berubah

2.6K 93 0
                                    

Sorry for typo and enjoy

--------

Seina's pov

Selesai sarapan aku kembali ke kamar, berniat untuk membaca novel yang ku bawa dari rumah. Jujur ada beberapa hal yang masih mengusik ku. Aku masih takut akan sesuatu yang terjadi nanti nya. Nasib ku dan Leon. Aku masih takut...


" kamu sibuk?" Tanya Leon yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar ku.

" eh? engga kok kenapa?"

" aku boleh masuk?" Tanya nya lagi.

Aku menaikan sebelah alis ku bingung, rasa nya aneh saat dia meminta izin seperti itu.

" iya boleh." Aku mengangguk.

Laki-laki itu masuk, kemudian duduk di lantai. Aku sedikit ke bingungan dengan tingkah nya.

" kok duduk di bawah?" Tanya ku.

ia tersenyum. " aku.. Mau keluar sama Anjani, boleh?" kata nya hati-hati.

Aku terdiam. Mengapa meminta izin?

" kalo memang gak boleh aku gak akan keluar kok, aku.."

" gak apa-apa, aku cuma agak aneh aja kamu minta izin ke aku." Tutur ku.

" ya udah, mau titip apa?"

Aku tersenyum, jujur aku ingin memeluk nya. Tingkah nya berubah manis untuk saat ini astaga aku mohon jangan pisahkan kami.

" eum. Gak usah deh aku gak mau apa-apa kok." Jawab ku.

Dia mengangguk kemudian mengelus rambut ku lembut.

" aku pergi, gak lama kok."

Aku melihat jam dinding sudah jam 20.00 wib rupa nya. Selama itu aku tertidur. Mungkin karena rumah ini juga terlalu sepi. Aku berjalan menuruni anak tangga, benar ternyata. Semua nya sedang berkumpul di meja makan.


Apa tidak ada yang membangunkan ku?

" eh, sudah bangun?" Kata papa.

Aku mengangguk pelan kemudian duduk di kursi meja makan dekat papa. Ada Lucy juga, warna rambut gadis itu telah berubah. Tak ada lagi campuran warna di sana. Hanya ada warna hitam pekat.

Kemudian aku menatap ke sebelah Lucy. Laki-laki itu pun tengah menatap ku sambil tersenyum. Berbeda dengan kemarin. Hari ini perlakuan nya sangat berbeda. Jauh lebih lembut dan sangat baik.


Entah kenapa aku merasa kalau aku menyukai laki-laki ini untuk ke dua kali nya. setiap perlakuan nya yang tertangkap netra ku. Setiap tutur kata nya yang lembut kelu, karena itu ku rasa kini aku benar- benar menyukai nya.

Tak ada lagi iblis pria menakutkan, dalam mimpi ku dan kenangan lalu. Hanya ada pria lembut yang ku rasa perlahan akan membalas semua rasa cinta ku pada nya.

" mama kamu, akhir dinas hari apa?" tanya kakek tiba-tiba. membuat ku tersadar dari lamunan ku.

" eum.. aku rasa sebentar lagi kek." jawab ku.

" aku menyuruh nya tinggal di sini juga." kata nya.

Aku sedikit terkejut kemudian menatap Lucy, ternyata ekspresi nya datar dan tak ada respon apa pun.

" lalu untuk Ajeng, kakek sudah bilang pada Gibran. Dia akan pindah juga ke sini." jelas kakek.

Aku melirik ke arah Leon, dia tersenyum kecil. Aku pun sama tersenyum nya. Bukan kah ini pertanda baik? bukan kah semua masalah sudah usai?

selesai makan malam aku menunggu Leon, dia bilang dia akan datang ke balkon dan membicara kan sesuatu dengan ku.

Tak lama ia datang, tak sebahagia tadi. Justru tampak murung, dia berjalan gontai kemudian memeluk ku. menopangkan kepala nya di bahu ku.

" kamu kenapa hm?" tanya ku sambil mengusap kepala laki-laki itu.

" maafin aku.." kata nya Pelan.

" kenapa minta maaf? ada apa?" tanya ku lagi. Jujur aku takut dengan jawaban Leon.

" anjani, dia.. Menolak untuk di putuskan. aku gak mau nyakitin hati kamu, pun anjani. Maafin aku." ada nada penyesalan di sana.

Aku pun menghembuskan nafas panjang, sedikit kecewa. Tapi aku bisa apa. Leon sudah berusaha Bukan?

" kamu.. Tetep percaya aku kan?" dia mendongak menatap ku.

" aku percaya kamu. Tolong, jangan ingkar.."

Karena jika kamu mengingkari nya. Entah lah, nyawa ini masih ada atau tidak bersama raga ku.

Bad boyfriend [END]Where stories live. Discover now