Sweet but Bitter

152 25 8
                                    

Di tengah acara yang berlangsung ini Chuuya mabuk. It is not surprising, karena memang ternyata Chuuya menyukai minuman keras, namun ternyata juga mudah mabuk.

Gin mendorong kakaknya untuk segera memapahnya, dan Akutagawa dengan cepat meraih lengan Chuuya yang wajahnya merah padam itu. Beberapa tamu undangan yang lain menyadarinya, dan bertanya-tanya.

"Eh—? Chuuya-san kenapa?"

"Lho? Dia pingsan?"

"Apakah dia baik-baik saja?"

Akutagawa mengambil gelas wine setengah kosong yang dipegang Chuuya, dan meletakkannya di pinggir meja terdekat dengannya. "Are... Chuuya-kun mabuk lagi kah? Haah... matakku..." Ucap seorang wanita anggun berambut pink tua yang lurus dengan gaun hitam bersama Higuchi, asisten Akutagawa. "Ah, etto... yah... aku tidak tahu dia bisa mabuk semudah ini—sumimasen...", "Tidak kok tidak perlu minta maaf, Akutagawa-kun! Dia memang begini... minum wine tak pernah mengetahui batasnya," Ucap Kouyou tertawa kecil. "Chuuya-san daijobu?" Tukas Higuchi, "Kukira ada apa tadi," Kouyou menggeleng, "Sepertinya dia tak apa... tapi ada baiknya dia tiduran sebentar daripada jalan sempoyongan di tengah acara. Akutagawa-kun, kau punya kamar tamu tidak?", "Ah, ii'e... kamar tamu saya sedang direnovasi,"

"Ah... kalau begitu... sumimasen, Akutagawa-kun, bisakah ia beristirahat di kamarmu sebentar? Kami akan sangat berterimakasih," Tanya Kouyou setengah berharap. Tak mungkin Chuuya dibawa sampai ke rumahnya, tak mungkin pula Chuuya ditidurkan di sofa ruang tamu dengan kondisi ramai begini.

"Ah—ha'i, tak masalah kok..." Tukas Akutagawa seraya melirik ke arah Chuuya yang mukanya semakin memerah. Kadar anggur yang ia konsumsi cukup pekat. Untung saja ia tak pingsan. "Benarkah? Yokatta... arigatou, Akutagawa-kun," Ucap Kouyou tersenyum manis, "Dasar memang merepotkan saja...", "Ano—saya permisi sebentar," Ujar Akutagawa berlalu dari ruang acara menuju lantai atas di mana kamarnya berada. Si surai hitam harus benar-benar memapah Chuuya yang jalannya saja sudah tidak karuan.

***

"Hah..." Si surai hitam menghela napas lega. Setidaknya Chuuya tidak pingsan di ruang acara. Kalau tidak apa tidak repot? Sejenak ia menatap Chuuya yang ternyata tertidur karena efek alkohol yang ia minum. Nampak di pipinya rona merah yang manis, membuat Akutagawa ikut merona dibuatnya. "Apa sebaiknya kutinggal saja di sini dan aku ke bawah... atau aku diam di sini..." Batin Akutagawa bingung. Rasanya ia sih ingin saja tinggal di sini, namun apa kata rekan koleganya kalau ia tak muncul dalam waktu singkat seperti ini. Bagaimanapun ia harus memutuskan.

Terpaksa Akutagawa meninggalkan Chuuya yang tengah tertidur di kamarnya itu, dan berjalan ke ruang acara kembali.

"Oh, kau sudah kembali? Bagaimana Chuuya-san?" Tanya Mori yang mengetahui keadaannya. Akutagawa menggeleng, "Ia baik-baik saja, sekarang tertidur,", "Soukka? Dia tumbang saat sudah hampir selesai acaranya... sudah jam 8.24, nanti jam 9 acara selesai. Kau juga harus kembali naik ke atas panggung untuk pidato penutup," Ujar Mori menambahkan. Akutagawa hanya mengangguk, meski sebenarnya ia tidak suka berbicara di depan publik seperti itu. Namun tugas adalah tugas, kan?

Tiba-tiba seseorang menepuk pundak Akutagawa, membuatnya segera menoleh ke belakang, "Ha—Ha'i, doushita, Kouyou-sama?" Tanya si surai hitam keheranan. Jarang-jarang Kouyou mengajaknya bicara. "Boleh bicara sebentar?" Tanyanya meminta waktu.

*

*

*

Senyuman Kouyou membuat Akutagawa merasa ada sesuatu yang besar akan ditanyakan olehnya. "Kau kenal Chuuya-kun sejak kapan?", "Se—Sejak... beberapa minggu yang lalu..." Jawab Akutagawa. Sudah diduga Kouyou akan membicarakan hal itu.

"Sou? Jaa kalau begitu... apakah kau punya perasaan khusus untuknya?" Kouyou menyeringai lebar melihat reaksi si surai hitam yang sedikit merona serta memalingkan wajah. "Kenapa Anda bertanya begitu?" Tanyanya. "Ah, tak ada. Hanya saja... kau tahu dia itu terlalu banyak mendapat perhatian oleh gadis muda penggemarnya. Lagipula dia memang terlihat manis ya?" Tanya Kouyou dengan memainkan kata-katanya cukup bagus, akhirnya memaksa Akutagawa untuk membuka mulut tentangnya. "Tak usah gugup, saya hanya bertanya kok," Ucap Kouyou, "Atau mungkin benar apa kata saya?", "Eh?! Etto..."

***

"Akutagawa-san, kami dari divisi dokumentasi acara, kami di sini akan melaksanakan wawancara sekilas, tidak lama, hanya tiga pertanyaan. Anda punya sedikit waktu?" Tanya sekelompok kecil yang datang menghampirinya lalu menodongkan perekam suara padanya. Wawancara? Mungkin tak terdengar sulit.

"Baiklah... etto—pertanyaan saya berdasarkan data, apakah yang membuat Anda masuk ke dalam agensi Yakuza sebagai pilihan Anda di profesi ini?"

"Tidak begitu penting sebenarnya, saya hanya masuk ke sini karena salah satu 'teman' saya yang merekomendasikan. Awalnya saya akan masuk agensi Tanteisha namun dengan beberapa pertimbangan saya tidak jadi masuk ke sana,"

"Sou... kedua, apa rencana Anda setelah acara ini selesai? Apakah Anda akan mulai mengatur jadwal baru untuk album dan pelatihan baru?"

"Soal itu... ano... saya akan melanjutkan menjadi komposer sebentar mungkin sekitar beberapa bulan jika tidak terkejar deadline yang menumpuk, namun secara keseluruhan sepertinya saya akan mendapat jadwal dari manajer divisi saya,"

Orang yang mewawancarai Akutagawa secara singkat itu beralih kepada pertanyaan terakhir setelah mencatat jawaban Akutagawa. Pertanyaan terakhirnya...

"Mengapa Anda memilih jalur menjadi artis yang menghibur dunia di dunia musik?"

*

*

*

"Etto... soukka—arigatou, Akutagawa-san, waktu yang Anda berikan sangat lebih dari cukup," Ucap orang yang mewawancarainya dengan sopan, lalu berpamitan. Setelah pertanyaan terakhir tadi Akutagawa menjawab sekenanya saja, setidaknya bisa mengulur waktu.

Apa yang ia jawab?

Gaze Upon MusicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang