[18] korban terakhir?

3.6K 828 191
                                    

saat ini, minkyu, eunsang, junho, yohan, dan yuvin sedang menunggu dengan gusar di depan ruang operasi.

yang terbaring di dalam sana adalah jinwoo, usai tertabrak truk beberapa saat yang lalu.

niatnya ingin menyelamatkan hyeongjun, namun apalah daya, malah dirinya yang menjadi korban.

srett

pintu ruang operasi terbuka membuat kelima pemuda itu spontan menoleh dan buru-buru menghampiri dokter kang yang baru keluar dari sana.

dokter kang menatap mereka satu persatu dengan wajah murung.

"maaf."

mereka menantikan kelanjutan dari perkataan dokter kang dengan was-was.

"benturan yang keras menyebabkan pembuluh darah di kepalanya pecah." dokter kang mengambil napas sejenak sebelum melanjutkan kalimatnyaㅡyang sebenarnya sangat berat untuk ia ucapkan.


"ㅡjadi jinwoo tidak bisa tertolong lagi ...."

deg!

"nggak ... ngggak mungkin." minkyu menggeleng-gelengkan kepalanya dengan air mata yang telah menggenang di pelupuk matanya.

rasanya ia tidak rela bila teman sekamarnya harus pergi begitu saja.

"dok! dokter nggak bohong 'kan?" yuvin mengguncang pelan tubuh dokter kang.

"saya sudah berusaha semampu saya," ucap daniel lirih.

kelima pemuda itu langsung terduduk lemas.


namun, tanpa mereka ketahui, sebenarnya tidak semua dari mereka benar-benar bersedih.


















setelah menenangkan diri, jihyun kembali mengambil alat perekam suara itu dan berniat mendengarkan lebih lanjut karena masih ada beberapa rekaman yang tertinggal di dalam sana.

pip

"akhir-akhir ini ada yang ngirim pesan aneh ke gue."

jihyun mengernyitkan dahinya.

jadi kakaknya juga sempat diteror?

jihyun pun menekan tombol next. begitu seterusnya.

pip

"hari ini gue tiba-tiba ditembak sama anak cowok yang tinggal di sebelah kamar gue. padahal gue sama dia nggak begitu deket dan dia juga jauh lebih muda dari gue. haha ... aneh ya?"

pip

"gue udah nolak dia tapi dia terus bersikap baik ke gue dan bilang bakal nunggu sampe gue bisa buka perasaan gue buat dia."

pip

"lama-lama gue nyaman sama dia dan akhirnya gue nyeritain masalah teror itu dan dia bilang bakal ngelindungin gue."

pip

"teror itu makin parah aja. sekarang, tiap kali jalan, gue ngerasa diikutin."

pip

"gue capek. semua gerak-gerik gue kayak diawasin sama dia. gue harus gimana, hyun?"

pada rekaman selanjutnya, jihyun berhasil dibuat tertegun karena ada suara lainㅡyang sudah tidak asing lagi di pendengarannyaㅡmuncul pada rekaman itu.

"sekarang lo udah nggak bisa kabur lagi dari gue, kak ryujin."

"lo kenapa begini sih?! lepasin gue!"

"gue udah jagain lo 24 jam tapi kenapa lo masih nggak bisa suka sama gue, hah?!"

"j-jadi lo yang selama ini neror gue ...?"

"itu sebagai bentuk sayang gue ke elo, kak!!"

"sinting! itu bukan rasa sayang, tapi cuma obsesi menjijikkan lo, tau nggak?!"

"gue nggak mau tau! karena lo udah bikin gue muak, terpaksa gue harus nyingkirin lo."

"lo mau apㅡAKH!!"

jihyun terduduk lemas. alat perekam suara itu terlepas begitu saja dari tangannya.

"hiks ... kak ryujin ...." dirinya merasa bersalah karena setelah sekian lama baru mengetahui kalau sang kakak pernah mengalami hal semengerikan ini.

terlebih, harus mati dibunuh karena sesuatu hal yang menurut jihyun sangat tidak masuk akal.




















tiga orang pemuda terlihat sedang terlelap di bangku panjang rumah sakit, lelah usai menangisi kepergian seorang lee jinwoo.

sementara itu, dua orang lainnya sedang berbincang di lorong toilet yang letaknya tidak jauh dari situ.

"lo sadar nggak, kedua detektif itu makin gencar melakukan penyelidikan! cuma tinggal nunggu waktu aja kita bakal ketauan!" ucap pemuda yang satu dengan nada gusar.

pemuda di hadapannya hanya tersenyum santai. "tenang aja, gue nggak bakal ketangkep semudah itu."

"gue mohon, lo berhenti sekarang."

dia mendengus. "kalo gue nggak mau?"

"gue bakal ngelaporin semuanya."

"hahaha! lo gila? gue tau lo nggak bakal seberani itu, bang."

pemuda yang lebih tua berniat pergi namun langkahnya terhenti karena sebuah cekalan di tangan kirinya.

"oke, gue bakal ngelepasin lo," ucapnya serius.

"ㅡtapi lo punya tugas terakhir."

sebuah helaan napas terdengar memenuhi lorong yang sepi itu. "kali ini siapa lagi yang bakal jadi korban lo?"

yang ditanya langsung mengulas senyum miringnya lalu menjawab dengan mantap,

















"shin jihyun."

room no. 13 | pdx101 [✓]Where stories live. Discover now