Limabelas

1.1K 111 32
                                    

Pagi itu terasa sangat dingin. Rintik air ternyata tengah menyerbu dengan tidak terlalu bersemangat pagi ini, menambah kesan sejuk di balik cahaya ufuk yang kian meredup karena sinarnya tengah terhalang gulungan awan mendung.

Bibirnya mengerang kecil  sebab pusing yang masih bersarang di kepala kecilnya, tubuhnya sedikit menggeliat namun tangannya terasa berat, seperti ada benda yang menindihnya. Perlahan ia paksa kelopaknya untuk terbuka, menampakkan iris berbalut kelopak indahnya.

"Eeunggh ... oh?" Ia mendapati sebuah kepala yang menindih sebelah tangannya yang untungnya terbebas dari infus. Ia tak mengenali kepala itu, ayahnya kah?

Suga mencoba menarik tangannya yang terasa kebas dengan hati-hati, tak ingin membangunkan entah siapa yang tengah tertidur itu.

"Euunggg, kembalikan!"




Deg







Tangannya kembali ditarik oleh seseorang tersebut, menjadikannya bantal seperti semula tanpa membuka mata dan Suga sukses dibuat ternganga.






















"Y-Yeonjun." Kedua matanya mendadak memanas, dua belas tahun sudah.  Penantian yang begitu panjang untuknya kembali dapat melihat sang adik.

"Yeonjun." Lagi-lagi Suga bergumam, sedangkan Yeonjun masih betah memejam, bahkan ia mengusalkan wajahnya pada tangan hangat sang kakak.

Suga melotot kala Yeonjun tiba-tiba menyeka liur yang hampir menetes dari sudut bibirnya menggunakan tangan Suga, tapi ia tak jadi marah karena yang ia lihat setelahnya adalah wajah damai sang adik sembari memeluk tangannya. Suga ingat sekali saat terakhir kali ia bertemu dua belas tahun lalu, saat sang ibu membawanya paksa ketika pulang dari rumah sakit.

Suga tak bisa berbuat banyak kala itu, tubuhnya masih sangat lemah dan raut kesedihan sang adik serta air mata bercucuran di tengah raungannya itu membuat Suga juga merasakan sakit yang sama. Ia terlanjur menyayangi Yeonjun hingga lupa bahwa mereka tidak sedarah.

"Sayang, kau sudah bangun?" Taeri yang baru saja keluar dari kamar mandi mulai mendekat. Suga tersenyum senang, nampaknya ibunya sudah melupakan hari itu, setelah ini pasti ia akan diijinkan untuk hidup bersama kembali dengan sang ayah dan adik tiri.






Srekk








"Bangun, kau menyakiti tangannya." Yeonjun terkesiap, kepalanya mendadak pening karena bangun dengan keadaan tak siap. Taeri menarik kasar bahu Yeonjun saat melihat Suga meringis dan memegang lengan kanannya yang sedang Yeonjun peluk.

"M-maaf EommaHyung? Kau sudah bangun Hyung,  syukurlah aku sangat--" ucapannya terpotong ketika ia yang sedang asik memeluk tubuh sang kakak tiba-tiba kembali merasa tertarik ke belakang.

"Ku bilang kau menyakitinya, kau memeluknya terlalu erat, kau bodoh atau--"

"Eomma, kepalaku pusing." Suga mencoba mengalihkan perhatian sang ibu tapi kali ini memang benar, kepalanya begitu pusing mendengar ibunya marah-marah di pagi hari.

"Astaga! sebentar, Eomma akan panggilkan dokter."

"Tidak, emm ... tidak perlu Eomma, aku hanya butuh ketenangan jadi kumohon Eomma jangan marah-marah lagi." Wajahnya dibuat sendu membuat Taeri merasa bersalah tapi sedetik kemudian wajahnya mengeras.

"Kau dengar, anakku sedang butuh ketenangan, jadi sekarang pulanglah, kau hanya akan membuat kegaduhan di sini."

Yeonjun menunduk dalam, ia tak punya keberanian barang sedikitpun untuk mengangkat wajahnya.

[ END ] BEGIN  ~Sequel Of Just Minute~Where stories live. Discover now