Rendezvous

171 33 22
                                    

"T-Tanteisha...?" Tanya Akutagawa sambil tergagap, tidak percaya akan apa yang ia dengar.

"Ha'i, Tanteisha. Sejujurnya aku juga agak malas bertemu dengan seseorang di situ," Tambah Chuuya, "Kau juga ya? Siapa?"

"E-Etto... nandemonai—" Si surai hitam berniat untuk tidak memberitahukan hal ini kepada Chuuya. Bagaimana kalau seandainya Chuuya memiliki hubungan dengannya?

Chuuya hanya menghela napas, "Kalau ada yang mengganggu, bilang saja ya,"

Meski begitu Akutagawa tidak yakin. Apa sebaiknya ia diam saja, atau tetap berbicara jika ditanyai sesuatu? Ah, mungkin lebih baik diam saja. Tapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi sedetik atau dua detik kemudian kan?

Sekilas suasana nampak biasa saja, namun di dalam diri si surai hitam, sudah banyak pikiran berkecamuk dimana-mana. Membuatnya jadi terlihat pesimistis.

"Kau terlihat tegang," Komentar si mata biru tiba-tiba, memicingkan mata menatap Akutagawa yang mendadak tersentak kaget.

"Tak apa kok—sudah biasa," Terasa rona merah hangat di pipi si surai hitam ini mulai terlihat, membuatnya langsung memalingkan wajahnya dari Chuuya yang malah tambah penasaran, "Lho—Akutagawa-kun?"

Tok tok tok

Suara ketukan pintu terdengar, menarik perhatian Chuuya dan Akutagawa yang tengah duduk diam.

"Fukuzawa-dono, selamat datang," Salam Mori di depan pintu. Seorang pria bersurai putih dengan tatapan serius itu menunduk sekejap untuk menerima salamnya, "Konnichiwa,"

"Chuuya-san—" Belum sempat Akutagawa memanggilnya, sudah ada 2 orang masuk ke ruangan, mengikuti pergerakan Fukuzawa.

Di belakang Fukuzawa tentu saja ada 2 orang yang dibawanya untuk melaksanakan pertemuan. Dua orang yang memang sukses dari awal debutnya.

Tatapan Akutagawa dna Chuuya berubah seketika. Jadi pahit dan masam seperti melihat sesuatu yang tidak disukainya.

"Ah, ternyata kalian juga datang?" Ujar seorang pria tinggi bersurai coklat ikal dengan tatapan yang terlihat tidak terlalu mengancam, tapi memang tidak ada yang tahu bagaimana isi buku tanpa melihatnya kan?

"Konnichiwa, Chuuya-san, Akutagawa-san..." Salam seorang laki-laki bersurai putih dengan sopan.

"Konnichiwa, Atsushi-kun," Jawab Chuuya tanpa membalas ucapan salam si surai coklat yang terlihat agak kesal itu.

"Oh, Akutagawa-kun ternyata ke sini?" Dazai menyebut nama Akutagawa dengan nada menekan, membuat si pemilik nama yang tersebut tadi mendongakkan kepalanya melihat ke arah Dazai. Si surai hitam itu menggigit lidahnya sendiri, menghadapi ketegangan ini.

"Ehem," Terdengar suara deheman Chuuya, membuat keheningan mencekam ini terpecahkan, "Ternyata kau juga ikut, I wasn't expecting that,"

Dazai tersenyum miring, "Menurutmu apakah aku akan melewatkan acara yang menyenangkan ini? Kau pasti bercanda," Ia duduk persis di depan Chuuya, sementara Atsushi duduk di depan Akutagawa yang masih berusaha untuk tidak melakukan kontak mata dengan siapapun.

"Ja... bagaimana karirmu tahun ini, Akutagawa Ryunosuke?" Tanya Dazai berusaha memaksa Akutagawa untuk berbicara atau setidaknya menengadahkan kepalanya. Namun, Akutagawa hanya bergumam sambil terus menundukkan kepalanya.

"Apa? Tidak terdengar," Pancing Dazai lagi.

"D-Dazai-san, kau tidak perlu memaksanya jika ia tidak mau berbicara—"

"Tak apa, Atsushi-kun, pasti ia juga suka berbicara soal karirnya kan, Akutagawa-kun?" Nasihat dan saran Atsushi tidak dihiraukan Dazai, membuat Atsushi kembali diam. Apa boleh buat? Dazai adalah seniornya kan.

"Daripada kau banyak bicara begitu, lebih baik kita panggil saja atasan kita dan mulai rapatnya," Potong Chuuya yang mulai gusar.

"Lucu sekali, silakan deh~" Dazai mengedipkan matanya ke arah si mata biru, membuat Chuuya melirik ke arah Dazai dengan tatapan pahit.

"Ha'i, maaf untuk keterlambatannya," Ujar Mori yang baru datang bersama Fukuzawa, "Kita mulai saja rapatnya, oke?"

"Silakan,"

Gaze Upon MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang