bagian 1

9 0 0
                                    

"Apa kau ingin selamanya ayah kurung di dalam lumbung?"
"Tapi kenapa ayah? Aku ini sudah dewasa aku ingin mencari kebebasanku! Aku ingin melakukan hal-hal yang ku sukai!"
"Jadi kau ingin melawanku sekarang iya?!"
"Bukan begitu maksudku,aku hanya..."
"Hanya apa? hanya ingin bermain main bersama temanmu yang brutal itu iya ?"
"Jangan katakan itu ayah! Dia tidak seperti itu aku tau seperti apa dia!"
"Halahhhhh....sudahlah sekarang kau renungkan kesalahanmu itu di dalam lumbung ini!"
"........"(sang anak hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya).

Bagaimana ini ayah tidak akan mendengarkan siapapun jika sedang marah sekuat apapun aku menjelaskan kepadanya tetap saja ia takkan mendengarkanku. Aku tidak ingin melawan ayah tapi aku juga tak ingin menjahuinya, dia teman yang baik dia juga anak yang sangat menyenangkan walau terkadang ia sering bertingkah di luar nalar. Tapi kurasa itu cara ia untuk dekat dengan siapa saja. Mungkin ayahnya memang bukan orang baik-baik tapi dia berbeda dari ayahnya. Aku juga ingin dekat dengannya agar aku bisa menjadi kekuatannya. Aku tau sebenarnya ia tidak sekuat yang terlihat namun ia menutupi semua kesedihannya sendiri. Jika aku yang berada di posisinya mungkin sudah sejak lama aku bunuh diri dari pada harus hidup menderita setiap hari. Siapa yang akan tahan jika setiap hari di pukuli dan di siksa.
Batin sang anak yang sedang di kurung sedang berperang melawan segala pemikiran yang menyelimutinya.

KRAKKKKK...
"Ayahhh...?"
".........."
"Siapa di sana jangan main-main!tunjukkan wujudmu padaku!"

Tidak ada yang menyahuti dan anak yang berada di dalam lumbung mulai merasa ketakutan karena suara aneh dari luar sana. Dengan segenap keberanian yang tersisa ia beranikan diri untuk melihat keluar melalui celah dinding lumbung tempat ia di kurung. Saat ia baru saja melangkahkan kakinya beberapa langkah tiba-tiba seseorang muncul dari lubang angin yang terletak di bagian ujung atap lumbung, Benar saja ia sangat terkejut sampai ia terjatuh di atas tumpukan jerami kering.
Akan tetapi saat ia melihat siapa orang yang muncul dari lubang angin itu. Ia tampak senang dan sepertinya ia mengenali orang tersebut.

"Aishhhhh....kau ini mengagetkanku saja!"
"Maafkan aku karena membuatmu merasa demikian."
"Akhhh....sudahlah jangan meminta maaf begitu! sedang apa kau disini?"
"Oh iya ini aku membawakanmu makanan kau pasti belum makan?"
"Terimakasih...tapi bagaimana kau tau bahwa aku sedang di kurung?"
"Ohh..itu tadi aku mendengar percakapan ayahmu dengan paman penjual kue beras yang ada di ujung jalan saat aku sedang membeli ubi bakar untuk kakakku"
"Apakah ayahku melihatmu disana?"
"Tidak! kenapa kau bertanya begitu?
"Syukurlah kalau begitu!"
"Aku mengerti sekarang kau di kurung karena aku kan?"
"Apa....ohhh tidak tidak...sungguh bukan karenamu."
"Sudahlah.....jangan berbohong aku tau ayahmu pasti tidak suka jika kau bermain bersamakukan?"
"Emmmmm....sebenarnya iya tapi itu karena ayahku belum mengenal dirimu saja!"
"Tenang saja...aku sudah biasa jika di anggap sebagai perusak atau biang masalah. Karena ayahku aku dan kakakku di jauhi oleh orang-orang mereka takut jika anak-anak mereka dekat dengan kami mereka akan menjadi seperti kami nakal dan tidak tau aturan."
"Atas nama ayahku aku minta maaf kepadamu!"
"Hahahahaahha.....kau lucu sekali untuk apa meminta maaf?"
"Iya itu karena.....hey apa itu?! kenapa pipimu terluka dan juga dahimu?"
"Owhhh...ini bukan apa-apa!hey kenapa kau belum makan makananmu itu nanti akan ku habiskan semuanya?!"
"Ayahmu?"
"Aku menyuruhmu untuk makan kenapa kau malah bertanya tentang ayahku jangan pikirkan ayahku dia sedang tidur saat ini!"
"Aku tau Ayahmu kan yang melakukannya?"
"Akhhh...ini bukan apa-apa!aku terjatuh tadi saat menaiki tangga!"
"Sudah jangan berbohong aku tau ayahmu yang melakukannya!Tapi kenapa?"
"Hahahahaha.....kau ini jangan berlebihan seperti itu!"
"Kau masih tertawa? kenapa kau tidak melawannya saja? kenapa kenapa kau harus mengalami hal seperti itu? itu sungguh tidak adil!"
"Sudahlah jangan pikirkan itu!"
"Kenapa hah...Kau masih perduli dengannya iya..iyakan...tapi kenapa?"
"Kau kenapa sudah ku katakan jangan fikirkan itu! Kenapa Kau terus bertanya?"
"Karena kita teman! Aku juga ingin menjadi kekuatanmu dan ada untukmu saat kau merasa sulit!"
"Terimakasih....kau memang temanku...sudahlah cepat habiskan makananmu itu aku akan pulang sebentar lagi!"
"Kau yakin akan pulang?"
"Tentu saja rumahku hanya itu aku tidak mungkin memiliki tujuan lain lagi pula kakakku pasti sedang menungguku!"
"Aku salut padamu!"
"Baiklah aku akan pulang sekarang!Apa kau mau ikut keluar dari sini?"
"Kau saja..aku akan di sini sampai ayahku memaafkanku!"
"Baiklah...besok aku akan kemari lagi untuk menemanimu!"
"Oke...aku akan menunggumu!"
"Besok aku akan membawakan kesemek untukmu!"
"Wahhh.....terimakasih taehyung!"
"Kkkkkkkk........kau ini berterimaksih terus jimin!Lama-lama aku akan muak dengan kata itu!"
"Kkkkkk.....dasar kau sudahlah cepat pergi sebelum ayahku tau!"
"Baiklah."

Taehyung keluar dengan memanjat tali yang sengaja ia ikat saat ia masuk melalui lubang angin.Jimin membantunya untuk menggapai tali tersebut.Mereka memang sudah lama berteman dan pertemanan mereka tidak bisa di gambarkan hanya dengan kata-kata.Mereka saling menguatkan dan juga melindungi satu sama lain.Mereka sering berkorban menghibur satu sama lain.Bahkan saat ini pun Jimin rela menjadi pijakan Taehyung karena tali yang Taehyung pasang  sedikit kependekkan.

"Akhhh...harusnya aku mencari tali yang lebih panjang tadi!"
"Sudahlah cepat naik kepunggungku dan raih tali itu lalu pulang kasihan kakakmu!"
"Baiklah...tapi kau kuatkan?"
"Jangan meledekku!"
"Kkkkk...iya iya jangan marah begitu!"
"Sudah dapat?"
"Iya sudah."
"Berhati-hatilah!"
"Tentu."

BLOOD SWEAT AND TEARSWhere stories live. Discover now