-PART 20 (revisi)-

77.4K 3.1K 82
                                    

1 minggu telah berlalu. Sudah waktunya Nayara untuk pulang dari rumah sakit. Namun, sayangnya Nayara tak akan berangkat sekolah nantinya,l. setelah kejadian ini, Farzan memutuskan untuk menyekolahkan Nayara dengan sistem home schooling.

Setelah kejadian Devan yang ingin menggugurkan kandungan Nayara, Farzan memutuskan untuk mengambil keputusan tersebut. Juga, Ayah Devan yang sudah memutuskan untuk memindahkan Devan ke asrama khusus laki-laki di luar kota selama 1 tahun.

"Nay, udah?"

"Udah."

"Yuk, Nay. gue bantu," ucap Keysha.

"Apaan sih? Gue bis sendiria kali, lebay amat lo!" Ucap Nayara sambil terkekeh kecil

"OrangvDibantuin malah gitu," ucap Keysha kesal.

*****

Nayara sudah sampai dirumahnya, hari pun mulai malam. Ia berada di balkon kamarnya sambil duduk termenung memikirkan semua yang telah terjadi.

Selama ia hidup, ia tak pernah menyangka akan seperti ini. Ini semua seperti sebuah mimpi buruk di mana ia tidak bisa bangun dari mimpi itu. Pertemuannya kembali dengan Devan benar-benar menghancurkan hidupnya. Ia pikir rasanya akan sangat bahagia ketika ia bertemu kembali dengan Devan, tapi nyatanya tidak seperti yang ia harapkan.


Dirinya masih SMA namun kejadian itu membuatnya harus menanggung beban yang berat. Hamil dimasa SMA bukanlah suatu hal yang baik. Itu adalah suatu mimpi terburuk yang tak pernah ia bayangkan.

Nayara tersenyum miris mengingat nasibnya sekarang. Tak pernah ia ingin mengalami hal ini dan semua orang juga pasti tidak mau. Tapi, ia bisa apa selain meneyima semua ini? Ini lah takdir dan Nayara yakin Tuhan merencanakan hal yang lebih baik di balik semua ini.

Jeduaarr
*anggap aja suara petir

Tiba-tiba suara petir menyadarkan Nayara dari lamunannya. Ternyata, dunia juga tahu akan kegelisahan dan kesedihannya sampai bumi juka ikut menangis. Hujan yang membasahi bumi malam ini, seperti pertanda bahwa bumi juga ikut merasakan apa yang dirasakan Nayara.

Nayara tersenyum, ia adalah seorang gadis yang sangat menyukai hujan. Baginya hujan adalah segalanya, hujan adalah sahabatnya, kebahagiaan dan kesedihannya. Hanya hujan yang bisa menenangkannya disaat seperti ini dan Nayara menyukainya.

Ia berjalan menuju pagar pembatas balkon dan mengadahkan tangannya, merasakan tetesan air hujan yang membasahi tangannya lalu memercikkan air hujan itu ke wajahnya sendiri. Ia sangat menyukai air hujan.

Ia mendongakkan kepalanya keatas dan memejamkan matanya, merasakan air hujan membasahi dirinya, ia selalu suka saat seperti ini. Saat ia sedih atau pun bahagia hujan yang menemaninya. Bahkan, ia lebih suka berteman dengan hujan dari pada berteman dengan orang lain.

Seketika Nayara akan lupa dengan semua masalahnya. Jika ia sudah bermain dengan hujan, maka yang ada hanya lah senyuman tulus diwajah Nayara seakan tidak ada beban dalam hidupnya.

"Thank you, rain." gumam Nayara.

*****

SDevan sedang berada d iruang tamu bersama Ayah dan Bundanya, suasana dirumah itu sangat mencekam sekarang. Tatapan dingin, marah, dan kecewa tertuju kepada Devan yang kini hanya duduk dan menatap kedua orang tuanya dengan tatapan datar dan tetap tenang.


"Apa yang kamu lakukan Alvaro? Kenapa kamu lakukan itu ?" tanya Rama dingin namun tetap tersirat kemarahan.

Devan tetap tidak bergeming, ia tetap diam tanpa menatap ayahnya, kelakuan Devan membuat Rama emosi.

Plak

Emosi Rama sudah memuncak melihak kelakuan anaknya itu, akhirnya ia menampar Devan dengan  keras membuat Devan meringis sakit.

"Jawab! Jangan diam aja kamu!" bentak Rama.

"Apa peduli Ayah?" ucap Devan datar.

Mayasari, bunda Devan. Perempuan itu hanya diam melihat pertikaian antara anak dan suaminya itu. ia tahu percuma saja menghentikan itu, ujung-ujungnya juga akan berakhir perang dingin antara ia dengan suaminya seperti biasanya. Lagi pula di sini, Devan memang bersalah dan pantas untuk dihukum.

"Kamu bener-bener anak nggak tau diuntung. Mulai besok kamu Ayah pindahkan ke sekolah asrama." ucap Rama tegas

"Maksud Ayah apa?" tanya Devan dengan nada yang masih datar namun masih tersirat nada keterkejutan .

"Kamu akan Ayah pindahkan kesekolah asrama di Bogor."

"Alvaro nggak mau." tolak Devan.

"Ayah nggak nerima penolakan, Alvaro. Besok kamu akan berangkat kesana dan baju-baju kamu juga sudah disiapkan. Kamu tinggal berangkat besok."

Devan menatap tajam Ayahnya. Kemudian, ia meninggalkan ruang tamu dan pergi kekamarnya dengan api amarah yang berkobar dalam dirinya.












































Hai hai! Up lagi nihhh! Maaf ya pendek, soalnya author bingung mau ngetik apa lagi, lagi males mikirnya hehe! Tapi gk papa yang penting update, udah ah yang penting VOMMENT! Udah itu aja! Bye!
Salam Author💕

BABY KIARA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang