19. KILAS BALIK DAN AJAKAN

23.7K 751 102
                                    

Arjuna kecil yang masih memakai baju rumah sakit, berjalan sendirian menyusuri taman rumah sakit seraya membawa dua buah permen lollipop yang ada di genggaman tangannya. Sudah dua kali dia kembali ke taman, namun seseorang yang sedari tadi ia cari-cari tidak menampakan dirinya.

Arjuna lelah, dengan helaan napas yang panjang ia duduk di kursi seraya menatap kedua permen itu dengan lesuh dan cemberut.

"Anak perempuan itu ke mana sih? Kok tumben aku cari-cari enggak ada."

Arjuna menjadi sedih, seorang anak perempuan yang dimaksud tidak lain adalah orang yang pernah memberikan permen padanya pada saat awal jumpa, bertepatan pada hari ulang tahunnya.

"Sebentar lagi aku pasti dicariin Ayah ini, ihhh dia ke mana sih?" Arjuna menggerutu sebal, dan mengemut permen itu.

Dengan kaki yang digoyang-goyangkan Arjuna menikmati permen itu sendirian, hingga tak lama kemudian ada seorang anak perempuan duduk di sebelahnya.

"Enak banget kayaknya," ucap anak perempuan itu membuat Arjuna tersentak kaget, dan menoleh ke samping.

"Eh, tadi aku nyariin kamu," kata Arjuna. "Aku mau ngasih permen ini ke kamu, ini enak banget loh. Kamu mau enggak?"

Arjuna  menyodorkannya pada anak perempuan itu, dan dia pun menerimanya dengan senyuman yang merekah. Lalu mereka berdua sama-sama memakan permen tersebut.

"Kamu sakit apa sih?" tanya anak perempuan itu. "Kenapa enggak pernah ngasih tahu ke aku."

"Rahasia."

Anak perempuan tersebut lantas menggerutu. "Kamu enggak bosen apa pakai baju rumah sakit terus? Terus ini juga tangan kamu enggak sakit kena jarum?"

"Kalau aku sih takut lihat jarum suntik," lanjutnya bergidik ngeri.

Arjuna tertawa renyah, dan menunjukkan punggung tangannya yang tertutupi oleh kapas dan kain kasa. "Coba nih liat, meski aku disuntik terus. Aku selalu kuat, ini enggak sakit kok."

"Ihhhh..., suster sama dokter itu jahat ya. Masak tangan kita ditusuk-tusuk terus sama jarum."

Lagi-lagi Arjuna dibuat tertawa oleh kepolosan dari anak perempuan itu. Sejak bertemu dengannya, Arjuna merasa senang karena merasa mempunyai seorang teman. Lebih-lebih lagi mereka berdua juga sering bertemu dan bertukar cerita di taman ini.

"Aku mau nanya, kamu di sini sampai kapan?" tanya Arjuna.

Sedetik kemudian, senyum dari bibir anak perempuan itu surut. Tatapan matanya menjadi sendu, seakan-akan ingin menangis. "Aku, aku disini masih nunggu Ayah. T-Tapi tadi di ruangannya, Ayah kejang-kejang sampai-sampai suster sama dokter datang ke sana. Aku takut, aku takut Ayah kenapa-napa."

Arjuna yang mengerti perasaan dari kesedihan itu lantas mengelus-elus pundaknya. "Kamu jangan lupa berdoa ya, biar Ayah kamu enggak ngerasain sakit lagi."

Anak perempuan tadi pun menangis pelan.

"Aku juga berdoa buat kamu, biar kamu juga sembuh ya," ucapnya membuat Arjuna tersenyum.

"Oh iya, kita sering ketemu tapi aku enggak pernah tahu nama kamu. Malah kamu yang tahu nama aku," ucap Arjuna. "Nama kamu siapa sih?"

Anak perempuan itu tersenyum meringis kuda. "Hehehe iya ya, maaf ya. Nama aku Inara Maureinsya."

"Aku suka eskrim, aku suka permen, dan semua yang manis-manis aku suka."

Arjuna tergelak. "Awas gigi kamu ompong, lho."

"Kan ada peri gigi. Nanti kalau ompong bisa ditumbuhin lagi, terus kita dapat hadiah deh."

"Hahahah ..., bisa aja kamu."

365 Days with ArjunaWhere stories live. Discover now