The Kiss

14.3K 1.5K 216
                                    

Tubuh Kara menegang.

Awalnya hanya kecupan. Tetapi pria itu melakukannya berkali-kali tak berhenti. Kara yang mulanya shock dengan mata melotot, mulai terpedaya.

Mata abu-abu itu menatapnya semakin redup. Kara tenggelam di sana.

Pelan-pelan ia memejamkan mata menikmati sentuhan sensual yang mengalir dari bibir pria itu. Kara membuka bibirnya dan tanpa sadar membalas ciuman Ian.

Bibir Ian bergerak seirama dengan gerakan tangannya yang mendorong dan mengelus tengkuk Kara dari belakang. Ciuman itu semakin dalam. Ian menekan, melumat dan menghisap bibir Kara, atas dan bawah secara bergantian.

Tubuhnya tersentak kala lidah pria itu membelai bibirnya dan menerobos masuk mengait lidah Kara.

Sensasi tak biasa mulai menguasai tubuh Kara. Jantungnya berdetak cepat. Sekujur tubuhnya merinding panas dingin. Bulu romanya telah berdiri sedari tadi. Anehnya, ia biarkan saja pria itu bermain sesuka hati. Dan sialnya, ia pun menikmatinya tak ingin berhenti.

"Kara." Bisik Ian pelan diantara ciuman yang berlabuh semakin dalam.

Tangan Kara terangkat. Telapak tangannya mendarat di pipi Ian, membelai rambut-rambut halus pirang di rahang pria itu yang menurutnya kemarin sangatlah seksi.

Ian tersenyum menang. Ia semakin menyesap manisnya bibir Kara tanpa ampun. Keduanya mencuri oksigen pendek-pendek di sela napas yang memburu.

"I think I Iove you." Bisik Ian melepaskan ciumannya dan bernapas terengah-engah. Hembusan napasnya membelai kembali bibir Kara.

Kara pun terengah. Ada kekosongan yang ia rasakan tatkala pria itu menghentikan ciumannya. Bibir pria itu terasa manis, amat manis, dan memabukkan.

Kara membuka netra.

Matanya membola setelah kesadarannya kembali yang tadinya dirampas ciuman konyol oleh pria yang tidak ia kenal.

Hah?! What the hell!

Plak!

Kara murka. Wajahnya merah bak kepiting rebus.

Ian mengaduh nyeri. Dalam tempo beberapa menit, ia telah ditampar dua kali.

Ian memegangi pipinya dan tersadar kembali dengan apa yang telah ia perbuat dan mengumpat dalam hati. Wanita di depannya memberi tatapan horor.

"Maaf, itu tadi..."

"Apa? Kau pria sialan! Berani-beraninya kau!" Kara mengangkat tasnya dan memukuli Ian berkali-kali.

Ian mengangkat tangan menghindari pukulan Kara yang hendak menyasar wajah dan tubuhnya. Sebelum tangan Kara berhasil ia tangkap, ia mengaduh kesakitan saat sudut-sudut tas yang keras itu membentur tulang selangka dan bahunya.

"Hey, hey, stop!" Ia memegangi kedua tangan kara erat-erat.

"Lepas! Aku akan melaporkanmu!" Pekik Kara marah.

"Atas dasar apa?"

"Kau menciumku tanpa izin!"

"Tidak ada bukti dan saksi yang akan membenarkan laporanmu. Tapi, jika kamu terus memukuliku, akan kulaporkan balik atas dasar penganiayaan oleh seorang pengacara pada kliennya." Ujar Ian sambil celingukan memeriksa jika mobil Kara dipasangi kamera dashboard.

"Sialan! Kau pria brengsek!" Kara menyumpah.

Ian tersengal-sengal. "Kamu juga membalasnya tadi!"

"Membalas apa? Jangan sembarangan!"

"Ciumanku. Apa perlu kita ulang sekali lagi? Kamu bahkan memejamkan matamu dan memegang pipiku." Tantang Ian tak tahu malu.

Chasing Loyalty (END) - TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang