A Remedy for a Broken Piece

157 28 6
                                    

"Nee Akutagawa-kun?"

"Naze?"

"Kau butuh sesuatu? Sepertinya aku akan berkunjung. Tak usah pedulikan tugas untuk sementara saja,"

*

*

*

Tok tok tok

"Kak?" Panggil Gin, "Kenapa hening sekali?" Tanyanya setengah cemas sesuatu terjadi pada kakaknya itu. "Kak jawablah astaga—" Gin membuka pintunya, dan hanya menemukan Akutagawa yang melamun entah kemana pikirannya. Gin hanya tertawa kecil melihat kakaknya menunjukkan ekspresi terkonyol yang pernah ia lihat, "Kak? Astaga kau kenapa?" Gin melambai-lambaikan tangannya secara perlahan tepat di depan wajah kakaknya itu.

"Eh—oh, kau rupanya. Ada apa?" Tanya Akutagawa, masih berusaha mengumpulkan kesadarannya 100%.

"Kukira kakak ngapain, ternyata melamun. Ada apa? Mikirin apa?" Tukas Gin, sambil duduk di sebelah Akutagawa. "Nandemonai—mungkin hanya... terkejut?" Jawab Akutagawa sekenanya.

Gin hanya tersenyum, "Oh ya, tadi Chuuya-san berpesan padaku, katanya ia akan berkunjung. Bukannya tadi sedang rapat?"

Si surai hitam langsung menggeleng, "Sebenarnya... ada kendala kecil di rapat tadi, akhirnya tidak jadi rapat," Ia mengarang sebuah alasan. Ia tak mau Gin terlalu mencemaskannya.

"Oh, naru hodo..." Gin bangkit dari tempat tidur putih yang empuk itu, "Ngomong-ngomong, aku juga akan pergi keluar untuk rapat kolega dari divisi penataan latar dan tema. Aku akan kembali malam nanti, mungkin jam 7 malam,"

"Rapat lagi?"

"Yah, desainer juga sering rapat,"

"Kau mau aku mengantarmu?"

"Eh? Ii'e, tidak usah, aku bisa berangkat sendiri kok, arigatou. Lagipula, kalau Chuuya-san datang saat kakak mengantarku, apa jadinya nanti, kan?"

"Ah... yah... ha'i, hati-hati di jalan lho,"

"Hum!"

***

Sendirian di rumah...

Mungkin untuk sebagian orang itu adalah hal yang tidak nyaman. Tapi bagi si surai hitam, ia sangat suka ketenangan. Bahkan jika harus berdiam diri sekalipun.

Akutagawa merebahkan tubuhnya sambil menatap layar handphonenya. Jadwal yang ia catat di daily planner hari ini sangat padat. Namun ia juga tidak mood untuk melakukan sesuatu. Lihat saja kondisinya, setelah rapat tadi sepertinya akan menjadi sebuah luka yang membekas di hatinya.

Si surai hitam menghela napas, tepat setelah itu terdengar suara bel rumahnya.

Tuuut...!

"Sumimasen..." Terdengar sebuah suara yang sudah tak asing lagi di telinga Akutagawa yang sedang rebahan dan langsung terbangun itu. Ia langsung keluar dengan keadaan tidak mengganti pakaian formalnya itu.

"Konnichiwa!" Sapa Chuuya sambil tersenyum ramah pada Akutagawa di depan pintu. "K-konnichiwa..." Tanpa disadari rona merah hangat di pipi si surai hitam mulai muncul lagi, membuatnya langsung memalingkan wajahnya, "Silakan masuk—"

"Arigatou... nee? Kau tinggal sendirian? Ke mana adikmu?" Tanya Chuuya sambil berjalan masuk. "Uh... dia sedang ikut rapat koleganya. Katanya ia akan kembali pukul 7 malam nanti," Jawab Akutagawa sambil kembali menutup pintu depannya.

Chuuya mengangguk. Di tiap sudut sapuan matanya ia terlihat berbinar-binar. Akutagawa yang menyadari hal itu memiringkan kepalanya, "Doushita?"

"Haa... ternyata kau punya selera seni yang hebat ya?!" Puji si mata biru dengan tatapan yang tidak henti-hentinya menyapu sudut ruangan, "Indah banget lho!"

Si surai hitam yang mendengarnya tersipu seraya memalingkan wajahnya, "Nggak kok... arigatou..."

"Nee? Omong-omong aku ingin melihat-lihat hasil karyamu. Semuanya mungkin, jika itu tidak apa-apa?" Tanya Chuuya menatap lurus ke arah Akutagawa sebelum ia menyadari sesuatu, "Doushita, Akutagawa-kun? Kau kepanasan?" Ia memperhatikan semburat merah tipis di pipi si surai hitam itu, "Kau tidak sakit kan?"

"Eh??? I—Ii'e! Aku tak apa kok... oh ya, tak apa jika kau ingin... berjalan-jalan untuk melihat apapun yang kau mau, aku tidak keberatan," Tukas Akutagawa lagi.

"Omong-omong, sebelumnya, kau baik-baik saja kan sekarang?" Tanya Chuuya kembali. "Apa maksudmu—oh... itu, aku tak apa. Tak usah mencemaskanku," Jawab Akutagawa, tidak mau menjadi yang membuat orang lain merasa kasihan padanya karena gengsinya itu.

Chuuya tersenyum ramah, "Heh, ternyata kau bukan orang yang kejam, meskipun parasmu terlihat menyeramkan,"

"Apa—?"

"Oh ayolah hanya bercanda," Ucap Chuuya sambil mulai berjalan ke sekitarnya, sementara Akutagawa menemaninya dari belakang.

Tak sengaja, si surai hitam merasakan damai dengan orang lain untuk pertama kalinya. Diam-diam ia tersenyum kecil melihat Chuuya yang berkeliaran seperti orang penasaran di mansionnya ini.

Dan saat itu jugalah, si surai hitam mulai merasa bahwa...

"Aku membutuhkannya..."

Gaze Upon MusicWhere stories live. Discover now