~21~

9.5K 659 9
                                    

Gluk.. ciuman tak terduga itu terjadi, tidak, sebenarnya ini sudah direncanakan otak mesum Niel sendiri. Habisnya tak ada pilihan lain. Ia tak bisa membangunkan gadis itu.

Niel meneguk air putih itu dan bersiap meluncurkannya ke tenggorokan Fina.

"Hmmmppp..." Mata Fina terbuka meskipun sedikit sayup karena demam yang belum turun.

Ia terusik dengan mimpi buruk yang menghantuinya ditambah pergerakan aneh dimulutnya.

"Niel.." panggil Fina sekali lagi, lirih. Di awal dan akhir pada akhirnya nama Niel lah yang ia sebutkan.
Suatu kehormatan untukmu Niel.

Fina bersikeras untuk duduk tapi Niel melarangnya. Jelas saja. Siapa yang sakit disini?
Fina mengkhawatirkan keadaan Rosse.
Masih tetap sama.

"Lebih baik kau juga istirahat, kau sedang sakit. Aku tak mengizinkanmu pergi atau kau akan ku cium.." Ancam Niel berharap akan berhasil.

Mimpi apa Niel semalam. Fina menjadi penurut. Karena ancamannya atau hal lain? Entahlah. Siapa yang tahu.

"Kalau begitu aku pergi dulu." Pamit Niel beranjak dari kursinya.

"Jangan." Cicit Fina pelan. Ia menahan Niel dengan tenaga super lemah.

"Aku mengerti." Niel kembali duduk. Ia sudah sering melihat adegan ini di film-film. Ia tahu apa yang akan di ucapkan Fina selanjutnya. Ia menggenggam tangan Fina menyalurkan kehangatan. Sesekali ia akan mengusapnya lembut guna menidurkan gadis itu.

Dan seperti ada mantra di usapannya, perlahan mata cantik Fina menutup. Sampai pada akhirnya Fina benar benar tertidur. Niel sungguh menyayangkan permata berharga seperti Fina terluka seperti ini dan menjadi rapuh.

Cup.. Niel mengecup kening mulus Fina yang hangat. Genggaman Fina memanglah yang terbaik sejak pertama kali bertemu. Tangannya bahkan tak bisa lepas dengan mudah. Ada sihir apa disana?

...

Author pov.

Sinar matahari yang masuk mengusik kedua netranya. Ia mengerjap beberapa kali guna menyesuaikan cahaya yang masuk tanpa permisi dan membobol pertahanannya.

Eungghh.. ia melenguh saat kepalanya masih terasa sedikit berdenyut. Ia ingin memijatnya guna meredakan tapi tertahan karena sesuatu.

"Niel.." Bibir sedikit pucat itu mengucapkan nama itu dengan begitu pelan dan lembut. Siapapun yang melihatnya pasti ingin memakan buah bibir itu.

Tapi yang dipanggil masih enggan membuka matanya. Mencuri kesempatan Fina mengusap surai hitam Niel dengan gemulai.
Rambut Niel begitu halus dan lembut.

Merasa terganggu akhirnya mata amber itu terbuka meskipun masih setengah hati. "Kau sudah bangun?" Ucap Niel serak dengan tangan mengucek mata khas bangun tidur.

"Kenapa kau tidur disini? Kau bisa sakit nanti." Fina yang sudah duduk dikepala ranjangnya menarik genggaman Niel hingga lepas tanpa diketahui. Ia terkejut saja.

"Tadinya aku ingin begitu, tapi seseorang menahanku." Niel mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

Fina merasa dirinya sang pelaku memerah. "Si.. siapa bilang aku melakukannya." Elak Fina tergagap.

"Tapi aku tidak mengatakan jika itu kau." Goda Niel menyukai ekspresi malu malu Fina.

Merasa di jebak Fina memberontak dengan memberikan pukulan lemah ke lengan Niel.
Tidak berasa apapun, karena gadis itu masih tak bertenaga.

Niel memeriksa suhu tubuh Fina dengan... kalian tahu lah apa itu..

"A.. apa yang kau lakukan?" Fina sedikit menjauhkan wajahnya dari Niel yang terlalu dekat.

Great Agent and Genius Girl ✔Where stories live. Discover now