pupus

54 5 0
                                    

Tak bisa dipungkiri, semakin Wendi berusaha mengabaikan Nick, bayangan sosok Nick malah kian mengempur ingatannya. Secinta itukah dia pada lelaki plin plan itu, memberinya harapan lalu menhancurkannya begitu saja.

Tidak, Nick tidak seperti itu. Dia lelaki baik, dan sangat mencintaiku.

Bisik suara lain di sudut hatinya tetap membela Nick, tersayang. Jika memang masih mencintainya, kenapa Nick berbuat begitu? Tidak tahukah, kalau hatinya sangat tersiksa karenanya.

Demi menyingkirkan segala pemikiran tentang Nick. Sore ini Wendi menemani Greg berkeliling. Mereka mengunakan sepeda gunung, menyusuri jalanan yang menyuguhkan pemandangan hutan, padang, tebing serta bukit yang indah. Mereka bersepeda bersebelahan sambil terus mengobrol tentang banyak hal.

Greg sangat menikmati turnya, wajahnya bersemu saking bahagianya karena bisa berduaan bersama Wendi. Waktu jangan cepat berlalu, kesempatan ini tidak akan datang kedua kali. Sedang Wendi, meski raganya sedang bersama Greg, hatinya tetap terpacu pada Nick.

"Aku dengar di kota ini akan diadakan kemah bagi para pemuda," ujar Greg ketika mereka berhenti di sebuah padang guna beristirahat.

Diatas rumput liar nan lembut serta belaian angin yang bertiup, mereka duduk bersebelahan, membiarkan sinar jingga senja menerpa tubuh mereka.

"Aku dengar juga begitu," sahut Wendi sekenanya.

"Kau mau ikut Wen?" Greg menikmati wajah Wendi yang manis. Senang rasanya dapat melihat setiap detail wajah Wendi dari jarak terdekat.

"Aku tidak tahu, soalnya aku masih baru di sini."

Mata Wendi jauh menerawang memandang jejeran bukit yang dulu menjadi saksi bisu pertemuannya pertama kali dengan Nick.

Nick yang sejak kali bertemu sudah menunjukkan sikap perhatiannya, mustahil rasanya tiba-tiba berubah total seperti ini. Pasti ada alasan dibalik sikap Nick tersebut? Tapi apa? Agaknya Wendi harus mencari tahu sendiri, yaitu dengan menanyakan secara langsung pada Nick.

"Mumpung aku masih di sini maukah kau ikut berpartisipasi mengikuti acara itu Wen, pliss."

Wendi sibuk dengan pikirannya, hingga tak mendengar apa yang dikatakan Greg. Segala perbuatan yang dilakukan Nick untuknya seolah menjadi kaset yang terus diputar berulang-ulang di kepalanya. Mengabaikan Greg yang dulu sempat mencuri hatinya dan yang saat ini duduk bersamanya.

"Iya aku mau," sahut Wendi tanpa sadar, tatapannya masih kosong kearah tebing.

Greg begitu gembira mendengar jawaban Wendi barusan, dia tersenyum lebar merayakan euforia hatinya, tidak ada hal menyenangkan dalam hidup seorang pria, selain mendengar jawaban iya, dari seorang gadis yang sangat di cintainya. Reaksi berlebihan Greg, menuntunnya lebih dari sekedar tertawa dan tersenyum bahagia, melainkan juga mencium pipi kiri Wendi.

Wendi yang merasakan hangat bibir Greg di pipi kirinya, tersentak. Dia berpaling pada Greg dan malah mendapat pelukan. Dalam hati dia bertanya-tanya, apa yang penyebab Greg berlaku begitu? Apa dia baru saja menerima pernyataan cinta Greg? Ah, tapi sepertinya Greg bicara tidak menyinggung soal cinta, dia yakin sekali, walau Samar-samar mendengar tapi, telinganya masih waras kok. Lalu kenapa Greg mencium dan sekarang malah memeluknya?

========
========

Malam turun, gelap mendominasi segala penjuru cakrawala. Selesai makan malam bersama, Wendi membulatkan niatnya untuk menemui Nick. Setelah berbincang sebentar dengan Greg dan Melanie di teras depan. Dia memutuskan untuk pergi.

"Sendiri? Malam-malam begini?" Melanie tak habis pikir.

"Aku bisa mengantarmu kalau kau mau," tawar Greg.

Ketika Werewolf Jatuh CintaWhere stories live. Discover now