3

516 79 0
                                    

(Name) menatap hasil karyanya dengan tatapan puas. Kostumnya telah jadi dan terlihat sangat cantik. Ah~ ia harap saat ia mengenakannya ia tetap jadi cantik karena ia tidak ingin jadi hantu yang menyeramkan tapi ia ingin menjadi penyihir yang cantik.

Meski kabar bahwa kedua orangtuanya tidak bisa pulang, (Name) tetap saja berusaha seceria mungkin karena setidaknya ia bisa pergi jalan-jalan bersama teman-temannya.

(Name) yang sudah selesai membuat kostum mulai beralih ke arah dapur agar ia bisa segera memasak. Ia tidak ingin mati kelaparan sebelum hari Hallowe'en tiba.

Di saat ia tengah memasak, entah kenapa bulu kuduknya tiba-tiba saja berdiri. Ia tidak mengerti, hari Hallowe'en belum tiba dan ia sudah merasa merinding duluan. Ah! Mungkin saja roh-roh nya sudah tidak sabar karena ingin ikut juga merayakan hari Hallowe'en. Atau tidak paling mereka ingin menemani (Name) yang kini sendirian.

Ngomong-ngomong sendirian, (Name) entah kenapa juga bisa merasakan seperti ada yang tengah memperhatikan dirinya. Melihat sekelilingnya, (Name) tidak menemukan apapun. Tentu saja ia tidak menemukan apapun karena ia hanya sendirian di rumah dan rumahnya sudah ia kunci. Kunci ganda, lagi.

Mengabaikan hal itu, (Name) kembali mencoba melanjutkan kegiatan memasaknya dan tanpa sadar ia memasak terlalu banyak.

"Oh sial. Aku sendirian tapi aku malah masak terlalu banyak. Memangnya siapa yang mau membantuku menghabiskan semua makanan ini?" gumamnya pelan melihat semua makanan kini sudah tersaji di meja makan. Bahkan ia juga membuat beberapa kue kering dengan motif yang lucu-lucu dan juga pai labu. Atau mungkin saat ini bisa dibilang (Name) membuat makanan serba labu kecuali ayam panggang.

"Hah ... sepertinya nanti aku harus memberikan sebagian makanan ini kepada tetangga."

(Name) mulai mengemasi semua peralatan memasaknya dan mencucinya hingga bersih. Namun, lagi-lagi (Name) kembali merasakan bahwa ada orang yang tengah memperhatikan dirinya. Dan hal ini dimulai saat ia selesai menelepon ibunya. Tapi itu tidak mungkin kan?

Menatap jarinya yang kini dibaluti perban membuat (Name) kembali menghela napas pelan. Jarinya terluka, tapi hatinya lebih terluka, dan tidak tahunya hal itu berpengaruh pada pikirannya dan membuatnya jadi berhalusinasi.

Halusinasi?

"Mungkin saja Aku sedang berhalusinasi bahwa ada orang yang tengah memperhatikanku," ujar (Name) lalu terkekeh pelan. "Mungkin saja yang tengah memperhatikanku itu adalah fans-ku yang ingin minta tanda tanganku~ ah~ tapi sayang, Aku masih sibuk."

(Name) bermonolog ria. Ada alasan tertentu hingga ia berani mengatakan hal itu. Hal itu dikarenakan agar ia tetap tenang bahwa ia akan baik-baik saja meski sendirian. Ya, meski kini jantungnya tengah berpacu cepat lantaran ia takut. Tapi ia berusaha untuk tetap tenang dan kalau ada yang berani mengganggunya akan ia hajar habis-habisan.

Orange Magic || Akashi SeijuroWhere stories live. Discover now