Miss

30 9 0
                                    

Kepulan asap membawa senyap
Rungu ku lelah dibawa gelap
Hening merajalela
Keramaian tak berasa.

Sibuk ku memandang jendela
Butiran air merayap lemah
Bagaikan pasrah pada hampa yang terbawa
Sesak yang sama terasa.

Debu drum tertabuh murka
Air mata sang mega melanglangbuana
Tak sudi mendengar keluh kesah manusia
Biarlah, aku pun juga sama.

Terbawa oleh murka kalbu yang tak kunjung beku
Sungguh rasanya ingin ikut jatuh dan mengaku
Sesak dalam dada ini kian penuh
Oh andaikan tangisan mega tak pernah menipu.

Rungu ku tuli
Tawa orang-orang bagaikan desis lebah yang tak mau pergi
Aku hanya ingin meratapi
Perasaanku yang tak bisa kumengerti.

Waktu itupun sama
Sang langit juga tengah berkeluh kesah
Bedanya kini kau tak bersama
Dengan karangan ceritamu tentangnya
Yang menggelitik perut dan dada.

Sungguh hari ini amat berbeda
Andai bisa ingin kutumpahkan tangis bersama
Gejolak kenangan yang menyapa
Dan tangis rindu yang hendak menerpa.

Biarlah
Sang langit pun sama.
Ia rindukan matahari tuk bersama
Menerangi raga-raga tanpa jiwa.

Aku pun juga sama
Kepulan asap yang menanti tuk dihisap
Secangkir cokelat panas yang biasa kita seduh berdua
Kini hanya sendiri merindukan kepul yang lain.

Sang empunya tempat entah sedang apa
Sang pemilik kisah sedang terpikir apa
Yang pasti aku disini masih tetap sama
Menanti kecup hangat dan tawa renyahmu semata.

Sungguh wahai tangisan mega, sampaikanlah padanya bahwa aku dan dirimu sedang gundah berdua.

Sama-sama menanti kekasih tercinta.
Dengan cokelat hangat penuh makna.
Di tempat yang sama, yang hanya mengungkit kenangan yang menyiksa.

***

191019

A Silence MindWhere stories live. Discover now