Duapuluh Lima

1K 97 29
                                    

"Pokoknya aku mau ikut." Gadis itu menggembungkan pipinya kesal, kedua lengan terlipat di depan dada dan sejurus kemudian tatapan anak anjing yang nampak berkaca-kaca itu ia suguhkan.

"Please, aku ingin ikut, Samcheon sudah janji untuk membantuku dekat dengannya, kenapa sekarang Samcheon mau membawanya pergi dariku?"

Sang paman, Kim Donghae lemah dengan apapun permintaan sang keponakan, tapi ini sebuah pelarian, ia tak ingin keponakannya terlibat hal yang akan mengancam kehidupannya di masa depan.

"Samcheon janji akan membawanya kembali padamu, untuk sekarang biarkan kami pergi, pelarian ini tak aman untukmu. Biar nanti anak buah Samcheon yang mengantarmu ke Seoul." Haejin mengeraskan tangisannya, berharap sang paman luluh dengan rengekannya. Tapi hal itu sudah tiada guna baginya saat melihat sang paman memasuki mobilnya diikuti sebuah brankar kecil yang dimasukkan ke dalam sebuah van di belakangnya.


























"Taetae Hyung jahat sekali tak mengabariku saat pulang. Jangan salahkan aku jika aku mencari yang baru." Taehyung tertawa melihat adik dari sahabatnya itu mencebikkan bibirnya lucu. Ia sudah pulang tiga hari yang lalu dari Itali tapi masih banyak hal yang harus ia urus di kampus dan juga agensi hingga ia terlalu sibuk dan tak memiliki waktu sekedar untuk mengabari Jungkook.

"Haha ... iya maaf, maaf juga karena tak bisa menjengukmu di rumah sakit kemarin." Taehyung bawa telapak besarnya untuk mengusap rambut yang lebih muda. Sedikit banyak Taehyung merasa bersalah. Ia sudah pernah berjanji pada Yoongi untuk menjaga sang adik tapi nyatanya kesibukan selalu menghalanginya.

Di meja itu sebenarnya tak hanya ada Jungkook dan Taehyung. Perlu diingat jika sebelumnya Jungkook sedang duduk berdua dengan Seokjin dan kini Seokjin rasa ia mendadak berubah transparan dan tak nampak di mata keduanya.

"Ah iya, bagaimana kabarmu Seokjin?" Taehyung yang baru menyadari jika ia belum menyapa teman lamanya itupun mencoba membuka percakapan.

"Aku baik. Kau sendiri?" Sebenarnya Seokjin adalah tipe manusia yang tak suka berbasa-basi, jadi ia merasa sedikit canggung apalagi semasa sekolah dulu ia tak terlalu dekat dengan Taehyung.

"Aku baik, aku sedikit sibuk--" ucapannya terpotong saat tiba-tiba terdengar suara dering ponsel dan tak menunggu lama Seokjin bangkit dari duduknya dan berjalan sedikit menjauh untuk menerima panggilan.

"Yeobseyo."

"Tae Hyung aku benar-benar merindukanmu. Menginaplah di rumah, aku kesepian." Baru saja Jungkook menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Seokjin yang kembali dari acara menelponnya itu berucap dan seperti tengah terburu-buru.

"Ah maaf,  aku harus pergi sekarang. Tae, bisa tolong antar Jungkook pulang, aku benar-benar sedang ada urusan penting." Taehyung mengangguk menanggapi dan melempar senyum kotak khas miliknya.

"Kenapa dia terlihat aneh?"

"Entahlah Hyung,  ku rasa juga begitu. Sejak kami bertemu kemarin, dia bersikap lebih lembut padaku, dan dia juga tiba-tiba meminta maaf padaku, padahal Hyung tahu 'kan dia dulu sedingin apa?" Taehyung hanya mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, ia juga tak mengerti karena ia tak begitu mengenal sosok Seokjin.





















"Jangan lakukan hal bodoh lagi Haejin, kumohon."









.
.
.








"Bukankah sudah ku bilang bahwa bukan Taeri pelakunya?" Jungho menghela nafas dalam. Ini semua belum cukup. Bukti-bukti yang para polisi itu kumpulkan belum sepenuhnya menunjukkan siapa pelakunya karena memang sampai saat ini kasus tersebut belumlah terkuak.

[ END ] BEGIN  ~Sequel Of Just Minute~Where stories live. Discover now