cry.

3.4K 132 1
                                    

Sorry for typo and enjoy.

———

Setelah kejadian tadi, di sini lah mereka berempat. Taman belakang dengan beberapa tumpuk sampah di sana.

" bakar tuh!" Anjani melempar plastic sampah ke hadapan Lucy.

" anjing emang!" Lucy sudah siap menyekik Anjani kapan saja.

" Luc udah gapapa biar gue aja yang bakar." kata Sei.

" gitu dong, kan makin cocok kalo dapet peran jadi babu." cibir Anjani.

" anjing!" Lina sudah siap ingin menggunting rambut anjani dengan gunting rumput yang ia pegang namun.

" gimana anak-anak sudah selesai?" kata Bu yana.

Mereka berkumpul. " sudah bu.."

" bagus. Yaudah boleh pulang, lain kali jangan berantem lagi! Ini sekolah bukan ring tinju."

" iyaaa buuu.." jawab sei, Lucy dan Lina asal.

🌻🌻🌻

Lucy dan Lina sudah pergi di sini hanya ada Sei, dan tentu dengan Leon. Sesuai dengan janji.

" kenapa ngomong kasar di depan anjani!" nada bicara Leon seperti sedang mengintrogasi Sei.

" ..."

" kenapa diem! Anjani kakak kelas loh! Hargai dia. Kamu.."

" kenapa! Gak seneng ya gebetan nya aku gituin, gak suka kamu kalo aku jambak anjani? Gak terima? Nih.." sei sengaja memegang rambut nya kemudian menyodorkan ke Leon.

" apa?"

" jambak aku aja lagi! tarik aja rambut ku, bila perlu tampar juga aku!" ujar Sei.

Jujur, rasa perih di hati nya mendominasi saat ini. mata nya turut menetes kan air mata. Rasa nya di patahkan hati nya buat Sei seperti hal yang biasa.

" kenapa diem!!" air mata Sei terus menetes.

" kamu juga salah, aku tau itu Sei!"

" leon.. Aku pacar kamu.. Kenapa kamu milih buat memihak dia sih."

" aku ada urusan kamu nanti di jemput temen ku. Gak usah naik kendaraan umum lagi." Leon mengalih kan pembicaraan, ia sudah siap akan pergi.

" pergi kemana hah! Urusan apa! Anterin Anjani lagi kaya kemarin? Segitu penting nya ya anjani buat kamu. aku salut loh!" Teriak Sei.

" Seina. Cukup!"

" why? Aku tuh emang gak berharga kan, kamu cinta nya sama anjani kan? Terus kenapa kamu nyatain kalo kita ini pacaran!" Nafas gadis itu memburu.

" jangan ikut campur urusan pribadi aku! Faham!" teriak Leon.

" hiks.. Jadi bener kan aku tuh gak penting?"

" gak usah kemana-mana, nanti Dirga ke sini jangan naik kendaraan umum. Gak boleh pulang kalo bukan sama dirga faham?"

" berhenti.. Jangan atur gue. Gue muak!"

Sei berjalan mendahului Leon meninggalkan laki-laki itu yang masih terdiam. Leon meremas tangan nya kuat.

" lo gak bisa pergi gitu aja Sei.. Gak akan bisa."
















Sei duduk di depan halte sekolah nya. Entah lah apa yang ia lakukan. Air mata nya seakan kering, sudah bosan diri nya menitikan air mata untuk hal yang tak berguna.

" permisi, Seina ya?"

Sei mendongak, seorang laki-laki dengan motor Vespa itu tepat ada di hadapan nya.

" iya, mas siapa ya?" Sei melirik ragu-ragu ke arah laki-laki itu.

" kenalin, nama gue Dirga." ia mengulurkan tangan nya.

" Seina." Sei menautkan lengan nya ke laki-laki itu.

" eum.. Gue, temen nya Leon. Tadi di suruh anterin lo balik sei." kata Dirga jujur.

Sei tersenyum kecut. " oh.. Ya, udah ayo balik. Nanti keburu malem."

Dirga mengangguk kemudian memberi Helm satu nya pada Sei. Gadis itu menggapai nya kemudian memakai Helm tersebut dan naik ke atas jok motor laki-laki itu.

" rumah nya di mana kalo boleh tau?" tanya Dirga tersenyum kikuk.

" di jalan pandawa, nomor 57." jawab Sei.

Selama di perjalanan baik Dirga atau pun Sei kedua nya sibuk diam. Dirga yang kaku dan Sei yang terlihat murung membuat Dirga enggan bertanya apa-apa.

" udah lama pacaran sama Leon?" ucapan itu melengos begitu saja dari mulut dirga.

" belum." balas Sei seada nya.

Dirga menghembuskan nafas nya pelan. Ia tau gadis yang sedang di boncengi nya adalah gadis baik-baik, berbeda jauh dengan mantan-mantan leon yang lain.

" kirain udah lama.." kata Dirga sambil melirik Sei dari spion nya.

Motor Dirga bukan motor keren. Hanya vespa matic dengan warna merah. Bagi gadis-gadis yang menyandang gelar sebagai mantan Leon, pasti berfikir kalau Dirga orang yang Kuno.

" belum lama.. Eh udah sampe."

Dirga menghentikan motor nya persis di depan gerbang rumah Sei. Setelah turun gadis itu menyodor kan Helm yang barusan ia pakai ke pemilik nya.

" makasih" ujar nya.

Dirga tersenyum. Sampai detik selanjutnya ia akan pergi sebuah ucapan terdengar dari bibir Sei.

" motor lo.. Keren juga."

Dirga mendongak menatap Sei. Rasa nya baru ini dia di puji gebetan Leon. "Hehe makasih."

Bad boyfriend [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant