05

99K 13.5K 8.4K
                                    

Kampret dari dasar hati yang paling dalam kupersembahkan untuk mereka yang kutawari makan dengan maksud basa-basi doang tapi eh malah mau beneran.

—Acacia Tredayorka T.

***

Tadinya Jef berniat tidur lagi, namun kantuknya sudah benar-benar pergi dan setelah menghabiskan setengah jam dengan hanya memejamkan mata tanpa bisa jatuh terlelap, lelaki itu menyerah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tadinya Jef berniat tidur lagi, namun kantuknya sudah benar-benar pergi dan setelah menghabiskan setengah jam dengan hanya memejamkan mata tanpa bisa jatuh terlelap, lelaki itu menyerah. Dia bangkit dari kasur, berjalan ke kamar mandi buat membasuh tubuh, dilanjut menyeduh kopi dan membawanya menuju balkon. Hari baru dimulai, tetapi langit ibukota telah diwarnai oleh lapisan tipis kelabu, efek dari polusi yang menyesaki udara saban hari.

Ini sudah hari keempat sejak pemakaman Tris dan Jef belum menemui anak itu, apalagi menghubunginya. Seharusnya itu tidak menjadi masalah untuknya. Dia tidak pernah terbayang menjadi seorang ayah, apalagi memiliki anak perempuan yang super keras kepala. Tris juga tidak menuntutnya untuk merawat anak itu—lagipula tampaknya, Jo cukup mampu melakukannya sendirian. Tambahan lainnya, anak itu juga tidak menyukainya.

Namun, kenapa Jef tidak bisa berhenti memikirkannya?

Ada sentimen tidak suka yang berbaur dengan rasa bersalah setiap dia teringat pada anak perempuan itu. Tidak suka, karena anak itu selalu punya cara membantah kata-katanya. Bisa jadi juga karena garis wajahnya mirip dengan wajah Tris, membuat melihatnya bikin Jef serasa dipandang oleh Tris dengan sinis. Di saat yang sama, dia merasa bersalah karena sadar apa yang dia katakan tempo hari pasti sudah melukai anak itu.

She wasn't a mistake, Jef berpikir sambil menyeruput kopinya. Meski kehadiran anak itu tidak terduga, tetapi apa yang Jef lakukan bersama Tris bukan kesalahan. Setidaknya begitu menurut Jef.

To be honest, she was born out of love, because that's what he feels for her mother, even until now.

Jef tidak tahu apakah rasa bersalah itu juga yang mendorongnya untuk mencari segala informasi tentang Sashi yang bisa dia temukan di internet. Tidak banyak, sebab Sashi bukan anak yang aktif memosting sesuatu di akun media sosialnya. Akun facebooknya terakhir diperbaharui dua tahun lalu, itu pun hanya untuk mengganti foto profilnya. Akun Twitter miliknya terkunci. Dia paling banyak mengunggah foto di akun Instagram, tetapi jeda antara setiap foto begitu berjauhan.

Akun Instagram milik Sashi dipenuhi oleh banyak fotonya bersama anak laki-laki yang Jef lihat bersamanya di restoran ramen, rumah sakit maupun pemakaman. Kelihatannya, mereka telah cukup lama bersahabat dan sangat dekat. Pada unggahan lama, foto-foto Sashi bersama Tris lebih banyak daripada foto-foto Sashi bersama sahabatnya. Dalam foto-foto itu, Tris terlihat baik-baik saja dengan rambut panjang yang tergerai, sehat dan tersenyum lebar pada kamera. Jef berhenti beberapa lama pada satu gambar yang memuat sosok Sashi bersama ibunya. Mereka mengenakan baju berwarna senada, duduk bersebelahan di sebuah restoran sembari menatap lurus pada semangkuk es serut warna-warni. Ada senyum di wajah mereka.

Daddy's Day OutWhere stories live. Discover now