II

2.8K 421 15
                                    

Katakanlah, Jung Jaehyun itu terlalu naif, percaya kalau orang sebrengsek Nakamoto Yuta bisa diubah. Ia sudah berkali-kali mendengar kalau siapapun yang hendak menjalin kasih dengan Yuta akan berakhir di rumah sakit atau rumah sakit jiwa. Entah bagaimana pria berkewarganegaraan Jepang itu bisa hidup dan bernapas dengan tenang hingga saat ini.

Jaehyun pikir desas-desus itu bohong, semuanya hanyalah kabar burung yang dilebih-lebihkan. Yuta-nya nyatanya adalah salah satu manusia termanis yang pernah ia temui. Setidaknya, pada awalnya. Karena setelah Jaehyun menerima ajakkannya untuk menjalin kasih dan tinggal bersama, Iblis yang menguasai Yuta memberontak. Berkali-kali Jaehyun dijadikan kanvas untuk luka jika ia tidak menurutinya.

Dan kalian boleh mengatakan Jaehyun terlampau naif -mungkin mendekati bodoh, tapi ia menyayangi Yuta. Sedikit ia berharap ia bisa membawa Yuta-nya yang dulu. Yang lembut bertutur kata juga hangat mendekapnya.

Tapi, ia salah.

Kediaman Yuta menjadi neraka dan Jaehyun adalah satu-satunya pendosa di sana. Jaehyun sudah tidak tahan lagi. Berkali-kali ia memberanikan diri untuk menyudahi hubungan antara Iblis-Manusia itu. Dan Yuta -yang matanya sudah ditutup dengan sempurna- kembali melukis luka di tubuh Jaehyun yang sudah sangat kurus.

Dan kita bisa bersyukur untuk sekarang, Tuhan masih menyayangi Jung Jaehyun.

Malam itu, ketika Jaehyun berhasil kabur dari neraka yang ia sebut sebagai kediaman Yuta, ia dipertemukan dengan Johnny.

Seingatnya, ia melewati banyak orang. Tidak sedikit orang yang melihatnya tanpa alas kaki, bahkan kaus untuk menutupi bagian atas tubuhnya. Tubuhnya hanya ditutupi ripped jeans dan selimut tipis yang ia ambil secara asal. Tapi, tidak ada yang mempedulikan itu.

Hanya Johnny Seo yang menemukannya berjalan tak tentu arah di bawah hujan. Satu-satunya orang yang mencegatnya, memayunginya dan bertanya "ada apa" padanya tanpa peduli kalau keduanya merupakan orang asing satu sama lain.

Dan saat itulah Jaehyun menyadari kalau malaikat itu benar-benar ada.

ווו×

Jaehyun tidak tahu jadwal Johnny, jadi ia tidak yakin apakah pemuda tinggi itu pulang lebih awal atau tidak. Jarum pendek jam menunjuk angka tujuh saat Johnny muncul dari balik pintu sambil berkata "Jaehyun, aku pulang."

"Sedang apa?"

Jaehyun yang saat itu sedang memasak sesuatu di dapur terkesiap. Ia berbalik, mengalihkan atensi yang tadinya terfokus pada makanan ke sosok jangkung yang tengah tersenyum padanya. Jaehyun membalasnya dengan senyum canggung, ia melangkahkan kakinya ke samping untuk menunjukkan apa yang sedang ia lakukan. Asap mengepul bersamaan dengan aroma yang membuat siapapun meneguk liur.

"Aku menemukan bahan-bahan untuk membuat sup, jadi aku memasaknya... untukmu," jawab Jaehyun. Tangannya bergerak untuk menggaruk tengkuk yang tidak gatal, ia merasa sedikit kikuk.

Ia bisa mendengar Johnny terkekeh. Pemuda itu mendekat untuk melihat makanan yang sedang dibuat oleh Jaehyun. Memang kelihatannya sangat lezat. "Padahal kau tidak perlu melakukannya untukku."

"Aku... hanya saja..." Jaehyun menunduk. Ia tidak tahu kenapa ia merasa secnggung ini pada Johnny. "Kupikir aku harus melakukan sesuatu untuk membalas kebaikanmu."

Mendengar itu Johnny terdiam, tapi Jaehyun masih bisa melihat senyum tipis yang diperlihatkan oleh sang pria. Jaehyun tidak tahu apa maksud dari senyum itu, ia juga tidak mau menebak-nebak. Tapi lontaran kalimat yang dimuntahkan Johnny di detik berikutnya membuatnya bernapas lega.

"Kelihatannya enak sekali. Bagaimana kalau kita memakannya bersama?"

Entah kenapa jawaban Johnny membuatnya merasa lega. Ia menganggukan kepala, lalu menyiapkan peralatan makan untuknya dan Johnny. Pemuda itu pun sama, ia membantu Jaehyun memindahkan makanan juga nasi yang baru saja matang.

Jaehyun tidak menyadari, tapi mata itu sudah bergerak mengikuti langkah kaki terseok-seoknya. Luka di tubuhnya masih terasa nyeri, tapi Jaehyun lebih memilih untuk menganggap kalau hal itu bukan apa-apa. Ia sudah mengobatinya dengan obat-obatan sederhana milik Johnny yang ia temukan di sana. Tapi semuanya belum cukup.

Terlebih, ia pikir akan lebih baik kalau Johnny tidak mengetahui perihal perih di tubuhnya -walau mungkin sebenarnya ia sudah tahu.

"Selamat makan, Jaehyun."

"Ya, selamat makan."

Seperti pagi hari, Jaehyun memakan makanannya dengan lambat. Makanan kedua yang ia santap hari ini terasa lebih baik daripada yang lalu-lalu, dimana biasanya ia tidak mengisi perutnya sama sekali. Mereka makan tanpa kata, tapi mata mereka bicara lebih keras dari keheningan.

Sampai pada satu titik dimana Jaehyun mendengar pria dihadapannya menaruh sendok dan sumpitnya, menghasilkan dentingan yang membuat mata sayu Jaehyun berkedip.

"Iblis macam apa yang menyakitimu hingga seperti ini?"

Jaehyun bungkam. Ia menatap balik manik malam milik Johnny. Mata itu menatapnya tegas namun penuh kelembutan. Ia seakan menuntut Jaehyun buka mulut, tapi di sisi lain ia ingin memberikan Jaehyun ketenangan yang mungkin tidak bisa Jaehyun dapatkan sebelumnya.

Dan yang membuat Jaehyun terhenyak adalah: bagaimana Johnny menggambarkan Sang Pelukis Luka di tubuhnya sebagai iblis. Sama sepertinya.

"Nakamoto Yuta."

Setetes air mata mengalir dari mari mata cantik Jaehyun. Luka pada tubuhnya mendadak terasa nyeri ketika ingatan-ingatannya selama di Neraka melesak masuk ke kepalanya.

Teringat pula wajah dari malaikat yang memotong sayapnya sendiri.

"Iblis itu bernama Nakamoto Yuta."

— TBC.

1004 || JohnjaeWhere stories live. Discover now