(3)

1K 110 4
                                    

“Ini karena elo, kan? Pasti lo yang minta ketemu di sini, kan?" pekikku sambil mendorong tubuh Andres.

Hey! Santuy, Adik Kecil!" ucapnya, "not me."

Who?" desakku dan menatap tajam padanya sebelum mengedarkan pandangan menyapu ruangan. "Jangan panggil gue Adik Kecil!"

Aku melirik Hiro yang masih sibuk mengoceh di depan kamera berkaki. Dia nggak mungkin peduli dengan siapa pun, kecuali konten youtube-nya. Aku berpaling ke Luna yang sekarang sedang memulas bibir.

"Saya yang memutuskan. Apa kamu tidak memperhatikan kertas pembungkus paketmu? Tidak mungkin Andres yang mengirim." Marlon datang membawa nampan yang berisi minuman beraneka warna. "Kesukaanmu," katanya sambil menyodorkan gelas dengan cairan berwarna hijau di dalamnya. "Pakcoi organik, nanas matang, ditambah satu sendok madu murni. Bagus untuk mengurangi stres ringan."

See!" sambar Andres begitu aku membuka mulut. "Yang mana fruit punch andalan di pulaumu?" tanya Andres sambil menyelidik minuman yang baru saja diletakkan Marlon di meja.

"Tiga puluh menit lagi, Don akan memberikan misi terbaru kita. Makanan ada di pantri. Saya harus mengerjakan beberapa hal sebelum Don menghubungi,” ucap Marlon sebelum menghilang di balik pintu baja.

Rasa kesalku menguap begitu mendengar kata misi. Semakin banyak misi, semakin banyak petunjuk yang akan kudapatkan. Sudah satu dekade sejak informasi pertama, tapi aku masih belum menemukan benang merahnya. Apa Don sengaja mengarangnya? Tapi, untuk apa?

“Apa yang kau pikirkan, Adik Kecil? pertanyaan Andres sukses membuyarkan lamunanku, "pasti sedang memikirkan petunjuk yang akan diberikan Don setelah misi berhasil, kan?"

“Bisa nggak, nggak usah ganggu Chiara lagi?" semprot Luna.

"Hei, Nona. Kau menggunakan kata 'nggak' dua kali dan dalam waktu nyaris bersamaan. Itu sangat tidak efektif," sela Hiro. Dia mengambil minuman berwarna jingga, "Sekali-kali, pikirkan susunan kalimat, meski sedang emosi."

Luna menatap Hiro dengan tajam dan Hiro pun melakukan hal yang sama. "Dasar grammar nazi!" ucap Luna tepat di depan wajah Hiro, yang kini merah padam.

Jika bertemu kami di tempat umum, tidak akan ada yang curiga siapa kami sebenarnya. Kami sama normalnya dengan orang kebanyakan. Suka berkumpul, makan, bicara, dan saling mengejek. Hanya saja, kami memilih tempat khusus untuk menerima misi tertentu.

Tepat setengah jam kemudian, wajah Don sudah terpampang di monitor besar di dalam bungker. Aku dan Luna memosisikan kursi tepat menghadap layar, sementara para lelaki berpencar ke berbagai arah.

Nice bungker, Man! Nggak percuma kau menghabiskan lebih dari separuh hasil kerja kerasmu untuk ini," ucap Don sebagai pengganti salam pada kami semua. "Waktu kita tidak banyak. Misi ini harus kalian selesaikan kurang dari 24 jam. Target dan detail lokasi akan kubagikan melalui jaringan biasa. Ada pertanyaan?"

Kami saling tatap dan kompak menggeleng.

"Baiklah, waktu untuk persiapan hanya sampai matahari tenggelam. Akan ada kiriman untuk kalian. Iya! Tunggu sebentar! Aku sedang bicara dengan anak-anak," Don mengalihkan pandangannya sebentar, "maaf interupsi tadi. Sampai di mana kita?"

"Kiriman," sahutku.

Don melihat jam di tangannya, "Kira-kira satu setengah jam lagi barang itu akan sampai. Manfaatkan dengan baik. Sekarang bersiaplah! Aku sudah mengirimkan detailnya." Aku menegakkan punggung untuk mengajukan pertanyaan. "Aku mengerti Chiara. Akan ada petunjuk berikutnya."

Yeah! Aku ingin bicara soal itu padamu, Don. Kurasa kau mempermainkanku selama ini. Sepuluh tahun dan  aku masih tidak bisa memecahkan apapun."

"Berbohong adalah larangan nomor satu dalam klan kita. Setidaknya terhadap sesama anggota. Well, listen! Jika kau tersesat, lalu seseorang memberikan petunjuk, dan kau masih belum sampai tujuan, salah siapa?"

"Analogimu tak tepat, Don! Semua petunjukmu tidak berarti sama sekali. Ibu yang meninggal saat kecelakaan, ayah yang masih hidup tapi tak jelas rimbanya, tidak ada sanak keluarga lain, baik dari pihak ibu atau ayah. Selain itu, kau hanya memberitahukan hal-hal aneh. Aku bosan, Don!"

"Selesaikan misi ini dengan sempurna, kita akan bicarakan lagi soal itu."

"Persetan dengan iming-imingmu!"

"Mengumpat tidak akan membuka tabir apapun, Nona. Lakukan saja bagianmu dan aku lakukan bagianku. Pertemuan selesai."

Layar monitor menghitam. Sambungan terputus.

=================================

Aku datang lagi. Jadi nih kayaknya double update.

Kalau ada adegan-adegan action, aku tuh semangat lho. Sueeeeer.

Cuz aaaah, lanjut. Jangan lupa vote, komen, n share jika kalian suka sama kisahnya Chiara.

See yaaa,
San Hanna

Chiara's Little Secret [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang