Sembilanbelas

1K 115 63
                                    

Jungho memijit pelipisnya akibat pening yang melanda. Sudah dua hari ini Taeri berada di kantor polisi untuk menjalani pemeriksaan tapi wanita itu sama sekali enggan membuka mulut, yang ia lakukan hanya menangis dan sesekali mengigau ketika tertidur. Tentu saja sangat mudah ditebak siapa kiranya yang ia sebut-sebut dalam igauannya, Suga.

"Menurut keterangan suami pelaku, pelaku sempat mengalami gangguan mental. Kami harus memastikannya terlebih dahulu dengan menjalani pemeriksaan kejiwaan bagi pelaku untuk mendalami kasus ini." Jungho mau tak mau menyetujuinya. Ia sudah tidak sabar membalas perlakuan buruk adik iparnya itu  terhadap keluarganya selama dua puluh tahun ini.










Dilain tempat, ada seorang pria yang tak kalah pusingnya menghadapi tingkah anak tirinya yang sejak dua hari ini tak berhenti merengek padanya untuk bertemu sang ibu.

"Jika hari ini eomma tidak datang, maka aku yang akan menyusulnya." Siwon menghela nafas dalam, ia letakkan mangkuk bubur yang semula sudah ia angkat satu sendok untuk disodorkan pada sang anak namun urung.

"Tunggu kondisimu membaik dulu baru kita bertemu dengan eomma, kau mau melihat eomma bersedih karena kau belum sembuh?" Siwon kembali meraih mangkuk buburnya, ini sudah pukul sembilan pagi dan Suga sama sekali belum menyentuh makanannya.









Ceklek


























"S-sayang, ini E-eom-ma."






















"TIDAKKK ... LEPASKAN AKU! Jangan biarkan wanita itu menyentuh putraku lagi JANGAAANNN!"

Di belakang pintu itu Hana meronta, ia yang baru saja hendak menjenguk anaknya dikejutkan dengan kedatangan dua orang polisi yang membawa seorang wanita yang amat sangat ia benci dan di belakangnya sang suami mengikuti.

Betapa marahnya Hana saat ini, dua hari ini saja ia sama sekali belum berkesempatan untuk menyentuh anaknya karena Suga yang terus menolak dan kini di hadapannya ia harus menyaksikan anak yang ia rindukan selama dua puluh tahun lamanya tenggelam dalam dekapan erat wanita itu.

Hana menjatuhkan tubuhnya di tengah koridor tepat di depan pintu ruangan di mana Suga dirawat. Dari sana, sangat jelas ia bisa melihat Suga yang menangis tersedu dengan tangan yang melingkari tubuh Taeri erat. Hana tak sanggup, ia yang melahirkan Suga, maka hanya ia wanita yang pantas berada dalam posisi itu untuk saat ini.

"Maafkan aku, Yeobo, beri sedikit waktu bagi Yoonjae untuk menerima kita," bisik Jungho tepat di telinga Hana sembari terus mengecup pucuk kepala sang istri.

Keputusan yang sangat berat untuk Jungho ambil. Taeri sama sekali tak mau buka mulut dan terus menerus memanggil Suga maka dengan usul sang kapten polisi untuk lebih dulu mempertemukan Taeri dengan Suga harus Jungho setujui agar pemeriksaan bisa berjalan lebih cepat.

"Eomma, kenapa meninggalkanku? Kenapa tidak ada di sini saat aku bangun, Eomma ke mana saja? Aku takut, aku takut Eomma." Suga sama sekali tak mau melonggarkan barang sedikit saja pelukannya. Mengenai ia yang takut, memang benar, Suga takut saat ada orang asing yang mengakuinya sebagai anaknya.

"Eomma di sini sayang, Eomma tidak akan kemana-kemana, Eomma janji."











Waktu seakan tak mau bergulir, jarum analog itu seakan mengejek Hana yang tengah resah menunggu Taeri untuk keluar dari ruangan anaknya. Hati Hana memang tengah kacau saat ini, tapi bagusnya saat kemarin diam-diam Jungho meminta seorang dokter psikolog 'menyusup' ke dalam ruang rawat Hana untuk memeriksa kondisi mentalnya, hasilnya sungguh di luar dugaan, mentalnya berangsur membaik dari sebelumnya, selama itu pula Hana sama sekali tak mencari keberadaan dua 'bayi kembar' nya.

[ END ] BEGIN  ~Sequel Of Just Minute~Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz