Mila

11.4K 257 0
                                    

"Dek kamu kenapa? Kok udah beberapa hari murung terus? Kamu sakit?" tanya Mas Heri.

"Aku baik Mas. Mungkin cuman butuh istirahat," balasku singkat.

Mas Heri mengecup keningku dan mengambil tas kerjanya. Ia berlalu setelah memberikan senyuman manis untukku. Aku bahagia? Iya aku bahagia karena menjadi istrinya. Aku bahagia karena memiliki anak-anak yang amat sangat baik. Mas Heri adalah duda beranak dua yang menikahiku dua tahun lalu.

Kehidupan kamu bahagia walau sederhana. Istri Mas Heri meminta cerai agar bisa menikah dengan lelaki pujaannya di negeri jiran. Anak-anak yang baru berusia empat dan dua tahun itu kuasuh dan kuterima dengan ikhlas. Walau saat ini aku belum mendapat rezeki untuk mengandung, tapi tak mengapa karena aku mencintai Safa dan Zidan.

Seminggu yang lalu aku tak sengaja membuka gawai Mas Heri. Berawal dari keinginanku untuk melihat foto-foto kami saat berlibur ke kebun binatang sore itu. Namun tangan dan perasaanku mengarahkan untuk membuka video.

Aku seakan ditembak mati ketika melihat video wanita sedang berganti pakaian di dalam gawai itu. Jantungku nyeri seakan aku tak dapat mengatur napas. Sakit sekali rasanya. Aku langsung menutup dan menghapus jejak agar tak ketahuan.

'Ya Allah, Mas. Apa yang sedang kamu lakukan.'
Batinku sungguh tak terima. Aku menunggu waktu untuk melihat lebih detail.

"Dek, Mas tidur sama anak-anak yah," ucap Mas Heri seraya mengambil selimutnya.

"Iya, Mas. Silahkan."

Mas Heri mengambil gawai miliknya. Aku masih berpikir keras. 'Siapa wanita itu? Mas apa salah dan kurangku?'

Setelah hampir tiga puluh menit, kuberanikan diri mengintip ke kamar anak-anak. Mas Heri terlihat masih asyik dengan gawainya sembari tertawa. Entah apa yang sedang ia lihat. Sungguh hatiku tak karuan, setelah apa yang kulihat tadi.

"Mas aku boleh masuk?" ujarku setelah mengetuk pintu kamar.

"Boleh Dek."

"Mas aku pinjam teleponmu boleh?"

"Untuk apa? Mas sibuk nih. Ada urusan kantor yang harus diselesaikan," ujarnya tanpa melihat ke arahku.

"Ya sudah. Kamu tidur di kamar saja Mas. Biar aku tidur sama anak-anak. Nanti mereka bangun kalau dengar ribut," rayuku.

"Oke." Mas Heri hanya membalas sesingkat itu. Dia berlalu tanpa menghiraukanku.

Mas Heri membanting pintu lumayan keras. Safa sampai terkejut dan menangis. "Sssstt ... Sayang." Aku langsung memeluk tubuh mungil itu.

'Nak. Maafkan Bunda, hati ini sungguh sakit mengetahui semua ini.' Aku menangis seraya menutup mulutku.

****
Suara adzan membangunkanku. Segera aku bersiap untuk melaksanakan shalat. Walau pikiran dan hati masih beradu ingin mengetahui kebenarannya tapi aku harus tetap melaksanakan perintah Allah.
Kuangkat kedua tanganku memulai shalat.

"Ya Allah. Hamba hanya berharap ini semua kesalahpahaman. Mohon ampunkan suami hamba sekiranya dia berbuat dzolim kepada hamba dan kedua anaknya. Aamiin ...."

Setelah selesai sholat. Kulangkahkan kakiku ke dapur untuk membuat sarapan. Zidan sudah masuk taman bermain. Dia sangat bahagia setiap kali kuantar ke sekolahnya. Dengan bangga dia terus berkata. "Ini Bundaku yang paling baik sedunia. Masakan Bundaku adalah yang paling enak sedunia."

Entahlah. Aku tak bisa mengerti apa yang sedang terjadi. Bagaimana mungkin video wanita yang sedang berganti pakaian itu bisa berada di dalam gawai Mas Heri. Apakah dia yang mengambil atau dia dikirim oleh orang lain? Aku tak mengerti, yang kutahu hatiku saat ini hancur. Jiwa dan ragaku terpukul.

"Dek kamu udah bangun?" Mas Heri mengejutkanku dari belakang.

"Ehh. Sudah Mas. Kamu tumben bangun awal?" jawabku terbata-bata.

"Iya aku mau mandi."

Begitu Mas Heri masuk ke kamar mandi. Aku langsung menuju kamar untuk memeriksa gawainya.
Kubuka gawai itu dengan perasaan sakit. Nampak jelas apa yang wanita itu lakukan. Ku-klik info untuk mengetahui tanggalnya. 25 Mei 2019. Seakan tak puas, kucari lagi video yang lain karena semua video tak menampakkan wajah. Betapa hancurnya hatiku ternyata video itu masih banyak. Satu persatu kulihat video yang berdurasi 0.38 detik itu.

"Wenda?!"

Video di Dalam Gawai Suamiku. [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang