3-when the things is answered

397 49 1
                                    

Aku minta maaf. Karena keinginan egoisku yang bahkan tak terucap, kau jadi menanggung semua lara.


 

Apa yang kau harapkan ayah? Disaat semesta telah merenggut semua dariku.

.

.

.

Taehyung tidak tau, haruskah dirinya senang? atau sebaliknya? Ia bingung. Tak berani sedikitpun untuk merasa senang. Terlebih, rasa sedih pun terasa segan menghampiri.

kini dihadapannya yang hanya terhalang sebuah pintu pembatas ruang kamar, terdapat sosok indah yang mungkin sedang meratapi nasib buruknya.

tok tok,

Beralih mengetuk pintu yang kemudian dibukanya perlahan. Dapat dilihat dengan jelas, punggung pemuda yang kini berstatus pasangannya, pemudanya, yang juga suaminya, tengah menatap kosong entah kemana.

"Jungkook?"

Yang disebut menoleh, meninggalkan aktivitas menatap jendela balkon yang jelas sama sekali tidak dapat menghilangkan rasa sedih yang memendam.

"Ah, hyung. Ada apa? Kau butuh sesuatu?"

Sudutnya sedikit tertarik ke atas. Mengetahui bahwa pemudanya mengubah panggilannya menjadi sedikit lebih manis.

Mungkin dia menyadarinya jika aku lebih tua 4 tahun.

"Kau suka pemandangan balkonnya?" Tanyanya. Jungkook sedikit terlihat bingung, namun menganggukkan kepalanya tak lama kemudian.

Taehyung kembali tersenyum. Tak berlebih namun terasa sejuk. "Kau boleh menempati kamarku."

Maniknya berhasil menangkap guratan polos disertai bingung. Taehyung berani sumpah, itu menggemaskan dan juga langka! Namun sayang hanya bertahan sebentar, karena setelahnya raut dengan perasaan tak enak menguasai pemudanya.

Buru-buru Taehyung menambahkan, "Kau tidak perlu merasa tak enak. Aku akan ada di kamar sebelahmu. Beristirahatlah. Selamat tidur, Jungkook."


Setelahnya tak ada jawaban berarti, Taehyung tersenyum maklum. Memilih berbalik meninggalkan sang pemuda dalam kesendiriannya.

Dirinya mengerti. Amat mengerti jika ini bukanlah keinginan sang pemuda. Kehadirannya sama sekali tak diinginkan untuk hadir dalam kehidupan pemudanya. Bahkan iris yang sebelumnya memancarkan binar bahagia, harus rela tenggelam dalam kelamnya pedih.

Bukankah cara semesta bekerja begitu lucu? Ia dengan mudahnya bisa menjungkir balikkan nasib seseorang semudah melempar batu keatas air yang sebelumnya tenang. Tidak ada tanda, dan terjadi begitu cepat.

Persis seperti yang terjadi pada Jungkook juga Taehyung.

Hari pernikahan dimana mempelai dari Jungkook mengalami kecelakaan beruntun yang menewaskan seluruh anggota keluarga yang ikut, juga hari dimana Jungkook menjadi yatim piatu dikarenakan sang ayah yang terkena serangan jantung akibat kemalangan yang menimpa anaknya.

Tepat di menit-menit terakhir kehidupan Ayah Jeon, ia meminta murid kesayangannya, yang kala itu setia menemaninya dan rela meminjamkan bahunya untuk sang anak beristirahat, agar mau dan akan membahagiakan putra satu-satunya itu disaat dia akan pergi.

Yang kata lainnya, ayah Jeon meminta Taehyung untuk meminang Jungkook pada saat itu.

Jungkook tentu berteriak histeris dan terus berkata bahwa ayahnya tidak mungkin mati secepat itu dan pergi meninggalkannya sendirian. Tetapi ketika ayahnya berkata sesuatu yang memilukan, Jungkook terdiam dan berusaha untuk menerima segalanya.

Dirasa putranya sudah kembali tenang, ayah Jeon mengambil tangan Jungkook untuk disematkan pada milik Taehyung. Ia berkata, "Nak Taehyung, tolong selesaikan apa yang tidak bisa aku lakukan.."

Taehyung menatap nanar kedua tangan yang ditautkan tersebut, merasa bahwa ia tidaklah pantas untuk menerima semua tanggung jawab ini.

"Kau lebih dari pantas Taehyung."

Seakan bisa membaca pikirannya, ayah Jeon mengelus tangan Taehyung dan meyakinkannya.

Taehyung menarik nafas dalam. Ditatapnya mata ayah Jeon yang sudah redup tak terlihat lagi binarnya, juga dieratkannya genggaman pada tangan Jungkook. Ia berkata amat tegas. "Aku, Kim Taehyung dihadapan semesta, meminta izin padamu untuk meminang Jeon Jungkook sebagai pasanganku, untuk sehidup semati, susah juga senang, sakit maupun sehat akan selalu ada sebagai rumah dimana Jungkook akan pulang dan berjanji untuk melakukan segalanya demi membahagiakan putra anda."

Hari itu, ayah Jeon tertidur dalam keadaan paling tenang dan bahagia semasa hidupnya.














.

.

"Nak, dengarkan ayah sekali ini saja.. semesta memanglah jahat karena merenggut semua kebahagiaanmu hari ini. Tapi percayalah.. bahwa apa yang direncanakan oleh semesta, hasil akhirnya akan setimpal dengan rasa sakitmu hari ini. Mungkin jika kau bersabar sedikit lagi, hasilnya akan luar biasa hebat."

How Love Works • Taekookحيث تعيش القصص. اكتشف الآن