*39. Makan Malam Keluarga*

160K 15.3K 1.9K
                                    

VOTES dulu, guys. Tangannya pada keseleo, yak?🥂

"Kill, gue mau ngomong sama elo."

Killa menghentikan langkah kakinya, dua bola matanya menatap Raden sebentar lalu kembali fokus pada punggung tegap Barra yang perlahan makin menjauh dari pandangannya. Cowok itu sudah lebih dulu melangkahkan kakinya ke area parkir, meninggalkan Killa yang tengah di tahan oleh Raden.

"Sejak lo pacaran sama Barra, lo jadi nggak butuh gue sama sekali, ya?" cibir Raden sambil berdecak, tak suka. Kilat matanya terlihat... tajam.

Killa mengembuskan napas panjang. "Gue selalu ngerepotin elo, Den. Dan makasih buat semua waktu dan tenaga lo selama ini untuk selalu ada di samping gue."

Bukan itu yang gue mau, Kill! Bukan!

"Gue ngerasa lo beda, Kill."

"Lo juga mulai berubah," potong Killa sebelum ia mendengar Raden menghakiminya. "Lo... bukan Raden yang biasa gue kenal. Lo bukan cowok baik yang selalu gue bangga-banggain lagi. Lo bukan itu."

Raden menaikkan sebelah alisnya. "Gara-gara Ratih?"

"Killa!" teriakkan membahana itu membuat Killa dan Raden menolehkan kepala ke sumber suara. "Ngapain di situ? Ayo, pulang!"

Killa meringis. Kakinya melangkah ke arah Barra, tetapi Raden kembali menarik tangannya lagi. "Kenapa lagi?" tanya Killa dengan kerutan di dahinya.

"Gue mau ngomong sama elo, Kill. Kasih gue waktu sebentar aja."

Mungkin, ini saat yang tepat.

Raden sudah memikirkannya sejak semalam dan dirinya memustukan untuk mengungkapkan perasaannya hari ini. Ia tidak peduli, jika Killa akan menolaknya atau cewek itu malah makin membentangkan jarak yang teramat jauh dengannya. Raden benar-benar tidak peduli. Yang ia inginkan, perasaan cinta yang selama ini ia simpan rapat-rapat di dalam hatinya itu bisa Killa ketahui letaknya. Terserah, Killa mau mengambilnya atau mengabaikannya saja.

"Apa lagi, Den?"

"Gu-gue...." Raden berubah gugup. Tenggorokannya terasa kering tiba-tiba, apalagi saat ia menatap jemari mungil Killa yang tengah digenggamnya.

Barra berkecak pinggang, menatap dua manusia itu dengan tatapan tak biasa. Dengan langkah kaki lebar, Barra menghampiri Killa. Cowok itu menarik tangan Killa, membawanya berdiri tepat di sampingnya. Secara terpaksa, genggaman tangan Raden dan Killa terlepas.

"Barra..." cicit Killa takut karena Barra menatap Raden dengan sorot amarah yang berapi-api.

"Lo berdua ngapain, sih?!"

Raden menyimpan tangannya yang selama beberapa menit mengambang di udara. "Nggak papa. Lain kali aja deh, gue ngobrol empat mata sama Killa."

"Kita pulang sekarang," desis Barra seraya menguatkan tautan tangannya dengan jemari mungil Killa.

"Kill, jangan lupa balas chat dari gue, ya!" seru Raden di belakang Barra.

Tangan Barra menahan kepala Killa agar tidak menoleh ke belakang, bahkan cowok itu menegaskan dengan penuh penekanan. "Awal lo deket-deket sama Raden lagi. Jangan pernah bales chat dia. Ngerti?"

BarraKillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang