalau ujung-ujungnya gak guna. Gumam gadis itu dengan kekehan di bibirnya.

  "Woy, lo tuh ya kita cariin juga dari tadi, eh malah nangkring di sini. sontak suara dari nia membuat Rissa mendengus.

"Males gue liat siswi yang sok polos dengan sok soan berdiri di bawah panas matahari, supaya di lirik ama ketua osis gitu?, alah basi tau gak. Ucap Rissa sambil menatap segerombolan cewe-cewe kelas x.

"Ehmm, jadi Sang ice girlnya Pradipta  ceritanya lagi cemburu nih. Ujar Rara diiringi dngn tawa ketiganya membuat Rissa memutar matanya jengah.

"Ngapain gue cemburu pada tuh orang, gak guna. Ujar Rissa sambil melangkah ke tengah lapangan.

"Lah katanya malas berdiri di situ, dasar labil. Ucap Nia yang hanya di balas tawa Rara dan gita.

"Yuk ah cabut.
###

Matahri sudah lebih terik dari yang tadi tapi sang pembina upacara belum ingin menyudahi ceramah paginya.
Raffa menatap barisan kelas Rissa, matanya bergerak mencari objek dimana yang ingin di lihatnya. Kekehan kecil keluar dari bibirnya saat netra mata hitam miliknya menangkap sosok gadis yang kini mendengus kesal dengan tatapan sinis ditujukan kepada pak Fahmi yang berbicara di depan.

Lama menatap gadis itu, kini mata coklat itu menatapnya, warna wajahnya kian berubah menjadi merah saat menyadari lelaki dingin itu memperhatikannya dari tadi.

Rafa tersenyum dan menggerakkan kakinya ke arah barisan gadisnya berdiri, sementara Rissa semakin salah tingkah diiringi dengan jantungnya yang kian berdetak tak karuan.

"Kamu cantik. Bisikan lembut itu terdengar di telinga Rissa dan tidak bisa di pungkiri pipinya kini menghangat.

Rissa menatap punggung Raffa yang berjalan menjauh mengelilingi lapangan, menjaga keamanan selama upacara berlangsung yah karena itu sudah menjadi tugas ketua osis bukan, lalu apa tadi itu apakah tadi jantungnya akan melompat saking hebatnya getaran tadi, ohh Raffa lagi-lagi dirinya hampir membuat Rissa mati jantungan.

$$$

Bel istirahat kini di bunyikan, suara dari dentingan bel terdengar di segala penjara sekolah.

Rissa duduk di bangkunya, bergerak gelisah dengan kepala di atas meja. Sangat malas rasanya walau hanya berjalan menuju kantin untuk membeli makanan tapi cacing di perutnya berteriak ingin di isi.

Bodo amatlah dengan cacing di perutnya dirinya akan melanjutkan tidurnya, mungkin sakit perutnya akan menghilang sendirinya.

Baru saja gadis itu ingin menutup matanya namun di gagalkan akibat kursi di sampingnya di geser dengan bunyi yang menggema di kelas yang menjadi sunyi saat istirahat

Rissa mendongakkan kepalnya mencari sosok yang membuat tidurnya terganggu.

"Hai. Suara berat itu terdengar di ikuti dengan tampang tanpa dosa dari lelaki yang sekarang mengembangkan senyum manisnya.

Rissa memutar bola matanya, mendengus kesal dengan orang di hadapannya ini, tidak lupa dengan tatapan mengintimidasi dari gadis itu.

Raffa cengengesan dan menunjukan kantong plastik yang di bawanya tadi ke hadapan Rissa. "Aku bawain nasi goreng nih.

Little Light By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang