22. Pulang Bersama

25.8K 1K 57
                                    

Setelah hampir sentengah hari di atas awan, pesawat dari maskapai yang ditumpangi Ifra akhirnya mendarat dengan sempurna di Indonesia, tepatnya di Bandar Udara Internasional Juanda, Surabaya.

Setelah memastikan semua barangnya dia bawa, Ifra pun segera keluar dari pesawat berlogo burung biru itu dan segera menuju ke tempat pengambilan barang. Tentunya dia tak berjalan sendirian karena di sampingnya ada Akram yang juga berjalan dengan langkah yang sama dengan tujuan yang sama. Bahkan pria jangkung itu tak sungkan memberikan tenaganya untuk membantu Ifra mengambilkan barang di kabin pesawat tadi.

Sembari menunggu barangnya terlihat, Ifra dan Akram saling bertukar cerita sedikit perihal pendidikan masing-masing. Bahkan mereka tak sungkan untuk sedikit berdiskusi perihal kesehatan. Obrolan mereka berdua terputus karena panggilan telepon dari umi Ifra yang menanyakan keberadaannya.

"Assalamualaikum, iya, Umi? Ifra baru landing ini."

Akram di depannya memberi isyarat bicara tanpa suara yang artinya dia pamit untuk mengambil barang. Ifra mengangguk sopan dan mempersilakan.

"Di cafe? Ifra baru mau ambil barang ini. Iya Umi, Ifra ke sana sebentar lagi. Umi sama Abi nggak usah ke mana-mana, di sana aja. Biar Ifra yang ke sana."

Setelah uminya mengatakan iya, Ifra pun segera menutup teleponnya. Dia berjalan menghampiri Akram yang sedang mengambil koper hitamnya.

"Sudah ketemu barangnya, If?" tanyanya yang mendapat gelengan dari Ifra.

"Warna apa kopernya? Biar saya carikan," tawar Akram.

Ifra segera menggelengkan kedua tangannya. "Jangan, Mas. Saya bisa sendiri kok. Mas Akram silakan lanjutin perjalanannya, takut ditunggu keluarga."

Akram tersenyum, dia tak menggubris ucapan Ifra. Dia malah mencari koper yang terlihat cocok jika pemiliknya Ifra "Yang biru itu, bukan?"

"Saya beneran bisa sendiri, Mas."

Akram menoleh dengan wajah tampannya. "Saya ikhlas menolong kamu. Benar koper biru itu?"

Ifra menggeleng keci. "Koper saya warna silver."

Akram mengangguk, lalu dia memindai jajaran koper yang berjalan di depannya. Lalu ketika melihat koper yang sesuai dengan ciri-ciri yang disebutkan Ifra, dia segera mengonfirmasi pada wanita berjilbab coklat susu itu. Betul saja itu kopernya.

Akram mengambil koper yang ukurannya sedikit lebih besar ketimbang miliknya lalu mengembalikan pada sang pemilik.

Ifra berterima kasih pada Akram yang sudah mau direpotkan.

"Bukan masalah, Ifra," ujarnya dengan tak lupa menyelipkan senyuman di akhir kalimatnya.

Ifra mengangguk sopan, lalu dia pamit undur diri.

"Mas saya duluan, ya. Umi dan Abi saya sudah nunggu soalnya," ujarnya pada pria yang meski baru berkenalan dengannya, tetapi meninggalkan kesan baik dalam ingatan Ifra.

Ifra yang awalnya akan melangkah pergi tiba-tiba tertahan oleh ucapan Akram.

"Kita barengan aja, saya juga mau ketemu Umi," ucapnya sembari mendorong trol-nya keluar dari area pengambilan barang.

Akad RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang