43| Tulusnya hati :(

167 27 10
                                    

Lukanya hati tercipta kala ekspektasi rasa yang dibayangkan tidak terlaksana dengan nyata.

-Diofano A.-

43

Sesuai perjanjian antara keduanya Anna bergegas ke belakang — ke joglo sesuai kesepakatan mereka. Anna duduk di joglo pada awalnya, namun ada sesuatu yang menarik matanya untuk ia menghampiri...apa itu? Itu adalah sebuah kolam yang pinggirannya terdapat lampu yang cukup kerlap - kerlip meskipun tak terlalu terang, tapi mampu menarik atensi seorang Annandya yang mudah takjub dengan sesuatu yang jarang dilihatnya.

Ketika ia sudah tiba di tempat yang ia ingin, ketakjubannya tersampaikan lagi ketika di kolam itu ada dua hewan yang menurut Anna lebih cocok menjadi predator dan mangsanya yaitu bebek dan ikan koi... lebih tepatnya bebek putih dan ikan koi yang ukurannya kecil.

Setahu Anna salah satu makanan bebek adalah ikan soalnya ia pernah melihat bebek di kali yang sedang memakan ikan kecil yang hidup di sana. Tapi Anna nggak tahu juga sih bebek makan ikan koi atau nggak hehehe.

Cukup lama Anna mengamati bebek dan ikan koi yang mengundang senyum cerahnya sesekali. Hingga ia tak sadar seseorang yang sedang ditunggunya sudah jongkok tepat di sampingnya.

"Anna?" Suara yang sudah begitu Anna kenal tak membuatnya lama untuk merespon, gadis itu langsung menoleh ke sisi di mana ada Dio di sana. Yang biasanya sudah menjadi terbiasa ketika seperti biasanya, namun nyatanya... yang katanya sudah biasa itu menjadi luar biasa ketika Dio tepat berada di depan Anna, wajah Dio hanya beberapa sentimeter di depannya. Anna tak mampu berkutik ia hampir kehilangan keseimbangan andai saja ia tidak tersadar beberapa detik berikutnya.

Mendadak menjadi canggung karena dimensi waktu Anna behenti berputar, andai saja otak Anna tak memerintahkan secara spontan untuk berkata, "Kak Dio udah lama di sini-nya??" Ucapnya sedikit tergagap.

Sadar dengan situasi, Dio pun memangkas jaraknya. Dan pemandangan lucu yang Dio tangkap adalah Anna mengelus dadanya sembari memancarkan wajah leganya. Dio pun tertawa kecil dengan sikap kecil Anna yang begitu menggemaskan itu.

Suasana sudah cukup tenang — untuk hati Anna sih sebenarnya, Anna pun membuka suaranya lagi "kak? Kok belum dijawab."

"Apanya?"

"Yang tadi itu loh — kak Dio udah nunggu lama?"

Dio menggelengkan kepalanya,"oalah itu, nggak kok barusan nyampenya terus langsung ke sini deh." Ujarnya penuh dusta.

Padahal kenyataannya... Dio sudah di sana sepuluh menit setelah Anna tiba. Jadi...Dio tadi datang tergesa, ia lari dari ruang panitia ke joglo (padahal jaraknya cukup jauh karena bentuk area tempat ini bulat gitu like globe jadi harus muter untuk ke tempat itu). Sesampainya di area joglo, napas Dio terputus – putus alias ngos – ngosan. Mungkin napas Dio hampir habis... bohong kalau dia nggak ngos – ngosan wong tadi dia lari kenceng banget. Namun capeknya hilang saat melihat senyum super cerahnya Anna, senyum super happy yang jarang Anna lihat kalau tidak bersama Akta dan Rehan.

Senyum langka itu mampu menghipnotis Dio untuk mematung, seolah menitahkannya untuk diam di tempat kayak yang, "Yo, diam sebentar, kapan lagi lo lihat senyum seindah itu? Kalau lo nggak jadi suami dia nanti." Gitu kalimat yang kiranya Dio terima di otaknya. Sehingga ia diam beberapa saat di tempatnya.

Setelah cukup puas, Dio pun mendatangi Anna yang berujung membuat gadis itu terkejut tadi... mungkin karena posisi duduknya terlalu dekat dengan Anna.

Sekarang mereka berdua duduk di joglo yang ada di sana, Anna yang duduk setelah Dio duduk pun mengikis jarak yang lumayan jauh untuk keamanan jantungnya. Pengalaman yang tadi dijadikan pelajaran olehnya, karena yaa... gitu jantung Anna hampir meledak kalau terlalu dekat dengan Kak Dio.

Hening sesaat, karena masing – masing sedang di dunia mereka. Sampai di mana Anna membuka lebih dulu obrolan mereka yang sepertinya bakal penting. Soalnya Dio yang bilang gitu. Jadi Anna pun berinisiatif duluan dengan, "kak Dio mau ngomong apa sih sebenarnya? Sampai harus bertemu di sini dan berdua aja?"

Lelaki itu nggak langsung jawab, Dio malah menoleh ke arah Anna dengan senyum ademnya. Dio bilang, "beri waktu sebentar boleh?"

Anna dengan wajah polosnya itu pun mengangguk lalu melontarkan pertanyaan, "emang sepenting itu ya?"

"Iya!! Penting banget." Jawab Dio penuh semangat.

"Sepenting apa sih, kak? Jadi penasaran."

"Sabar ya... kayaknya ini bakal lebih lama waktunya."

"Kok gitu?"

"Iya soalnya lagi merangkai kalimat yang pas, jadi biar nggak blunder nantinya."

Anna agak bingung sih maunya Dio apa, tapi ya sudahlah Anna menuruti keinginan Dio itu. Anna nggak mau ambil pusing dan menyetujui permintaan Dio itu dengan sebuah anggukan.

Seusai Dio berpikir yang bisa terucap setelah sekian waktu adalah kalimat ini (yang belum Dio ucapkan tapi sudah ia siapkan), karena Dio nggak mau basa – basi intinya langsung ke inti dan Anna langsung memahami. Akhirnya yang ia ucapkan adalah, "Annandya, nikah sama saya yuk!"

"Kak Dio... maksudnya?"

"Ayo nikah sama saya."

***

Bintang dibuat kebingungan setelah acara malam tadi, Dio mendadak kehilangan separuh jiwanya. Yaa gimana nggak? Pria itu pulang dengan wajah super sedih, terus Dio langsung masuk kamar tanpa mengucap sepatah katapun. Dan pagi ini, Dio tak keluar dari kamarnya seperti biasa. Pintu pun dikuncinya sehingga Bintang tak dapat menerobos masuk ke dalam kamar lelaki itu seperti biasanya ketika Dio tak merespon panggilannya.

Bintang sudah mengetuk pintu kamar Dio dengan kencang, tapi tetap saja lelaki bermata bulat itu tidak menjawab. Tentu saja Bintang sangat khawatir, soalnya Dio tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Yo, lo nggak apa - apakan?" Teriak Bintang dari balik pintu.

"Yo!!!! Dio!!!" Bintang dengan suara besarnya beserta gedoran pintu pun tak ia tinggalkan.

"Woi...yoo!! Ayolah gini - gini gue khawatir sama lo. Buka dong!!?" Bintang makin keras suaranya.

Dan, akhirnya pintu kamar Dio terbuka sesuai keinginan Bintang. Bintang pun terkejut dengan apa yang dilihatnya...mata sembab Dio dan hidung beler Dio yang mengundang rasa penasaran yang luar biasa. Bintang tak percaya apa yang dilihatnya sekarang, sepertinya orang lain yang melihat keadaan Dio saat ini akan berpikiran sama, yaitu..."Diofano Alghiffary bisa nangis ternyata!!!!" Begitu sekiranya kalau kata orang yang melihat Dio menangis yang sampai matanya bengkak bahkan hidungnya sampai beler juga.

"Lo kenapa, hei?!" Bintang panik bertanya.

"Bin, gue..." Tanpa terlintas dipikiran Bintang, yang tiba – tiba Dio memeluk tubuh tegap Bintang.

"Lo kenapa sih?! Kenapa jadi drama gini?" Bintang mencipta jarak dengan memegang pundak Dio untuk mengikis jarak di antara keduanya.

"Apa yang membuat lo, nangis heboh kayak gini?" Tanya Bintang penuh penekanan.

Yang terjadi Dio malah beringsut ke bawah, dengan air mata yang makin bercucuran. Dio nangis bombay - cengeng yang terlihat 'megilani' bagi Bintang. Karena ini memang bukan Dio banget.

"Dio!! Yang jelas dong. Lo kenapa?!"

Dengan sesunggukan Dio menjawab, "Anna nolak gue, Bin."

"Nolak gimana, maksud lo?"

"Anna dengan tegas menolak gue lamar dia jadi istri gue, huaaaa."

"Hah!! Apa kata lo?"

"Anna nggak mau jadi istrinya Diofano Alghiffay."

"Emang, kapan lo ngelamar Anna. Su!?"

"Bintang, kok lo asu sih nggak paham sama hati teman sendiri huaaaa."

***

hai everyone ku kembali setelah sekian minggu,

selamat membaca dan menikmati

dan...tunggu kelanjutannya

salam cintah! pai - pai <3

26 march 23

DIOFANOWhere stories live. Discover now