26. LANGKA

945 83 5
                                    

Happy Reading ...

"Yaudah, kamu hati-hati di sini."

Kallista mengangguk, "kamu juga hati-hati pulangnya."

"Iya." Gilang mengelus puncak kepala Kallista, sebelum akhirnya ia benar-benar melengang pergi.

"Salam sama Ibu." Kallista melambaikan tangan sampai Gilang masuk ke dalam mobilnya dan kemudian hilang dari pandangan.

Eghm!
"Siapa lagi tuh?"
Lagi-lagi Rani muncul tanpa terduga. Satu-satunya orang yang harus dihindari, malah jadi yang selalu memergoki.

"Tadi udah digendong Pak Bos, sekarang dielus ..."

"Kayaknya lo emang mau ..."

"Oke, oke, ampun! damai, damai, ya?" Rani mengacungkan kedua jari dari masing-masing tangannya, pertanda kalau ia benar-benar ingin berdamai.

Kallista memegang kartu As nya, video berdurasi lebih dari 5 menit, yang di mana di dalamnya hanya menampilkan dirinya yang berdiri mematung tanpa ekspresi. Entah dari mana gadis itu mendapatkan rekamannya, hanya saja kalau sampai tersebar maka sudah pasti ia akan menjadi bahan olokan selama lebih dari 1 minggu atau bahkan lebih. Tidak, Rani tidak bisa menanggungnya. Lebih baik Rani berpuasa dalam berbicara, meski sulit, setidaknya hanya pada Kallista saja.

"Gue ke sini ..."

"Gue bilang, nggak usah ngomong atau ..."

Mau tak mau Rani pun kembali bungkam, membuat Kallista merasa menang atasnya.

"Ya ampun, Kallista ..." seru seseorang, menghampiri Kallista dengan tergesa. "Dicariin dari tadi juga."

"Kamu itu gimana sih?" deliknya kemudian pada Rani, "mau kena omel? haa."

"Orang tadi ..." Rani bahkan tak bisa membela diri, sekarang.

"Kenapa sih?"

"Duh, cepetan ganti kostum."

Kallista mengernyit, lalu tertawa setelahnya. "Lo pikir, gue nggak tau jadwal? orang hari ini udah selesai, kok."

Tanpa berkata, Rani hanya menyodorkan selembar kertas yang di mana tertulis kegiatan selanjutnya.

"Haa?" mengambil alih kertas, "tapi tadi gue nggak liat ..."

"Cepet siap-siap. Jangan buang-buang waktu saya." Seseorang yang sedari tadi tidak Kallista lihat, tiba-tiba muncul tanpa pertanda.

Tak berniat untuk mendebat, Kallista pun hanya bisa mengikuti alur yang pria itu buat. Ia mengekori makeup artist yang membawanya kembali ke ruang makeup. Namun, seketika Kallista terperanjat ketika melihat pantulan dirinya di cermin.

Kallista mengembuskan napasnya kasar, bagaimana bisa ia tidak menyadari kalau riasan pada wajahnya hanya tinggal setengah, saking terburu-burunya menemui Gilang, ia melupakan kegiatan menghapus riasannya.

"Kok nggak ngasih tau, sih?"

"Ngasih tau apa?"

Kallista menunjuk wajahnya, "nggak mungkin kalau nggak keliatan."

"Loh, aku kira kamu sengaja loh itu. Hihi pantes kok gak ada malu-malunya, padahal ketemu cowok ganteng kalem tadi. Duh, ampun deh kamu tuh. Kalau aku jadi kamu sih aku bakal ..."

"Gan-teng ka-lem?" Kallista mendengus tak suka, "cepetan ah makeup in lagi."

"Dih, siapa juga yang ngajak ngobrol duluan."

"Masih mau ngomong? cepetan, nggak?!"

"Pasukan ... kemon!"

***

Fix, You! (completed)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt