31. Get well son mine

4.7K 303 9
                                    

"Saaaaa, udah kita disini bareng lu. Kita gak bakalan pergi begitu juga sammy enggak bakalan pergi dari sini". Kata Sammy turut menenangkan Sara. Meskipun ia sudah tidak menangis lagi. Ia cenderung diam tidak mengeluarkan satu kata pun dari bibirnya.

  "Tumben lu ga bicara pake bahasa melo lu?" Timpal David di saat yang tidak memungkinkan untuk bercanda atau menayakan hal yang tidak penting. Tapi namanya juga manusia punya kepribadian masing-masing. Apa yang menurut mereka penting tidak selalu penting di mata orang lain. Di saat mencekam sedih harusnya tersalur dalam diri juga. Ada yang biasa. Seperti saat ini sikap kedua lelaki sekarang.

Di timpal seperti itu mata sama mulai mutar memelas. Jari telunjuknya menusuk nusuk dada david dengan wajah kesal. "Daviddd daviidddddd. Setop aaah pusing sammy David ikut timpal". Veranda tertawa begitupun Adara dan lainya tertawa dengan wajah geli karena gaya bicara Sammy makin ke sini bukanya berubah malahan makin kentara mello nya.

Ddrrtttt drrrttdd
Notif hp Sara menunjukan ada telfon masuk. Sebelum menjawab panggilan ia menghembuskan nafas pelan.

  "Iya mah", jawab Sara kepada penelfon yang tak lain mamahnya.

   "Mama udah dengar kabar dari kakak kamu Sano. Kamu di RS sayang?" Tanya Vinny lembut dari balik telfon.

  "Hem sasa, eeh Sara lagi di RS". Di jawab pertanyaan mamanya dengan gentir. Sasa adalah nama panggilan sayang dari Garcia untuk dirinya. Saat menelfonpun Sano lihat kalau adiknya tidak fokus. Pikirannya pun hanya Garcia, Garcia dan Garcia. Banyak pertanyaan yang ia pendam. Gimana kabar Gree? Gree sakit apa? Kenapa bisa lalai dalam ngurusin diri? Yang bisa menjawab hanyalah hati dia sendiri, Gree butuh Saena, bukan aku. Saena yang tau kabar Gree duluan bukan aku.

Sano mendekati Sara, "Hp nya kasih ke kakak aja biar gue yang bicara sama mamah". Ia melihat Sano dengan Mata memerah, sakit di hati Sano kembali ia rasa ketika melihat kondisi adiknya. Dalam hati ia mengutuk perbuatanya waktu itu, ia yang sengaja mengambil moment ketika Garcia dengan saena berdekatan. Ia memposisikan hpnya lalu memotret sehingga dari samping dan kejauhan mereka terlihat seperti sedang berciuman. Tapi sebenarnya enggak. Ia gagal menjaga Sara. Menjaga air mata orang yang berstatus adik itu tapi ia sulit menerima. Sekian lama Sara termenung, Kakaknya mengangguk menyakinkan. Sarapun memberikan hp nya kepada Sanno. Jadilah Sano yang berbicara dengan mamanya.

Di lain sisi

Garcia yang terbaring lemas di kasur terus menyebut nama "saaaa". Saena sudah dari tadi duduk sambil menggenggam tangan Garcia, ia sedih melihat kondisi Garcia seperti ini. Baru kali ini ia mendapati Gree dalam keadaan sakit. Terbesit pertanyaan kenapa sampai kamu sakit tapi ia tidak mau melontarkanya sekarang.

"Saaaa". Ngigo Garcia terus menerus

"Iya aku disini tenangin diri kamu yah, kamu harus istirahat". Kata Saena dengan penuh kasih sayang. "Aku sayang banget sama kamu, bangettt". Air matanya luruh membasahi pipinya.

Ia merengkuh tangan Garcia yang tidak di infus. Ia genggam dan menempelkan pada pipinya. Berharap Garcia segera Sadarkan diri. Ada rasa bingung dalam diri Saena, biasanya kalau yang di panggil itu udah datang lalu menyentuh tangan seperti yang ia lakukan pasti sudah sadarkan diri. Tapi kenapa masih saja Garcia terus mengucapkan Nama Sa.. Sa...
Tiba-tiba pintu terbuka. Saena melihat siapa yang membuka pintu. Dan dari balik pintu munculah Sano di buntuti Sara dari belakang.

Sano berjalan pelan mendekati Saena. "Lu keluar bentar yah. Nanti lu boleh masuk lagi habis itu". Kata Sano menjawab kebingungan yang tercetak jelas di wajah Saena. Bagaimana tidak. Ia yang masuk belom seberapa lama sudah di suruh keluar dan kakak beradik itu yang masuk mengusirnya secara halus. Tanpa menjawab, Saena bangkit dari duduknya lalu berlalu keluar. Sebelum melangkahkan kaki melewati Sara ia memelotokan matanya. Sara hanya merespon dengan tatapan datar.

Sara Vs Waketos[COMPLETED]Where stories live. Discover now