6

628 79 2
                                    

(Name) nenggelengkan kepalanya tidak percaya. Tidak mungkin pria itu adalah suaminya. Vampir lagi.

"Kau tidak percaya?" tanya Pria itu membuat (Name) tanpa sadar menganggukkan kepalanya.

"Bagaimana mungkin Aku bisa percaya jika aku pikir kau adalah seorang stalker tampan yang menguntitku," ujar (Name) membuat pria itu tersenyum geli mendengar ucapan (Name).

Pria itu akhirnya memilih duduk di kasur tempat (Name) duduk saat ini.

"Jawabanmu boleh juga, tapi bukan itu yang sebenarnya. Apa kau tahu alasan kedua orangtuamu tidak dapat hadir? Itu semua karena orangtuaku yang mengundang mereka ke acara makan malam mereka. Orangtua kita sudah menjodohkan kita sedari awal dan orangtuamu memintaku untuk melindungi dirimu selagi mereka belum pulang," jelas pria itu membuat (Name) semakin kebingungan.

"Jadi, kau sedari awal sudah memperhatikanku, ya? Labu, bunga, dan surat itu berasal darimu?" tanya (Name) dan pria itu kembali mengangguk.

"Lalu apakah kedua orangtuaku tahu bahwa kau adalah vampir?" tanya (Name) lagi yang di balas dengan anggukan membuat (Name) hanya bisa menghela napas lelah sambil memijit pelipisnya.

"Bagaimana mungkin dan ... apa jangan-jangan darah yang ada di bibirmu itu adalah darahku?" tanya (Name) yang kembali memegang lehernya.

"Ya."

"A-apa? Tapi kenapa?"

"Karena aroma darahmu begitu manis membuatku jadi tidak tahan untuk tidak meminum darahmu. Dan hal itu bermula ketika jarimu terluka." Pria itu menjawab dengan tenang.

"Lagipula, selain aku menjadi calon suamimu, kau juga sudah termasuk jadi calon makananku~ Ah, tapi tenang saja. Aku tidak akan sering-sering menghisap darahmu dan saat kita menikah nanti aku akan membuatmu menjadi vampir juga sepertiku."

(Name) yang mendengarnya langsung bergidig ngeri. Belum pernah ia memikirkan untuk menjadi vampir juga seperti pria itu.

"Kau tenang saja. Panas matahari tidak mempan bagi kaum kami. Jadi saat kau sudah jadi vampir, kau tidak perlu takut dengan sinar matahari," jelas pria itu membuat (Name) jadi kesal sendiri. Kenapa pria itu dengan mudahnya berkata seperti itu?

"Ah! Satu hal lagi. Kau sebelumnya mengancamku untuk tidak melirik ataupun memikirkan pria lain selain dirimu, kan?"

"Ya."

"Tapi kan saat itu Aku belum tahu siapa dirimu yang sebenarnya!" ujar (Name) kesal.

"Apa jika aku beritahu apa kau sudah siap menerima konsekuensinya?" tanya pria itu serius membuat (Name) jadi gugup. Ia sebenarnya ragu tapi demi pria tampan ini, ralat, demi memuaskan rasa ingin tahunya maka ia tidak punya pilihan lain.

"Ya. Aku siap menerima konsekuensinya!" jawab (Name) mantab.

Pria crimson itu kembali tersenyum.

"Namaku Akashi Seijuro. Pewaris perusahaan besar Akashi Corp. Seorang vampir murni dan calon suamimu," jawab Akashi membuat (Name) meneguk salivanya susah payah.

Akashi Corp? Perusahaan yang telah membantu perusahaan ayahnya. Kolega penting ayahnya yang membuat kedua orangtuanya tidak jadi pulang dan menemaninya. Dan lagi, entah kenapa ia merasa bawa Akashi adalah tipe pria yang sangat posesif.

"Ya, aku posesif akan apa yang menjadi milikku. Dan kau, (Surename) (Name). Kau adalah milikku dan selamanya menjadi milikku."

Dan mau tidak mau (Name) harus menerima keadaannya sekarang. Memiliki calon suami yang sangat posesif. Tapi bagi (Name) tidak masalah asalkan pria itu tampan~

The End~

Orange Magic || Akashi SeijuroWhere stories live. Discover now