13 : Permintaan Maaf dan Restu

11K 617 15
                                    

Give me your vote and comment.

*****&*****

Diva membuka pintu kamar dengan keadaan sudah berseragam rapi. Dia langsung terkejut ketika mendapati Rangga berdiri sambil menyodorkan sebuah kotak berisi coklat. Dia pun menatap Rangga dan menghela nafas pelan.

"Om ngapain disini sambil pegang coklat begitu? Mau pamer kalau Om punya coklat banyak?" Tanya Diva dengan sedikit ketus.

"Bukan, coklat ini sebagai permintaan maaf aku," jawab Rangga.

"Minta maaf soal apa?"

"Minta maaf yang soal aku antar Alika pulang kemarin," jawab Rangga. Diva menatap coklat. Rupanya Rangga peka kalau ia marah karena Rangga mengantar Alika.

"Biasanya orang yang udah dimaafin malah mengulang kesalahannya," ucap Diva bersedekap dada.

"Maaf dong, Div. Aku kan cuma berniat baik menolong orang."

"Iya, aku tahu niat Om itu baik. Tapi, aku gak suka aja. Tante Alika itu mantan istri Om. Bahkan, dia juga cinta pertama Om. Pasti susah lupain dia gitu aja. Gimana kalau Om ada perasaan lagi sama dia?" Omel Diva. Rangga malah tersenyum. Diva yang marah marah karena cemburu terlihat begitu menggemaskan.

"Gak akan, Div. Aku cintanya sama kamu. Masa iya aku ada perasaan lagi sama Alika setelah berjuang mendapat cinta kamu sampai aku dikatain pedofil?" Rangga menatap Diva lembut. Ucapan dengan nada begitu tulus membuat hati Diva tergerak. Dia tak bisa lagi marah pada Rangga.

"Gak ada yang gak mungkin Om. Pokoknya aku gak mau lihat Om dekat-dekat lagi sama Tante Alika."

"Kalau gitu kerjaan aku gimana? Perusahaan aku sama dia kan kerja sama."

"Tuh kan. Om mau dekat Tante Alika terus," rajuk Diva kemudian melewati Rangga. Dengan sigap Rangga mencegah Diva turun.

"Bukan begitu, ini demi kelangsungan pekerjaan aku Div. Mohon kamu mengerti ya? Ini kan demi kamu juga. Aku janji gak bakal dekatin Alika di luar batas pekerjaan," ucap Rangga. Diva langsung berfikir. Dia tidak boleh egois dan membatasi Rangga. Apalagi sampai dia bersikap posesif.

"Oke, janji ya?"

"Iya, sayang," jawab Rangga kemudian tersenyum. Diva ikut tersenyum kemudian berjalan menjauhi Rangga. Melihat Diva pergi, Rangga menyusul. Lalu, di tengah tangga Rangga menghentikan Diva. Dia menatap Rangga dalam kemudian mengecup kening gadis itu. Diva yang diperlakukan seperti itu terkejut, tersipu malu, dan bingung mau apa.

"Aw!" Eluh Rangga ketika sebuah sandal mengenai kepalanya. Dia pun menengok ke arah lemparan sandal berasal. Rangga tersenyum kikuk ketika mendapati Sinta yang sedang berkacak pinggang sambil menatap dirinya tajam.

"Diva, kamu berangkat sekarang sama Papa kamu! Biar Mama urus manusia kurang belaian itu!" Suruh Sinta dengan nada tegas.

"I-iya," ucap Diva gugup kemudian berlari turun dari tangga. Dia sempat melirik Rangga dan tertawa kecil karena wajah Rangga tampak pucat melihat Sinta marah.

*&*

Sinta menelfon Resya dan Alfi untuk menemaninya karena tak mau timbul fitnah jika ia di rumah hanya bersama Rangga. Dia terus menatap Rangga tajam sampai Resya dan Alfi datang. Rangga meneguk ludahnya kasar. Bahaya menghadapi tiga wanita yang bisa dibilang sangat sadis itu.

"Maksud kamu apa cium-cium anak aku?" Tanya Sinta dengan tegas. Resya dan Alfi malah terkejut.

"Sebagai bentuk kasih sayang doang, Ta," jawab Rangga.

"Sebagai bentuk kasih sayang gundulmu! Emang lo siapanya? Gak waras lo!" Cibir Resya membuat Rangga mendengus.

"Gue pacarnya. Mau apa lo?" Rangga berucap sombong dan otomatis membuat tiga wanita yang ada disana terkejut.

"Lo pacarnya Diva? Masa sih? Jangan-jangan lo pelet dia ya?" Alfi bertanya syok. Rangga memasang wajah kesal mendapat pertanyaan tidak menyenangkan seperti itu.

"Enak aja lo. Dia mau jadi pacar gue murni karena kemauan dia," ucap Rangga.

"Res, Fi, kalian bisa ke dapur sebentar nggak? Aku ada hal yang pengin diomongin sama Rangga doang."

"Oke, Ta." Resya dan Alfi meninggalkan Sinta berdua dengan Rangga. Sinta pun menatap Rangga, tapi tidak setajam tadi. Tatapannya sudah cukup melembut.

"Kamu serius menjadikan Diva pacar?" Tanya Sinta dibalas anggukan oleh Rangga.

"Bukannya kamu masih ada rasa sama Alika? Kamu pernah bilang sendiri ke aku kalau kamu mau berusaha dekat lagi sama Alika."

"Nggak, Ta. Aku udah gak ada rasa sama Alika lagi. Niat aku buat dekat dia lagi juga udah pupus. Aku cuma cinta sama Diva. Bahkan, aku udah ada niat buat melamar anak kamu pas udah lulus SMA," tutur Rangga membuat Sinta hampir serangan jantung.

"Yang bener aja kamu Rang."

"Aku gak main-main kok pacaran sama Diva. Aku udah tua. Aku udah pengin berumah tangga lagi dan punya anak," ucap Rangga dengan nada lemah. Sinta menghela nafas. Dia tahu Rangga sedang berusaha meminta restu darinya.

"Aku percaya kamu serius dan bakal bikin bahagia Diva. Tapi, gimana sama kakak-kakak kamu dan Ibu kamu? Apa mereka bakal terima Diva? Dulu aja mereka gak terima aku pacaran sama kamu kan?"

"Mau mereka terima atau nggak, aku bakal tetap nikahin Diva kalau kamu sama Ray merestui. Keluarga aku gak ada hak untuk melarang aku nikah sama Diva."

"Terus Alika? Aku rasa dia mulai ada rasa lagi sama kamu. Terbukti dia berusaha dekat sama kamu lagi. Gimana kalau dia mengganggu hubungan kalian?"

"Aku bakal jaga hubungan aku sama Diva kok. Alika cuma mantan istri aku," ucap Diva. Sinta hanya diam kemudian menghela nafas.

"Ta, kamu kasih restu buat hubungan aku sama Diva kan?" Tanya Rangga dengan wajah penuh harap.

"Aku merestui siapapun yang serius sama Diva," jawab Sinta membuat mata Rangga berbinar senang. Setidaknya dia sudah mengantongi satu restu.

"Makasih, Ta. Kamu baik deh."

"Iya, aku dari dulu emang baik."

*&*

Diva makan di kantin bersama Vera. Dia mengingat kejadian pagi tadi. Dia tertawa, membayangkan wajah Rangga yang ketakutan. Dia juga tertawa membayangkan Rangga dimarahi Mama-nya habis-habisan. Pasti wajah Rangga tambah lucu.

"Lo ngapain senyum-senyum sendiri?" Tanya Vera.

"Cuma lagi inget kelakuan konyol Dava kok," jawab Diva.

"Masa sih? Bukan karena lagi bayangin pacar lo?"

"Hah?! Pacar? Siapa?"

"Dih, mau bohong lo sama gue? Gak bisa karena gue udah tahu. Lo pacaran kan sama Om-Om yang biasa jemput kamu? Om-Om pengusaha yang duda dan tampan itu?"

"Lo tahu dari mana?" Tanya Diva kaget.

"Gue gak sengaja lihat chat lo sama dia," jawab Vera sambil menyengir. Diva memutar bola mata. Untung Vera itu temannya.

"Kira-kira, Mama ngomong apa ya sama Om Rangga?"

Bersambung....

Hai😀
I hope you still like my story. Maaf ya gak bisa berinteraksi dengan yang komen. Aku udah jarang buka wattpad. Aku lebih sering nge-game🤣
Apalah dayaku yang udah kecanduan game ini. Semoga masih diberi wangsit buat mengetik kelanjutan cerita ya guys. Love you❤

The Mother's Friend (END)Where stories live. Discover now