Ikan Ekor Kuning

1.5K 133 34
                                    


Dapur tempat Ibu memasak letaknya di paling belakang rumah. Hanya muat sedikit orang. Separuh dindingnya berkeramik biru muda dengan noda minyak di dekat kompor. Piring-piring dibariskan di rak kayu. Rak kayu tingginya setinggi Ibu, jadi aku harus berjinjit di atas kursi untuk mengambil piring. Ujung-ujungnya hampir habis dimakan rayap. Katel, talenan, pisau, parutan, digantung di dinding dekat wastafel. Ikan ekor kuning yang Ibu beli di pasar diletakan di dalam mangkuk hijau besar di samping tumpukan piring kotor. 

Ibu bilang ikan ekor kuning yang dibeli sudah dibersihkan. Sisik dan isi perutnya dibuang, sirip-sirip tajamnya dipotong. Tinggal dicuci saja. Aku suka sekali memperhatikan Ibu memasak. Tapi ibu tidak suka. "Ibu jadi susah bergerak, Tu." Padahal kan aku hanya diam saja. Ibu memintaku untuk duduk manis di kursi kalau mau lihat ibu memasak.  Aku duduk di kursi rotan dekat wastafel. Kakinya lapuk kena air. Kalau diduduki bunyinya kreet kreet. 

Ikan ekor kuning dilumuri Ibu dengan air jeruk lemon. Lalu ditaruh kembali ke dalam mangkuk hijau besar. "Ikannya didiamkan dulu Tutu, biar meresap." Ibu mengambil ulekan, memasukan bawang merah, bawang putih, ketumbar, kunyit, dan sejumput garam. Ditumbuk sampai halus. Pangkal sereh ditetak. Daun-daun jeruk juga. Belum masuk penggorengan saja wanginya sudah kemana-mana. Tangan ibu lihai melumuri badan ikan ekor kuning dengan bawang merah, bawang putih, ketumbar, kunyit, yang sudah halus. Ikan ekor kuning dibalut bumbu. Dimasukan ke insang dan ke dalam perut. Diselipkan juga pangkal sereh dan daun jeruk.

Ikan ekor kuning penuh bumbu itu dicemplungkan ke dalam wajan panas. crcssss crcssss Harum sekali! Aku langsung bangkit dari kursi rotan. "Tutu, diam disitu saja! Bisi kepetelan minyak." 

Yah! padahal aku mau mengendus dari dekat. Aku bergegas berlari keluar dapur. Mencari Della, adik perempuanku. "Deeel sini sini! cium yang wangi wangi!"

Karena Ibu akan marah kalau kami mengendus dari dekat, aku dan Della naik ke tangga di samping dapur. Duduk di anak tangga ke sembilan. Di sini aroma rempah tercium sekali. Hidung Della kembang kempis sampai bulu-bulu hidungnya terlihat. Menghirup semua aroma rempah. Takut kehabisan, jadi aku melakukan hal yang sama. 

Tidak lama ibu menyuruh kami untuk turun. Ikan ekor kuning sudah matang! Warnanya kuning emas kecoklatan. Sedikit gosong di bagian sirip dan ekor. Dimakan pakai nasi hangat yang masih mengepul. Disuapi Ibu paling enak! Pertama aku, kedua Della. Semuanya dapat. Ibu mencubit daging kuning kecoklatan yang renyah. Asap menyembul keluar dari daging putih lembut. Terasa gurih dari pangkal hingga ujung lidah. Sirip dan ekor kalau dikunyah bunyinya krssh krssh!

Aku makan sambil bersenandung riang. Setelah itu dibuatkan jus tomat oleh Ibu. Beberapa teguk sudah habis. Tiba-tiba aku mengantuk, tertidur. Bangun-bangun sudah ada di kamar. Ajaib!



Semesta LembutWhere stories live. Discover now