Jump Scare

821 118 48
                                    




Bisa-bisanya..

Aku kembali ke dalam mobil, menyandarkan kepala di tempat duduk, nadiku berdenyut cepat, rasanya nyaris seperti pencuri yang dikejar-kejar polisi, ngomong-ngomong Noah tidak menyusul kan?

Mataku memandang berkeliling dengan gugup dan baru merasa lega saat tidak melihat tanda-tanda keberadaan Noah di sekitar sini.

Padahal aku datang kesini untuk nonton dan mencharge mood, tapi malah terjadi hal mengejutkan yang tidak mengenakkan.

Meski begitu, aku tetap merasakan secercah perasaan bersalah pada Noah, kalau jadi dia dan tiba-tiba dipotret seenaknya begitu, reaksiku juga pasti akan marah dan tidak terima. Bagaimanapun ini kan melanggar privasi, tapi aku kan juga bukannya sengaja mau mengambil foto Noah dengan teman wanitanya.

Sebenarnya aku nggak nyaman merasa bersalah seperti ini, tapi kali ini pengecualian, kalau saja Noah tidak melayangkan tatapan galaknya, aku pasti sudah minta maaf dengan sopan sejak awal.

Ngomong-ngomong, wanita itu siapa ya? Jiwa penasaranku mulai terbit.

Aku mencopot earphone, mengetuk layar ponsel dan mencari foto Noah yang tadi tak sengaja kuambil, ku-zoom layarnya dan kupandangi foto itu beberapa detik— tapi karena sudut pengambilan gambarnya yang tidak bagus, wajah wanita itu jadi kurang jelas di foto.

Apa dia pacarnya Noah?

Mungkin.

Mereka bahkan berpelukan di mobil. Jadi tipenya Noah wanita dewasa ya.

Benar juga, aku baru sadar, mereka tadi sepertinya juga sempat bertengkar, kalau dipikir-pikir aku bahkan tidak bisa memastikan ekspresi kemarahan Noah tadi sebenarnya ditujukan kepada siapa, buatku atau wanita itu atau malah dua-duanya.

Bodo amat ah..

Tanpa pikir panjang, kuketuk delete untuk menghapus.

Saat mendongak lagi, aku langsung terperanjat di tempat duduk saat melihat Noah berjalan menuju kemari—ke arah mobil ini, dia menatap lurus-lurus ke mataku seperti pemangsa dan aku adalah buruannya, Oh tidak—jelas saja situasi ini langsung menghantamku ke jurang kepanikan, masalahnya aku sendirian, aku tidak bisa tidak merasa panik.

Matilah kau Alexa, matilah.

Tenang..tenang Alexa, jangan sampai panik, mari berpikir. Setidaknya di situasi ini, ada tiga opsi yang bisa kau lakukan:

No satu, keluar mobil dan langsung lari saja.

No dua, menjerit sekencang-kencangnya supaya orang lain menyelamatkanmu.

No tiga, pertahankan pintu mobil, jangan sampai si brengsek masuk.

Berhubung lariku payah dan opsi nomor dua kalau dipraktekan lumayan memalukan dan mobil juga sama sekali tidak bisa dikunci, jadi satu-satunya opsi yang bisa kulakukan cuma 'MEMPERTAHANKAN PINTU MOBIL'

Karena pintu belakang memang dirancang tidak bisa dibuka, maka cukup menahan pintu depan.

Aku mengikat rambut menjadi ekor kuda asal-asalan, lalu kuletakkan kedua tangan pada handle pintu dan menarik napas dalam. Layaknya benteng dalam perang, aku siap mempertahankan pintu ini.

Baiklah Noah ayo sini..

Noah mendekat dan berdiri persis di depan pintu mobilku, tangannya bergerak untuk membuka pintu dan percobaan pertamanya gagal, sudah pasti, karena pintunya kutahan kuat-kuat dari dalam, Noah menatapku tajam yang balik kubalas dengan juluran lidah— wek..dasar pecundang buka pintunya kalau bisa.

What Is Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang