Lembaran baru

889 99 27
                                    

Music by : Suzzane Ciani, Mother Song

-

Sedikit berjingkrak setelah mengantar surat izin ke Hoseok. Omong-omong, hari ini hatinya seperti ditaburi bunga bermacam warna.

Jinsil berjanji waktu itu, akan pergi bersama. Katanya sekalian mampir ke rumah abu untuk menyapa ayah. Sudah lama tidak berkunjung, membuat gelenyar rindu ikut menyusupi keluarga kecil yang kembali utuh. Jinsil-nya kini bukan lagi sosok iblis berwujud ibu.

"Bu, tapi aku tidak libur." Seokjung yang beranjak dewasa mulai mengerti arti prioritas. Pemuda Kim tertua kurang antusias rupanya menyambut ajakan ibu. Seokjin membalas santai dengan memalingkan wajah, sebelum sepakkan jarak jauh si sulung mengenai bahu, Jinsil sudah lebih dulu melerai.

"Acara ulang tahun perusahaan ayah. Kamu tidak mau ikut ke rumah abu?"

Mendesah pendek menebar kekecewaan mendalam. Seokjung menerka bakal ada konflik batin bilamana harus menyetujui permintaan ibu. Perusahaan sudah tutup, makanya hanya dirayakan bertiga. Dan Seokjin tetap antusias. Dasar bodoh!

"Bu, tahu tidak? Itu mengingatkan kami pada kejadian lima tahun silam. Ibu pasti sengaja." Terjeda, argumen Seokjung memukul sanubarinya telak. Oh, ayolah bantu Jinsil merangkai kalimat penenang. Seokjung harus tahu tujuan utama bukanlah hal itu. Ada yang lain.

Seokjin beranjak tanpa permisi, gelagatnya seperti enggan berada di tengah konflik. Langkah panjang membawa remaja itu ke lantai dua. Menyisakan Seokjung dan ibu yang rupanya menanti momen ini. Seokjin memang peka. Peka dan bodoh yang beda tipis.

"Ini mengenai Seokjin, nak. Ibu tidak tahu harus mulai dari mana."

----

Selayaknya orang lama yang baru kembali, Jinsil terenyuh sembari menatap kedai coklat favorit. Masih sama, hanya saja ornamen telah berubah tema. Hawa malam Kudus--meski bukan waktunya-- seolah menjadi bumbu harmonisasi antara dirinya dan toko klasik di seberang. Betapa banyak kisah yang tersingkap di sana.

Ah, rasanya seperti pulang.

Bercumbu mesra bersama sang suami di balkon, dengan tawa kedua putra kembarnya yang menjadi pengiring paling dramatis lagi romantis.

Jinsil hampir ambruk kalau saja tidak ada yang bersedia menopang. Memang memori tua sangat memabukkan. Jadi mari, jangan biarkan hari berkabung itu kembali menyergap ingatan.

Dirinya dilema, dihadapkan dua kemungkinan abstrak yang sangat menyakitkan pada ujungnya. Sebelum mendapat tatapan aneh dari seluruh pengunjung Jinsil bergegas keluar dengan tiga bungkus dark coklat favorit.

"Apa ibu terlalu lama?"

Seokjin menggeleng dengan cepat. Baru saja ditinggal lima belas menit, kebal, sebab dulu pernah dilupakan lebih dari hitungan menit. Bertahun-tahun tepatnya.

"Lebih lama saat ibu mencoba melupakan kami." Hati kecilnya terkoyak mendengar ucapan Seokjin yang terdengar pilu. Jinsil jahat sekali, tega membuang kedua putranya tanpa alasan jelas.

---

Ketiganya terjebak dalam atmosfer senyap. Urung mengalah lalu memulai percakapan membuat denyar bungkam menyusup cepat mencekat tenggorokan. Radio juga tiba-tiba gangguan, menyisakan suara ringsek yang membuat pening.

New Birth | KSJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang