Tamu yang Tidak Diharapkan (12)

66 3 0
                                    



Mbok Nah berlari menyusuri pekarangan menuju kediaman Raden Ayu Tri Hapsari. Wanita priyayi yang nampak anggun dengan kebaya kutu baru berwarna hijau daun serta bermotif embos itu terlihat berjalan keluar rumah.

Mbok Nah berhenti di teras depan, ketika melihat Ndoronya telah berdiri di sana.

"Ono opo, Mbok. Kenapa lari-lari?" tanya Raden Ayu Tri Hapsari.

"Saya sudah dapatkan calonnya, Ndoro."

"Apa? Tenanan, Mbok?"

"Injih. Ndoro Yuan juga sudah tahu."

"Mrene," Raden Ayu Tri Hapsari melambaikan tangan, meminta Mbok Nah mendekat. Mbok Nah menurut. "Lenggah disik," Raden Ayu Tri Hapsari mendudukkan Mbok Nah ke kursi. Wanita berkaca mata itu pun duduk di hadapan abdi dalemnya. "Coba, ceritakan yang runtut. Piye-piye?"

"Jadi, begini Ndoro. NdoroYuan sudah bertemu dengan mak comblang asal Jiwan itu."

"Terus?"

"Injih, ngoten, njih. Sepertinya, dia terlalu hati-hati memberikan nama calon istri untuk Raden Dimas Anggoro."

"Terus, piye? Ada atau ndak? Wis, tho. Ojo mbulet wae, to the point, gitu, loh,"

" Ya. Ada, Ndoro."

"Mbok, sampeyan kuwi, lho. Nyapo, tho, cerita , kok, ya, sepotong-sepotong. Tiwas penasaran aku iki,"

Mbok Nah tertawa, "Nyuwun ngapunten, Ndoro."

"Wis, saiki ngomong terus terang wae. Sopo jal bocahe sing arep di rabi karo Dimas Anggoro?"

"Naminipun Dinar Ayu, Ndoro. Anaknya cantik, rumaket, lan pinter,"

"Dinar Ayu," ulang Raden Ayu Tri Hapsari.

"Injih. Dinar Ayu, Ndoro."

Raden Ayu Tri Hapsari bangun dari duduknya, lalu berjalan sebentar, sambil matanya menatap sekumpulan bunga asoka jawa dan kembang bokor yang berwarna biru serta ungu. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan, "Hmm... Mbok. Bagaimana reaksi Yuan?"

"Ndoro Yuan sepertinya setuju, Ndoro."

"Kamu yakin?"

"Injih. Karena sebelumnya, Ndoro Yuan telah meminta saya untuk menyelidiki Dinar Ayu ini, Ndoro."

"Yuan tahu siapa bocah iki?"

"Injih, Ndoro. Dinar Ayu itu adalah anak dari Ki Sabdo Santoso sendiri. Itu yang tadi saya bilang, bahwa Istri Ki sabdo tidak berani mencarikan wanita lain. Makanya, ia memberikan nama putrinya sebagai bahan pertimbangan."

"Terus, apa anaknya mau? Ini istri kedua, loh?"

"Sepertinya bersedia, Ndoro."

"Baiklah. Mungkin kita bisa tegaskan lagi. Cari waktu untuk ke rumahnya, kalau memang semua berjalan dengan baik, sekalian saja kita lamar."

"Injih, Ndoro."

****

Oe Tan Yuan duduk termangu di pendopo utama. Nampak Mbok Nah berdiri di hadapannya.

"Mbok Nah saja yang atur. Kalau memang ibu mau seperti itu, mungkin secepatnya kita harus melakukan persiapan," ujar wanita itu.

"Injih, Ndoro. Nanti, apa ndoro putra juga ikut?"

"Rama yang akan menikah, otomatis dia harus ikut. Dia harus melihat calonnya, kan?"

"Injih, Ndoro. Berarti harus dibicarakan kembali dengan ndoro putra,"

Kaum BendoroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang