48| Meyakinkan hati

226 34 5
                                    

Selangkah lebih maju menuju kebahagiaan.
-Annandya M.F.-

48

Dio membawakan es krim yang telah dibelinya, ini adalah pertemuan pertama kali setelah sekian minggu berlalu. Mereka memutuskan  ngobrol bersama untuk menuntaskan yang konon belum usai alias menggantung ceunah.

Hari ini adalah puncak drama yang terjadi selama ini, apapun jawaban yang Dio terima hari ini. Dia harus menerima dengan besar hati apapun yang terjadi.

Dio memberikan es krim yang dibelinya untuk Anna, gadis itu menerima dengan suka cita seperti biasa. Tak pernah ketinggalan... senyuman manis Anna. Senyuman yang selalu berhasil menghipnotis Dio untuk takjub, kenapa ada senyuman semanis itu di muka bumi ini? Apa boleh dia  menyita perhatian hati Dio tanpa paksaan seperti ini? Rasanya kok Dio selalu dibelenggu rasa bahagia saat melihat senyuman itu.

"Makasi kak," Anna sampaikan rasa terima kasihnya.

Dio sedikit terperanjat dengan tutur Anna barusan, suara halus menggemaskan itu mampu menyadarkan Dio kembali ke dunia nyatanya. Kemudian ia menjawab"Iya sama - sama, Anna."

Hening, Dio nggak menyambung lagi karena masih terjerembab dengan perasaan bahagia sampai nggak mampu membuka suara. Untungnya Anna responsif dengan situasi, sehingga ia memutuskan untuk membuka terlebih dulu, "kak Dio ke sini setelah dapat pesan dari aku ya?"

Dio boleh bahagia nggak sih? Detik ini juga kalau bisa Dio bakal teriak saking senengnya. Karena secara nggak langsung Anna membuka gerbang resminya secara nggak langsung! Kok bisa? Ya karena memanggil dirinya 'aku' bukan saya. Jadi Dio merasa akan ada kabar bahagia hari ini. Dio nggak menebak! Hanya saja dia merasakan ada hal baik yang akan datang.

"Iya — maaf karena nggak langsung balas tadi."

Anna mengangguk, "nggak apa - apa kok. Aku paham pasti kak Dio nggak mau balas pesan aku ya?"

Dio segera menyeka pernyataan Anna tadi, agar si gadis nggak salah paham sama dia. "Nggak, Na!! Bukan seperti itu." Elaknya dengan cepat.

Anna diam, Dio pun lanjut menjelaskan. "Hape saya mati, jadi bukannya saya nggak mau membalas. Untuk tanda sudah dibaca itu karena saya selalu membuka ruang pesan kita — ehh ruang pesan kamu ke saya."

"Kenapa gitu?"

"Saya selalu menanti pesan masuk di ruang obrolan itu." Dio menjelaskan dengan jujur sesuai keadaan, situasi dan isi hati.

"Iya po?" Anna memastikan dengan nada yang sedikit ia buat dengan candaan.

Dio mengangguk mantap dengan tatapan mata yang begitu dalam. Anna jadi gemas, tapi nggak berani unjuk diri. Dia hanya membatin 'ternyata kak Dio kalau seperti itu lucu dan gemes banget.' padahal biasanya wajahnya serius abis. Meskipun kadang suka bercanda tapi Anna belum pernah melihat raut muka Dio seperti yang ia lihat barusan.

"Kak Dio lucu deh," ucap Anna pada akhirnya...tanpa sadar.

"Apa Na?"

"Ehh...nggak apa - apa. Oiya kak Dio?" Anna buru - buru mengalihkan topik agar tak terperangkap di rasa malu.

"Iya?"

"Aku dengar - dengar, kak Dio sempat jadi zombie hidup ya kemarin?"

"Ehh — siapa yang bilang??"mendengar itu Dio jadi malu sendiri, meskipun ia tahu siapa dalangnya tapi Dio ingin memastikan lagi.

"Teman kakak — Bang Rei, Kak Bintang juga sih. Kak Bintang pernah DM aku katanya, 'Anna? Boleh nggak kamu rayu Dio biar semangat lagi, dia ngamuk gue tiap hari juga nggak apa - apa, pokoknya mau makan deh. Gue hampir gila menghadapi kelakuan Dio. Please ya Na 🥺.' Gitu kak isi dmnya."

DIOFANOWhere stories live. Discover now